Ilusi HAM Menyelesaikan Kasus Kejahatan Kemanusiaan


MutiaraUmat.com -- Peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) setiap tanggal 10 Desember selalu berakhir dengan berbagai tuntutan pengusutan kasus kejahatan kemanusiaan yang tak tuntas. Peringatan setiap tahun seolah hanya seremonial tanpa adanya titik temu permasalahan. Bagaimana tidak, kasus kemanusiaan yang penyelesaiannya transparan hingga kasus dinilai tuntas jumlahnya bisa dihitung dengan jari. 

Deputi Direktur Amnesty International Indonesia Wirya Adiwena menyoroti akuntabilitas aparat keamanan yang ikut memperlemah upaya penegakan hukum di Indonesia. Seperti tragedi penembakan meriam air dan gas air mata ke arah masyarakat yang menolak proyek Eco City di Rempang. Aparat teramat berlebihan hingga puluhan siswa sekolah dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Begitu pula terhadap penggunaan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur lalu yang menewaskan 35 orang dan mencederai 433 orang lainnya. Hingga saat ini pun tak jelas akhirnya, yang nampak hanya lempar tanggung jawa tak ada yang mengakui kelalaian (Voaindonesia.com, 10/12/2023). 

Kasus kejahatan kemanusiaan terus melonjak, namun minim pertanggung jawaban. Rasanya tak sebanding dengan peneriakan hak asasi dalam hal lain misalnya kebebasan beragama (moderasi), kebebasan kepemilikan, kebebasan pengelolaan sumber daya alam dengan terus memberikan ruang pada investor asing yang nyatanya kebebasan tersebut juga punya dampak besar dalam masyarakat. 

Rasanya hak asasi dipandang sebelah mata. Bahkan bisa dikatakan bahwa ada tebang pilih dalam pengusutan kasus hak asasi ini. Ada kepentingan diatas hak-hak asasi manusia lain. Itulah ciri kehidupan dalam sistem kapitalisme saat ini. Ada kepentingan yang lebih penting untuk didahulukan. Hal ini karena masyarakat dalam sistem kapitalisme dipandang memiliki kebebasan individu-individu yang dijunjung di atas segalanya. 

Dalam Islam, masyarakat merupakan kumpulan individu yang memiliki pemikiran, perasaan, dan aturan yang satu. Kebebasan individu dibatasi oleh hukum-hukum syarak. Sehingga, ada kontrol halal haram di dalamnya. Pengendalian tersebut ada pada iman masing-masing individu serta tak luput dari pengawasan dan tanggung jawab negara di dalamnya. 

Sejatinya, hak-hak kemanusiaan terjamin dalam sitem Islam. Islam sangat menghargai nyawa manusia. Kejahatan kemanusiaan hingga menghilangkan satu nyawa manusia setara dengan membunuh manusia seluruhnya. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam QS Al-Ma’idah ayat 33 yang artinya “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain , atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya . Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya”. 

Islam mengatur segala hal yang dilakukan manusia di muka bumi. Kebebasan manusia pun juga diatur agar senantiasa menyejahterakan serta tak saling tumpang tindih dengan kepentingan manusia yang lain. Tak perlu lagi manusia membuat aturan. Manusia hanya perlu menyuarakan aturan yang telah dibuat oleh Sang Khaliq, bukan menyuarakan aturan manusia. Islam adalah rahmatan lil alamin sehingga adanya Islam menjamin kehidupan semua makhluk di muka bumi. Wallahu’alam bishowab.[]

Oleh. Hima Dewi, S.Si.,M.Si.
Aktivis Muslimah


0 Komentar