Sudan dan Gaza, Permata Umat yang Terluka
MutiaraUmat.com -- Sudan kembali bergolak, kali ini konflik terjadi antar Rapid Support Forces (RSF) yang merupakan kelompok para militer Sudan dengan Angkatan Bersenjata Sudan. Konflik ini berlangsung semenjak April 2023 hingga hari ini telah menimbulkan kehancuran besar. Lebih dari 12 juta penduduk harus mengungsi sementara puluhan ribu orang tewas, serta ancaman kelaparan massal melanda negara ini.
Perang saudara ini menjadi salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia saat ini. Bahkan telah menghancurkan infrastruktur yang sebelumnya telah rapuh. Pekan lalu sebuah serangan drone di negara bagian Kordofan Selatan, telah menghantam sebuah Taman Kanak-kanak dan rumah sakit. Mengakibatkan puluhan warga sipil tewas termasuk diantaranya anak-anak. (NBC, 10-12-2025)
Sudan merupakan negara terbesar ketiga di Afrika dengan 97% penduduknya adalah muslim. Kekayaan alam mulai dari emas hingga mineral berharga lain serta tanahnya yang subur dapat ditemukan di negara ini. Jika ditilik secara mendalam, perang ini terjadi karena perpecahan demi perpecahan internal dan keserakahan akan kekuasaan di antara penguasanya.
Situasi ini tidak dibiarkan begitu saja oleh pihak asing yang memiliki kepentingan tersembunyi terhadap Sudan. Dengan dalih untuk membantu perdamaian di Sudan, para pihak asing ini (Amerika, Inggris, UEA, Rusia, dll) malah semakin memperkeruh situasi hingga menyebabkan perang besar berkepanjangan. Hanya demi untuk menguasai emas dan sumber daya alam lainnya di negara ini. Sudan yang merupakan pusat keilmuan Islam di Afrika Timur, kini tersandera oleh konflik kepentingan tak berujung, terpecah belah dan terjajah.
Namun bukan hanya Sudan saja yang kini menderita begitu pun Palestina, kota suci tempat Rasulullah bermikraj kini pun luluh lantak hampir tak tersisa. Dimulai dengan runtuhnya Daulah Khilafah di tangan antek Inggris, berdirilah negara dengan nama Israel pada 1948. Dan semenjak saat itu, penderitaan, pengkhianatan, dan kelaparan harus dirasakan rakyat Palestina setiap harinya. Perjanjian demi perjanjian damai disepakati tapi dibalas dengan pengkhianatan yang terus dilakukan Zionis Israel.
Bahkan dengan jumawa Israel menyerbu kantor UNRWA (United Nation Relief and Works Agency for Palestine In the Near East) yang merupakan badan internasional bagi pengungsi Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Diikuti aksi paksa penyitaan properti hingga mengganti bendera PBB dengan bendera zionis. (Hukumonline.com, 10-12-2025) Berbagai macam kekejian dilakukan oleh negara zionis yang terkenal bengis dan kejam ini terhadap rakyat Palestina tanpa ada satu pun pembelaan dari negeri-negeri Islam. Dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat yang merupakan sekutu setianya, Zionis Israel merebut seluruh wilayah Palestina menjadi wilayah negaranya tanpa tertinggal sejengkal pun.
Kondisi yang terjadi pada Sudan dan Palestina karena umat Islam hari ini kehilangan junah (perisai) yaitu Daulah Khilafah. Daulah Khilafah adalah rumah di mana umat Islam berlindung dan bernaung. Sehingga umat Islam tercerai berai dalam ikatan nasionalisme lalu dengan mudahnya diintervensi oleh Barat. Rapuhnya ikatan persaudaraan di antara kaum Muslim dipergunakan dengan baik oleh Barat untuk melakukan praktik adu domba di tengah kaum Muslim dan mulai menancapkan hegemoninya dengan bantuan penguasa-penguasa boneka yang haus akan kedudukan dan kekuasaan semu.
Rasa cinta akan dunia (wahn) juga kokoh bercokol di benak-benak umat. Mereka berpaling dari syariat Islam dan memilih kapitalisme yang disebarluaskan Barat menjadi jalan hidupnya agar bisa dipandang setara dan diakui sebagai umat yang modern ala Barat.
Allah memperingatkan dalam Al-Qur'an : “Berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah. Janganlah bercerai-berai dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunianya kamu menjadi bersaudara. Ingatlah pula ketika itu kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatnya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. “ (TQS. Ali Imron: 102)
Allah menghendaki persatuan berdasarkan akidah dan melarang umat Islam untuk berpecah belah dan menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup. Persatuan yang terjalin di dalam tubuh umat Islam adalah ikatan agung karena berdasarkan pada ikatan akidah (keimanan).
Dan mengembalikan Daulah Khilafah adalah satu-satunya solusi untuk memutus penderitaan Palestina dan Sudan. Karena Daulah Khilafah adalah tempat terjalinnya ukhuwah Islamiyah tanpa memandang kaum, bangsa, ras, jabatan dan kedudukan. Umat Islam adalah satu kesatuan yang utuh, di mana ada saudara muslimnya yang terluka dan teraniaya maka seluruh umat Islam akan ikut merasakan, dan hadir bukan hanya secara lisan memberi kecaman akan tetapi secara fisik datang untuk memberikan pembelaan.
Bukan hanya membebaskan Palestina dari kekejian zionis, atau menyelesaikan perang saudara di Sudan saja. Daulah Khilafah akan menjadi wadah untuk memurnikan syariat Islam, menghilangkan penghambat persatuan, dan memutus intervensi serta hegemoni Barat. Membebaskan negeri-negeri Islam dari penguasa boneka dan mempersatukan permata-permata kaum muslimin itu menjadi satu kesatuan utuh. Menciptakan kedamaian dan keadilan hakiki di bawah syariat Islam kaffah dan kembali menjadi negara yang disegani dan dihormati seperti zaman nubuwwah (kenabian). Wallahu a'lam. []
Ika Nur Wahyuni
Aktivis Muslimah
0 Komentar