Penanggulangan Bencana Lamban, Tanda Sistem Mitigasi Bencana Lemah
MutiaraUmat.com -- Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam, keadaan tersebut disebabkan oleh letak Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Bencana alam adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari, seperti yang terjadi sepekan terakhir ini. Bencana longsor terjadi di jawa tengah, lebih tepatnya terjadi di kabupaten Cilacap (13/11/2025) dan Banjarnegara. Bencana longsor tersebut telah memakan banyak korban, salah satunya longsor di Cilacap meninggalkan duka bagi Daryana (52) yang kehilangan keluarganya. Sebelum longsor menimpa keluarga itu, siang hari dia sudah melihat retakan tanah di perbukitan, retakannya melingkar dan dalam di perbukitan, lebih tepatnya di tanah terbuka yang tidak ada pepohonan.
Faktor penyebab bencana alam bisa berasal dari faktor alam dan faktor manusia. Sedangkan fakta saat ini, banyak terjadi bencana alam disebabkan oleh tangan manusia. Berbagai tempat, tata kelola ruang hidup dan lingkungan tidak diperhatikan dengan baik, banyak lahan dialihfungsikan, deforestasi dibiarkan. Akhirnya ketidak pedulian manusia terhadap lingkungan telah memberikan dampak buruk terhadap sekitar. Kerakusan akan materi duniawi, mementingkan keuntungan diri sendiri pun memicu kemarahan alam.
Ketika bencana sudah melanda, pemerintah lamban dalam penanggulangan bencana. Hal ini jelas menunjukkan sistem mitigasi negara ini masih lemah, baik dalam tatanan Individu, masyarakat, maupun negara. Masih tersebar di antara kita individu-individu yang tidak mengetahui cara untuk menghadapi bencana, sehingga sulit bagi mereka untuk menghadapinya. Masyarakat yang menjadi korban pun banyak yang masih terlupakan akibat banyaknya bencana yang terjadi. Negara hanya berfokus untuk ditangani terlebih dahulu.
Pemerintah sebagai penanggung jawab tidak serius dalam menangani bencana alam, baik dalam penyiapan kebijakan preventif dan kuratif mitigasi bencana. Mereka akan merevisi regulasi saat bencana baru dengan faktor lain terjadi. Pemerintah juga akan turun tangan ketika masyarakat mengeluhkan masalah mereka, atau pemerintah sekedar menampakkan wajah dihadapan rakyat dengan wajah simpati. Inilah wajah asli dari pemimpin yang dipercaya oleh rakyat.
Dalam paradigma islam berkaitan dengan bencana mempunyai dua dimensi, ruhiyyoh dan siyasiyah. Dimensi ruhiyah, bencana dimaknai dengan tanda kekuasaan dan kebesaran Allah. Sedangkan dimensi siyasiyah terkait bagaimana kebijakan negara dalam tata kelola ruang dan mitigasi bencana. Oleh karena itu mari kita pahami serta pahamkan kepada orang lain agar tidak salah memaknai bencana dan solusi islam menghadapinya.
Edukasi ruhiyah dapat dilakukan dengan memahamkan ayat-ayat dan hadits yang berkaitan dengan berbagai bencana disebabkan oleh ulah tangan manusia salah satu contohnya surat ar Rom ayat 41. Manusia dalam pandangan islam berfungsi sebagai khalifah di muka bumi dan alam adalah amanah yang harus dijaga maka manusia tidak boleh merusaknya. khalifah adalah raain, karena itu negara bertanggung jawab atas keselamatan jiwa rakyat. Caranya negara akan melakukan mitigasi bencana secara serius dan komprehensif. Selain itu pemerintah juga bertanggung jawab dalam memberikan bantuan secara layak kepada korban bencana serta mendampingi mereka hingga mampu menjalani kehidupan secara normal. Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Yumna Daafiatumillah
Aktivis Muslimah
0 Komentar