Masih Dibanjiri Derita, Gaza Tidak Baik-Baik Saja


MutiaraUmat.com -- Saat hujan dan musim dingin melanda jalur Gaza, ribuan pengungsi dihadapkan masalah baru. Panjangnya penderitaan yang mereka lalui ternyata belum juga berakhir. Banyak tenda-tenda yang roboh dan sobek karena tidak mampu menahan hujan pertama dimusim dingin sehingga pengungsi tidak memiliki tempat untuk berlindung dari dinginnya air hujan. Tidak adanya infrastruktur yang memadai sebagai tempat berlindung mereka, yang mereka lakukan adalah menumpuk batu dan pasir untuk alas tempat tidur agar tidak terendam air. Ada pula yang tendanya hanyut dan terendam lumpur. Mereka pun mencari sudut-sudut yang masih kering untuk tempat berlindung. Kondisi ini sangat miris. Keadaan ini memperburuk para pengungsi yang bertahan hidup dari tenda-tenda dan minim perlindungan. (www.aa.com.tr, id/14/11/2025)

Gencatan senjata yang disepakti pun tetap membuat Zionis memblokir jalan masuknya material perlindungan. Segala jenis bantuan tidak dapat diterima oleh warga Gaza akibat dari pemblokiran tersebut. Sejak gencatan senjata pada 10 Oktober 2023 korban terus berjatuhan. Keadaan Palestina di lapangan benar-benar belum stabil meskipun digembar-gemborkan gencatan senjata. Bahkan, 260 warga sipil dilaporkan tewas dan 630 orang lebih mengalami luka-luka ditengah gencatan senjata. 

Data ini menegaskan bahwa gencatan senjata tidak mampu menghentikan angka jatuhnya korban jiwa dan tidak menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah Palestina. Penundaan sementara tidak akan mengubah penderitaan rakyat Palestina. Sebab, akar permasalahan yang sebenarnya adalah dari penjajahan itu sendiri yang tidak pernah berhenti hingga saat ini. Upaya diplomasi bukannya menghasilkan keberhasilan tetapi menghasilkan siklus kekerasan yang terus terulang. Penjajahan itulah yang seharusnya dihapus karena itu akar yang menjadi permasalahannya.

Dunia diam bahkan bungkam terhadap kondisi warga Gaza. Kondisi krisis kemanusiaan di Gaza bahkan semakin memburuk. Opini yang dilakukan AS dalam kebijakan Internasional atas Palestina pada fakta nya untuk menutupi kebenaran yang terjadi di Gaza. Padahal, sudah terbukti bahwa solusi yang diberikan Barat tidak mampu menyelesaikan masalah Palestina hingga detik ini. 

Haruskah kita tetap diam dan tidak melakukan apa-apa? Dunia benar-benar di bungkam dan buta dengan kekuasaan dinegeri nya masing-masing terutama negeri kaum Muslim. Bahkan opini yang disebarkan barat mampu membuat umat teralihkan ke hal yang lain. Apalagi AS benar-benar memberikan pembatas kepada jurnalis sehingga tidak mampu meliput dan menginformasikan kondisi yang benar-benar terjadi disana. 

Durasi panjang dalam konflik menyebabkan kelelahan dimata media hingga dianggap normal, bukan krisis darurat. Pengiriman bantuan yang terbatas disorot secara berlebihan demi menciptakan persepsi adanya perbaikan, meskipun situasinya tetap kritis. Puluhan ribu sudah warga Gaza meninggal akibat dari perbuatan Israel. Bahkan akses bantuan pun ditolak, akibatnya semakin menambah derita rakyat Palestina.

Kepentingan geopolitik, seringkali mengesampingkan krisis kemanusiaan. Meskipun sudah puluhan ribu darah tertumpah. Di mana hati nurani mereka yang dengan begitu kejamnya mengatakan Gaza baik-baik saja? Kenyataannya tidak sama sekali. Gaza membutuhkan bantuan, Gaza membutuhkan dukungan dari seluruh umat muslim di dunia. Namun, semua diam membisu. Jurnalis yang seharusnya menyampaikan pesan penting yang nyata tentang Gaza kepada dunia luar juga dihambat bahkan dibunuh. Kritik terhadap Israel sering kali di cap sebagi anti semitisme. Belum lagi paparan konflik yang berkepanjangan juga menyebabkan masyarakat global lelah dengan berita penderitaan sehingga isu tersebut seolah dinormalisasi. Banyak pihak juga yang hanya fokus pada politik konflik, namun mengabaikan konsekuensi kemanusiaan yang dialami warga sipil. Pandangan tentang Gaza yang menyatakan Gaza baik-baik saja sangatlah bertentangan dengan bukti kuat dari organisasi kemanusiaan PBB.
          
Islam secara tegas melarang kezaliman dan memerintahkan umatnya untuk tidak menzalimi atau membiarkan Muslim lainnya dizalimi. Kelaparan dan serangan militer dianggap bertentangan dengan prinsip Islam. Umat Islam ibarat satu tubuh yang jika sakit satu bagian tubuh maka bagian yang lain juga ikut sakit. Solidaritas terhadap Muslim di Gaza adalah kewajiban umat Islam. Menyebarkan informasi yang benar tentang kondisi Gaza dan melawan narasi adalah bagian dari upaya untuk menegakkan keadilan. Memerangi penjajah dalam rangka membebaskan Palestina adalah kewajiban dan tanggung jawab umat Islam. Hal ini hanya bisa terlaksana jika umat Islam bersatu dalam satu komando dan kepemimpinan yakni jihad fisabilillah yang dikomandoi oleh khilafah. Khilafah adalah perisai (pelindung) umat. Tanpa khilafah seperti ini, kondisi umat Islam di belahan dunia berada dalam konflik yang berkepanjangan. Untuk mewujudkan hadirnya perisai umat dan jihad, maka umat harus memiliki kesamaan perasaan pemikiran dan aturan yang sama dan harus bersatu dalam gerakan dakwah. Dengan menerapkan ideologi Islam, bangkitnya kembali peradaban Islam dan bersatunya negeri-negeri Muslim di bawah naungan Khilafah, itulah yang mampu membebaskan Palestina secara hakiki dan mengusir penjajah Zionis dari bumi Palestina yang diberkahi.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Eva Susiani
Aktivis Muslimah

0 Komentar