Ketidakamanan Anak dalam Sistem Kapitalisme
MutiaraUmat.com -- Kalau kita mendengar kata “anak-anak” pasti akan tergambar kegemasan, kelucuan, dan kerandomannya. Di masa ini, anak-anak mulai mengembangkan potensinya. Oleh karena itu, diperlukan tempat yang bebas untuk mengekspresikan rasa keingintahuannya. Ya, lingkungan di luar rumahlah yang cocok. Sayangnya, di luar rumah ternyata rawan tindak kejahatan, seperti penculikan. Apalagi saat ini banyak berita penculikan yang semakin marak.
Seperti yang di lansir Tribunnews.com (16-11-2025), seorang anak bernama Bilqis Ramadhani (4) menjadi korban penculikan di Taman Pakui Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (2-11-2025). Berdasarkan yang diberitakan, pelaku sempat membawa korban ke Mentawak, Kabupaten Merangin, Jambi. Kemudian, korban dijual kepada pasangan suami istri yang katanya sudah sembilan tahun belum punya anak. Namun, rupanya suami istri tersebut hanya sandiwara. Sebelumnya mereka justru pernah menjual sembilan bayi. Bilqis pun bernasib sama, dijual kembali kepada Ngerikai dan Begandang, Suku Anak Dalam (SAD) untuk menutupi aksinya.
Hingga pada Sabtu (8-11-2025), Bilqis Ramadhani ditemukan dan dijemput tim Polrestabes Makassar dari masyarakat adat di hutan Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Jambi. Para pelaku penculikan juga telah ditangkap di lokasi yang berbeda dan di tahan di Mapolrestabes. Pelakunya ada empat orang, yaitu SY (30), NH (29), MA (42), dan AS (36).
Penyebab Penculikan Marak
Kasus kejahatan terhadap anak terutama penculikan, tidak ada habisnya. Justru semakin deras bagaikan derasnya hujan di bulan ini. Akibatnya, masyarakat terutama orang tua tidak tenang terus dihantui bayang-bayang penculikan. Berikut sebab-sebab kasus penculikan terus terjadi.
Pertama, kemajuan teknologi komunikasi dan media sosial memberikan dampak positif dan negatif. Di satu sisi, membantu orang tua belajar parenting, menjadi media belajar anak, dan sebagainya. Di sisi lain, teknologi yang semakin canggih bisa dimanfaatkan penculik untuk melakukan aksinya.
Kedua, himpitan ekonomi dan lemahnya iman membuat seseorang melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena dalam sistem sekarang, negara tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang luas. Kalaupun ada, kebanyakan yang dibutuhkan tenaga perempuan. Maka tidak heran, banyak kepala keluarga yang menganggur.
Ketiga, lemahnya sistem hukum juga mempengaruhi situasi ini. Padahal sudah ada undang-undang untuk melindungi anak, yakni UU nomor 23 tahun 2022 tentang Perlindungan Anak. Namun, penerapannya masih belum efektif dan berdampak. Birokrasi yang rumit sehingga memperlambat penanganan kasus. Begitu juga hukuman yang diberikan sering kali tidak memberi efek jera.
Kapitalisme Sekularisme
Dari ketiga penyebab di atas, ternyata ada penyebab yang paling mendasar. Apa itu? Kapitalisme sekulerisme. Disadari atau tidak selama masih berhubungan dengan sistem kapitalisme sekuresime, hidup tidak lah baik-baik saja. Sekulerisme yang telah nyata mengikis keimanan, sehingga tidak takut dengan Allah SWT. Aturan Allah dianggap hanya sekedar peringatannya saja. Halal haram dianggal hanya sekedar slogan saja.
Ditambah lagi dengan sistem ekonomi kapitalisme yang bercokol di negeri ini telah menimbulkan kesenjangan. Hidup di negeri yang katanya dengan banyak kekayaan, tetapi faktanya angka kemiskinan masih tinggi. Kekayaan alam hanya di nikmati segelintir orang. Sementara itu, masyarakat hanyalah sebagai penonton.
Belum lagi masalah PHK dan pengangguran yang menjamur. Banyak kepala keluarga yang terpaksa menganggur. Sementara itu, kebutuhan pokok semakin merangkak naik. Hal inilah yang membuat mereka frustrasi, putus asa, hingga melakukan jalan yang salah seperti penculikan. Sementara itu, hukum yang diterapkan masih belum memberi efek jera. Bahkan hukum menjadi komoditas jual beli. Oleh karena itu, tidak heran kejahatan di negeri ini semakin merebak.
Islam Solusinya
Jika penyebab utamanya sistem yang dipakai, sehingga kasus kejahatan terus beranak pinak. Tentu solusinya membuang sistem kapitalisme dan diganti dengan sistem yang sudah falid membawa Rahmat bagi umat. Sistem yang telah membuktikan selama 13 abad lamanya memberi ketenangan, keamanan, dan kesejahteraan. Sistem apakah itu? Ya, sistem Islam.
Dalam Islam, pemimpin (khalifah) akan memberikan perlindungan dan menjamin keamanannya dari berbagai kejahatan. Khalifah juga akan menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Akan menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan secara gratis. Termasuk juga menyediakan lapangan kerja yang luas sekaligus memberikan hak-hak pekerja secara layak. Rasulullah Saw pernah bersabda dalam hadis:
“Imam adalah raain atau penggembala dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR.Bukhari).
Jika dalam sistem kapitalisme kekayaan alam hanya bisa dinikmati pemilik modal. Sementara itu, kalau dalam Islam kekayaan alam wajib dikelola oleh negara. Karena kekayaan alam merupakan harta milik umum. Pengelolaan ini akan membuka peluang kerja yang luas bagi rakyat. Khilafah juga akan mempersiapkan rakyat dengan berbagai macam skill dan keahlian melalui pendidikan.
Dalam Islam, sanksi hukum yang tegas akan diterapkan dan berlaku bagi seluruh manusia, baik itu masyarakat biasa maupun anak para pejabat. Sanksi hukum akan diterapkan langsung di depan seluruh masyarakat. Sehingga orang lain tidak akan melakukan pelanggaran yang serupa. Sementara itu, bagi pelaku pelanggaran, sanksi tersebut akan menghapus dosa-dosanya. Wallahu a’lam bishshawab.[]
Rasti A.
Aktivis Muslimah
0 Komentar