Keterlibatan Asing di Balik Konflik Sudan
MutiaraUmat.com -- Berita memprihatinkan kembali menerpa umat Islam. Perseteruan militer di Sudan telah menjadikan ribuan korban sipil berjatuhan. Jutaan warga mengungsi akibat pertikaian ini. Apakah benar bencana besar ini hanya permasalahan internal dalam negeri Sudan ataukah ada pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan kekayaan alam negeri ini?.
Tanah di kota Al Fasher, Darfur telah berubah menjadi merah. Hal ini dikarenakan perang saudara antara militer Sudan (SAF) dengan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Telah terjadi pembunuhan yang menewaskan 3.000 jiwa hanya dalam hitungan 3 hari. Selain itu tragedi penganiayaan terhadap para wanita juga terjadi. Mereka diperkosa dan dibunuh oleh pasukan dukungan cepat (RSF). Mereka melakukan pembantaian dan pembakaran gedung demi tercapainya penguasaan di Darfur. (Republika.co.id, 30/10/2025).
Sungguh nyawa umat Islam tidak berharga. Dilansir dari Metrotv, 6/11/2025, akibat pertempuran militer, warga Sudan yang mengungsi ke Khartoum sebanyak 81.000 warga. Banyak juga yang telah melarikan diri ke Negara Bagian Darfur Utara, Sudan, sejak 26 Oktober. Mereka mengungsi setelah situasi keamanan memburuk di kota Al Fasher.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) pada Rabu, 5 November 2025, melaporkan bahwa data awal mereka menunjukkan sebanyak 81.817 orang telah mengungsi dari wilayah tersebut.
Sejarah Sudan
Sudan berpenduduk mayoritas muslim. Ketika Islam dibawah kekhilafan Umar bin Khattab ra, tahun 641 M, mengutus panglima Amr bin Ash untuk berdakwah disana. Dilanjutkan dengan pengiriman panglima Abdullah bin Saad pada tahun 644 M dibawah kekhilafan Utsman bin Affan ra. Rakyat Sudan hidup makmur kala itu. Sejak kekhilafan runtuh, wilayah kekhilafahan dikuasai penjajah Inggris. Termasuk Sudan yang sejak 1822 dibawah kekuasaan Mesir.
Sudan merdeka tahun 1956. Dua tahun kemudian terjadi kudeta militer terhadap pemerintahan sipil yang dipilih pada awal tahun. Pada tahun 1962 pecah perang saudara di mulai di wilayah selatan, dipimpin gerakan Anya Nya. Semenjak itu pemerintah Sudan diguncang berbagai kudeta-kudeta sehingga wilayah selatan menjadi pemerintahan sendiri.
Pada tahun 1978 sumber minyak melimpah ditemukan di Sudan Selatan. Terjadi kembali perang saudara antara pasukan pemerintah dengan Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan. Sampai diangkatnya Jenderal Omar al-Bashir sebagai presiden.
Latar Belakang Konflik Sudan
Pada pemerintahan presiden Omar al-Bashir (1993-2019) terjadi pemberontakan di Darfur. Tentara militer Sudan (SAF) bertugas menangani pemberontakan tersebut. Kemudian Al-Bashir membuat undang-undang khusus membentuk Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Tujuannya membantu militer Sudan menumpas para pemberontak. Anehnya, pasukan ini tidak berafiliasi dengan militer yang sah, tetapi langsung dibawah kendali Panglima Angkatan Bersenjata saat itu.
Dalam membiayai pasukan RSF, al-Bashir menggali emas tanpa pengawasan. Sehingga dalam waktu singkat pasukan tersebut menjadi kuat. Bahkan pasukan ini diberikan banyak fasilitas dan keistimewaan khusus yang tidak didapatkan di tentara SAF. Pemimpinnya, Muhammad Hamdan Dagalo (Hemedti), memiliki kerajaan keuangan yang sangat besar. Punya akses hubungan regional dan internasional diluar kerangka resmi negara.
Selanjutnya terjadi pemberontakan di Selatan, dibawah pimpinan John Garang yang ternyata adalah agen AS. Pada 2002 untuk mengakhiri konflik diberikan kepada wilayah selatan untuk menentukan nasib sendiri. Dilakukannya referendum yang mengakibatkan Sudan terpecah menjadi dua. Karena berbagai kepentingan memiliki pengaruh terpisahnya Sudan Selatan yang kaya akan minyak.
Pada tahun 2011, Sudan Selatan merdeka. Terpilihlah John Garang menjadi wakil presiden pertamanya. Konflik masih berlanjut. Tahun 2019, presiden Omar dikudeta oleh gabungan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan RSF. Mengakibatkan pemerintahan dijalankan oleh transisi militer selama 3 tahun. Kemudian terjadi pecah kongsi antara SAF dan RSF, akibat Hemedti tidak mau dibawah SAF. Kembali eskalasi konflik meningkat sehingga tahun 2023-2025 terjadi pertemuan secara terbuka. Sehingga lebih 100.000 orang menjadi korban jutaan mengungsi dari wilayah konflik. Awalnya kota Darfur dikuasai SAF dengan bantuan Mesir dan Arab Saudi tapi dengan bantuan UEA dan Chad, RSF berhasil menguasai Darfur saat ini.
Sumber Kekayaan Alam Sudan Sangat Melimpah.
Produksi Minyak Mentah di Sudan tetap tidak berubah pada 30 BBL/D/1K pada bulan Juli. Produksi Minyak Mentah di Sudan rata-rata 166,13 BBL/D/1K dari tahun 1993 hingga 2025. Trading Economic. Berdasarkan laporan yang ada, emas diproduksi 80 ton per tahun sebelum perang, tetapi menurun tajam pada awal perang sekitar 2 ton. Pada 2024 menjadi 73,8 ton, menurut data dari World Gold Council.
Dengan kekayaan alamnya, Sudan menjadi incaran negara asing. Berbagai cara internasional mengekploitasi SDA ini. Berbagai kepentingan inilah yang memicu konflik separatisme sehingga negara asing mengarahkannya kepada perpecahan. Inilah akar masalah yang terjadi di Sudan.
Amerika Serikat dan Inggris adalah pelaku utamanya. Melalui negara bonekanya Mesir, UEA, Israel, merebutkan pengaruh politik demi kepentingan penjarahan SDA di Sudan. Dengan menciptakan perang saudara agar tujuannya tercapai. Semata-mata untuk melenyapkan hegemoni Inggris di Sudan. Selanjutnya memisahkan Darfur dan akan memecah Sudan menjadi wilayah lebih kecil lagi. Sehingga SDA nya akan mudah dikuasai.
Islam Solusi Perpecahan
Islam bukan pemerintahan militer. Islam juga melarang kerjasama dengan pihak asing. Syariat Allah mengharuskan umat bersatu, walaupun berbeda etnis dan suku. Mengelola SDA secara mandiri, dan mendistribusikan secara merata dan adil.
Inilah solusi bagi rakyat Sudan dan seluruh umat Islam di dunia. Diterapkan sistem syariat Islam ditengah kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara berlandaskan ajaran kenabian. Wallahu a'lam
Oleh: Irma Hidayati, S. Pd.
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar