Gen Z Wajib Menolak Solusi Dua Negara


MutiaraUmat.com -- Dunia tengah ramai dengan aksi solidaritas dan kemanusiaan dari berbagai negara untuk menembus blokade Gaza, yang disebut Global Sumut Flotilla. Namun, telah terjadi tragedi yang menyentuh nurani manusia di dunia. Kapal-kapal Global Sumut Flotilla yang membawa obat-obatan, makanan, harapan, dan lainnya telah diculik oleh zionis. (BBC.com, 3-10-2025)

Saat bantuan kemanusiaan dicegat, dunia tidak bisa tinggal diam. Tragedi ini bukan soal kehilangan kapal, tetapi soal kehilangan rasa kemanusiaan. Tragedi ini menjadi ujian bagi nurani dunia termasuk bagi generasi yang tumbuh di derasnya arus digital yakni generasi Z. Pencegatan terhadap kapal-kapal Global Sumut Flotilla menjadi bukti bahwa zionis hanya tahu bahasa perang, pengkhianatan, dan tidak paham bahasa damai.

Negara-negara di dunia bereaksi cepat; London, Paris, Roma, dan Brussel. Masyarakatnya turun ke jalan karena mereka sudah muak dengan kebiadaban Israel. Gelombang protes pro-Palestina juga muncul di kota-kota besar Eropa. Namun, ada satu fakta yang menjadi sorotan yaitu Gen Z ikut terjun ke jalan menentang pencegatan kapal Global Sumut Flotilla dan menggemakan solidaritas bagi Gaza. (Kompas.com, 4-10-2025)

Kepedulian Gen Z Perlu Dikawal

Aksi perjuangan dan dukungan memang patut di apresiasi. Mereka menunjukkan masih memiliki rasa peduli dan hati nurani belum mati. Di tengah dunia yang lagi tidak baik- baik saja masih ada generasi muda yang memilih berdiri, tidak berdiam.

Semangat dan kekuatan gen Z tidak boleh di sia-siakan. Mereka harus didampingi dan diedukasi dengan pemahaman yang kuat. Pemahaman terkait gerakan ideologis yang mampu melahirkan kesadaran umat untuk menyamakan langkah dan pemikiran dalam membebaskan Gaza.

Gen Z harus dipahamkan bahwa solusi yang ditawarkan barat, yakni solusi dua negara hanyalah ilusi yang justru semakin menambah masalah. Solusi ini ditetapkan untuk melegalkan eksistensi zionis di Gaza. Artinya solusi untuk menzalimi, sedangkan perbuatan zalim itu hukumnya haram.

Ilusi Narasi Solusi Dua Negara

Gaza kondisinya kian memburuk dan mengkhawatirkan. Konflik yang berkepanjangan telah melumpuhkan seluruh aspek kehidupan sehingga mengakibatkan krisis kemanusiaan yang mendalam. Ratusan ribu warga Gaza menderita kelaparan, selain itu minimnya layanan kesehatan semakin menambah penderitaan mereka. Mirisnya, konflik di Gaza seolah hanya sebagai panggung nyata. Para pemimpin negeri-negeri muslim hanya diam mengambil posisi aman. Bahkan, negara-negara besar juga ikut bersembunyi di balik jargon perdamaian semu yang ditawarkan oleh AS yakni solusi dua negara (two state solution).

Kalau kita teliti lebih dalam, solusi dua negara hanyalah ilusi politik yang semakin menjauhkan umat dari cita-cita pembebasan Palestina secara penuh dari penjajah. Bagaimana mungkin satu wilayah dibagi dua. Artinya, nantinya akan hidup berdampingan dengan penjajah yang akan terus menjajahnya. Konsep solusi dua negara ini seolah solusi yang baik, tetapi pada realitasnya sama saja dengan menormalisasi penjajahan.

Yang disayangkan, para pemimpin muslim mendukung solusi ini. Tindakan tersebut sama saja dengan mengkhianati para syuhada yang telah menumpahkan darahnya demi tanah suci tersebut. Alih-alih membela Gaza dengan mengirimkan pasukan militer, mereka justru ikut mendukung solusi buatan Barat. Inilah bukti nyata gagalnya kepemimpinan dalam sistem sekuler yang tidak bertumpu pada syariat Islam, sehingga tidak melahirkan pemimpin yang berani melawan kezaliman yang dialami Palestina. Oleh karena itu, selama masih bertumpu pada sistem sekuler, maka tidak akan ada negara yang benar-benar berdiri tegak di sisi Gaza.

Islam Solusi Konflik Gaza

Jika solusi dua negara hanya ilusi, maka tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengakhiri penjajahan? Jawabannya adalah mengganti sistem sekuler dengan Islam. Islam mempunyai serangkaian aturan dan solusi yang mampu menyelesaikan konflik di Palestina. Islam memandang tanah Palestina bukanlah tanah sengketa, tetapi tanah wakaf umat Islam yang harus dibebaskan dari kaum kafir. Pembebasan Palestina secara hakiki hanya dapat dilakukan melalui jihad dan khilafah.

Dengan adanya khilafah, pasukan militer umat Islam dapat dikerahkan untuk mengakhiri segala bentuk penjajahan. Jihad merupakan aksi nyata untuk menghentikan segala kezaliman. Sebagaimana Allah telah menyeru dalam Qur’an surah At-Taubah ayat 123, yang artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir di sekitarmu dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas darimu, dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Untuk menegakkan jihad dan Khilafah, diperlukan kelompok dakwah ideologis yang berperan menyadarkan umat dan menanamkan pemikiran yang shahih. Umat akan dibina hingga mampu membedakan yang benar dan batil, serta memiliki semangat perjuangan yang terarah. Melalui gerakan ini umat bisa bersatu dan bergerak dengan tujuan yang jelas.

Khatimah

Hanya dengan menerapkan kembali sistem Islam sebagai junnah dan pemersatu seluruh umat muslim dalam satu kepemimpinan yaitu khilafah. Khilafah adalah satu-satunya solusi bagi konflik di Palestina. Khilafah inilah yang nanti akan menyerukan jihad, mengerahkan seluruh kekuatan militer untuk dikirimkan ke Palestina. Rasulullah pernah bersabda dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, seperti sesungguhnya imam (Khalifah) adalah perisai, di belakangnya kaum muslim berperang dan dengannya mereka berlindung.

Oleh karena itu, arah perjuangan hakiki seperti inilah yang perlu dipahami gen Z. Gen Z wajib menolak segala solusi barat yang hanya tipu-tipu. Gen Z harus berani berdiri untuk menyuarakan solusi Islam. Karena hanya dengan Islam akan terwujud keadilan, kemuliaan, dan keberkahan. Wallahu a'lam bishshawab.[]


Oleh: Rasti Astria
(Aktivis Muslimah)

0 Komentar