Takdir Milik Allah, Usaha dan Doa Milik Kita
MutiaraUmat.com -- Hidup ini sering terasa seperti perjalanan panjang yang penuh tikungan, tanjakan, dan kejutan. Kadang kita merasa sudah berusaha sekuat tenaga, tapi hasilnya tidak sesuai harapan.
Ada yang sudah belajar keras tapi gagal ujian, ada yang berbisnis sungguh-sungguh tapi justru rugi, ada pula yang sudah menjaga rumah tangga dengan sebaik-baiknya, namun ujian tetap menghantam. Saat itulah kalimat “Takdir itu milik Allah” menjadi pengingat paling lembut bahwa kita bukan pemilik hasil, kita hanya hamba yang berusaha.
Syaikh Ibnu ‘Atha’illah dalam kitab Al-Hikam berkata, "Tenangkan dirimu dari pengaturan. Apa yang Allah tetapkan bagimu tidak akan diambil oleh selain-Nya. Dan apa yang tidak ditakdirkan bagimu, tak akan pernah sampai kepadamu."
Kata-kata ini bagaikan air jernih yang menenangkan hati. Betapa sering manusia dikejar rasa gelisah, “Kalau gagal bagaimana? Kalau tidak sesuai keinginan bagaimana?” Padahal kegelisahan itu muncul karena kita terlalu ingin mengatur hasil, seakan-akan kita bisa memegang kendali mutlak.
Padahal, tugas kita hanyalah berusaha dan berdoa. Hasilnya? Serahkan sepenuhnya kepada Allah Swt.
Namun, jangan salah paham. Berserah diri kepada takdir bukan berarti pasrah tanpa usaha. Allah memerintahkan kita berikhtiar.
Rasulullah Saw bersabda, "Ikatlah untamu, kemudian bertawakkallah." (HR. Tirmidzi)
Hadis ini sederhana tapi sangat dalam, usaha adalah syarat, tawakal adalah ruh. Takdir bukan alasan untuk malas, tapi dorongan untuk lebih ikhlas.
Takdir dan Usaha dalam Pandangan Islam
Islam menempatkan takdir pada posisi yang indah. Di satu sisi, Allah sudah menetapkan segala sesuatu sejak azali. Di sisi lain, manusia diberi akal, pilihan, dan kehendak untuk beramal. Kombinasi ini melahirkan keseimbangan, kita tidak sombong saat berhasil, dan tidak putus asa saat gagal.
Syekh Taqiyuddin an-Nabhani menjelaskan bahwa manusia memiliki qudrah (daya) dan iradah (kehendak), yang keduanya diberikan oleh Allah untuk digunakan dalam batas kemampuan. Tapi hasil akhirnya tetap milik Allah. Beliau menegaskan, takdir bukanlah penghalang usaha, melainkan bingkai yang menunjukkan keterbatasan kita sebagai makhluk. Justru karena ada takdir, manusia butuh Allah, dan karena itu doa menjadi senjata paling kuat.
Bayangkan seorang petani. Ia menanam benih, menyirami, memberi pupuk, menjaga dari hama. Semua itu adalah usaha. Tetapi apakah ia bisa memastikan padi tumbuh subur? Tidak. Hujan, cuaca, tanah, dan seribu faktor lain berada di luar kuasanya. Di sinilah takdir Allah bekerja. Dan doa menjadi jembatan antara kelemahan manusia dan kekuatan Allah Ta'ala.
Jangan Takut Gagal, Karena Allah Punya Rencana
Sering kali kita terlalu takut gagal, padahal kegagalan pun adalah bagian dari rencana Allah untuk membentuk kita.
Bukankah Nabi Yusuf ‘alaihissalam dulu dijual sebagai budak, difitnah, dipenjara bertahun-tahun? Dari kacamata manusia, itu adalah kegagalan. Tapi justru dari jalan itulah Allah mengangkatnya menjadi penguasa Mesir.
Ibnu ‘Atha’illah kembali mengingatkan, "Terkadang Allah membuka pintu ketaatan bagimu, tapi Dia tidak membuka pintu penerimaan. Terkadang Dia menutup pintu ketaatan bagimu, tapi justru Dia membuka pintu penerimaan. Itu semua agar engkau tidak bersandar kepada amal, melainkan hanya kepada Allah."
Artinya, usaha kita bisa jadi tampak gagal, tapi di mata Allah itu justru jalan untuk meraih kedekatan dengan-Nya. Dan bisa jadi usaha kita tampak berhasil, tapi jika membuat sombong, itu bukan keberkahan.
Usaha, Doa, dan Harapan
Syekh Taqiyuddin an-Nabhani pernah menjelaskan bahwa doa bukan sekadar permintaan pasif, tapi cermin keimanan dan pengakuan bahwa manusia lemah tanpa pertolongan Allah. Bahkan doa adalah bentuk perjuangan, karena dengannya kita tidak menyerah kepada keadaan.
Doa ibarat mengetuk pintu langit. Kita tidak tahu kapan Allah membukanya, tapi setiap ketukan pasti dicatat.
Rasulullah Saw bersabda, "Tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Allah dengan doa yang tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikan salah satu dari tiga, dikabulkan segera, disimpan untuk akhirat, atau dijauhkan dari keburukan yang setara." (HR. Ahmad)
Jadi, doa itu selalu bekerja. Tidak ada yang sia-sia.
Oleh karena itu, istiqamahlah mengkaji Islam kaffah. Karena dengan begitu engkau akan memiliki pemahaman yang benar bonus mental pejuang.
Hidup ini memang penuh kejutan. Kadang kita tertawa, kadang kita menangis. Tapi satu hal yang pasti bahwa takdir Allah selalu lebih indah daripada rencana kita.
Tugas kita adalah melangkah, berusaha sebaik mungkin, berdoa sepenuh hati, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Jangan takut gagal. Jangan minder jika hasilnya tak sesuai harapan. Ingat pesan Syaikh Ibnu ‘Atho’illah, yang tidak ditakdirkan untukmu tak akan sampai padamu, dan yang ditakdirkan untukmu pasti akan menghampirimu, meskipun seluruh dunia menolaknya.
Maka jadilah pejuang syariat. Berusaha maksimal di bumi, tapi hati tetap tertambat di langit. Karena pada akhirnya, takdir memang milik Allah, tapi usaha dan doa adalah milik kita. []
Nabila Zidane
Jurnalis
0 Komentar