Kebangkitan Umat di Tangan Generasi Muda
MutiaraUmat.com -- Makin hari, makin nampak kebobrokan yang dilakukan negara. Korupsi dan tindak kriminal terjadi di mana-mana. Semua kebutuhan serba mahal, pajak makin bervariasi dan lain-lainnya. Akhirnya, tekanan hidup rakyat semakin berat. Masyarakat pun tak tinggal diam. Mereka turun ke jalan untuk menyuarakan keluh kesah dan penderitaan yang mereka alami. Maka, wajar saja akhir-akhir ini sering terjadi demo di penjuru tempat.
Generasi Z (Gen Z) yang menjadi korban pun ikut menyampaikan aspirasi-aspirasi yang mereka punya. Uniknya, mereka memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan penolakan, penindasan yang dilakukan oleh penguasa. Dengan modal kreatif, Gen Z menggunakan meme, poster-poster, narasi digital, dan lain-lain sebagai alat untuk menggambarkan kekecewaan mereka terhadap negara. Menurut Anastasia Satrio M P.si, selaku Psikolog Anak dan Remaja, hal ini tentunya cukup berbeda dengan generasi- generasi sebelumnya yang cenderung melakukan tindakan perlawanan, bukan dengan cara menghadapi. (kompas.com, 05/09/2025)
Berdasarkan ilmu psikologi, karakter Gen Z dituntun sesuai dengan paham kapitalisme, sehingga hilanglah kesadaran mereka terhadap politik. Gen Z yang kreatif, emosional, dan haus akan pengakuan, justru diarahkan berekspresi dalam ranah personal dan kultural, bukan struktural dan politis. Kini mereka sibuk mempertahankan diri dengan emosi yang meronta-ronta. Walhasil, mereka menjadikan demo hanya sebatas ruang ekspresi.
Sejatinya, demonstrasi bukan sekadar wujud Gen Z merespon tekanan. Demonstrasi juga bukan hanya gaya untuk menyuarakan kekecewaan. Namun, hal ini adalah bentuk fitrah manusia yang tidak mau ditindas. Sebab, dari awal penciptaan, manusia memiliki gharizah (naluri) baqa', yakni naluri mempertahankan diri atau eksistensi. Tentu menjadi hal yang lumrah apabila manusia tidak rela dirinya ditimpa kezaliman.
Nahasnya, masyarakat yang melakukan demonstrasi tidak memiliki solusi yang pasti. Mereka yang tidak mau ditindas dan menolak kezaliman, seharusnya tidak hanya tersulut emosi pada isu-isu pragmatis, melainkan mereka harus mencari solusi solutif untuk meniadakan kezaliman tersebut. Kekecewaan yang mereka alami harus diarahkan pada kesadaran politik, supaya terwujud perubahan sistemik. Masyarakat sekarang belum bisa menemukan solusi bagi permasalahan yang dialami, sebab mereka tidak mengidentifikasi akar masalah dan solusinya. Akhirnya mereka sekadar emosi karena termakan isu.
Salah Satu potensi yang dimiliki Islam adalah sesuai dengan fitrah manusia. Dasarnya, manusia memiliki tiga gharizah pada dirinya. Ciri-cirinya, jika tidak terpenuhi tidak akan menimbulkan kematian, melainkan manusia akan merasa gelisah dan resah. Pertama, gharizah tadayyun (naluri beragama), kedua, gharizah baqa' (naluri mempertahankan diri), ketiga, gharizah nau' (naluri melestarikan keturunan). Perlu digaris bawahi, bahwa ketiga naluri tersebut ketika dipenuhi dengan syarak dan akal yang jalan, maka manusia mampu menemukan jawaban hidup yang jelas.
Selain itu, Islam memiliki sistem muhasabah lil hukkam (mengoreksi penguasa). Islam mewajibkan bagi setiap umatnya untuk menjalankan amar makruf nahi munkar, termasuk pada penguasa. Salah satu tujuan dibentuknya partai politik juga untuk melakukan muhasabah pada pejabat negara. Begitupula dengan institusi negara, seperti mahkamah mazhalim dan majelis umat. Keduanya memiliki visi misi yang sama, yakni mengontrol perputaran roda pemerintahan agar tetap sesuai dengan syariat Islam.
Pemuda memiliki potensi yang kuat untuk merubah peradaban yang rusak menjadi peradaban yang shahih, yakni peradaban Islam. Generasi muda tersebut telah terbukti pada zaman Rosulullah SAW. Mereka memiliki peran membangun kesadaran politik yang sejati. Terlebih Gen Z memiliki banyak keunggulan, mulai dari adaptif terhadap teknologi, kreativitas tinggi, vokal tentang isu sosial, kepekaan emosional, dan sebagainya.
Adanya berbagai macam permasalahan yang terjadi, justru semakin membuka mata masyarakat akan kejelekan dan kerusakan sistem yang diterapkan saat ini. Maka, sudah sepantasnya bagi seorang Muslim terlebih seorang pengemban dakwah, untuk memanfaatkan kesempatan emas ini dengan memahamkan ideologi Islam bagi mereka yang belum mengenal Islam. Sebab, faktor utama belum diterapkannya sistem Islam adalah minimnya informasi masyarakat tentang Islam dan adanya paradigma dari musuh bahwa Islam adalah Radikal.
Maka dari itu, generasi sekarang sangat membutuhkan bimbingan dari negara Islam. Sebab, hanya negara Islam yang membentuk setiap individu masyarakatnya dengan syakhsiyyah islamiyah (kepribadian Islam). Sehingga pola pikir dan pola sikap masyarakat merujuk kepada syariat Islam. Dengan hal itu, mustahil generasi muda menjadi ruang ekspresi sesaat ataupun dimanipulasi oleh barat. Wallahu a’lam bishshawab. []
Oleh: Ghaida Rizkyama
(Santri Ideologis)
0 Komentar