Jangan Buang Energi Buat yang Gak Setara
MutiaraUmat.com -- Di kehidupan ini, sob, aku belajar satu hal penting, yaitu jangan buang energi buat yang gak setara. Energi itu mahal, bukan cuma tenaga fisik, tapi hati, pikiran, dan ketenangan jiwa. Kalau dipakai untuk hal-hal yang nggak penting, ujung-ujungnya capek sendiri, sakit hati sendiri, dan paling parah, bikin kita lupa fokus pada hal yang benar-benar berharga.
Bayangkan, ada orang yang sehari-hari ribut, iri, atau insecure. Mereka main drama atau berusaha memancing emosi orang lain. Kalau kita ikut larut, apa bedanya dengan mereka? Sama-sama kehilangan energi, tapi kita nggak dapat apa-apa. Malah hati sendiri yang terkuras.
Jadi, prinsipku sederhana, kalau levelnya gak setara, jangan diladeni. Biarkan mereka bermain sendiri.
Elegan itu bukan soal diam pasif atau pura-pura nggak peduli. Elegan itu soal memilih pertarungan yang benar, menempatkan kekuatan di tempat yang tepat. Seorang Ratu tidak akan ikut rebutan level rakyat biasa, karena dia paham bahwa energi yang dipakai untuk hal kecil akan mengurangi daya untuk hal besar. Jadi, tetap tenang, tetap damai, tetap fokus.
Dalam hidup sehari-hari, aku menemukan banyak momen yang menguji kesabaran, seperti orang yang suka salah paham, yang posesif, yang mood swing karena hal sepele. Tadinya mungkin aku terbawa emosi, tapi sekarang? Aku mundur dan fokus ke hal yang jauh lebih penting.
Fokus ke anak-anak, keluarga, kesehatan, dan hati sendiri. Aku tidak membiarkan diri terseret ke drama yang bikin lelah dan nggak produktif.
Menjaga energi juga soal menjaga hati. Hati itu lembut dan mahal. Kalau dipakai untuk orang yang tidak menghargai, ujung-ujungnya sakit sendiri. Jadi aku pilih, satu hati dijaga dengan baik, sisanya biarlah dunia mengurus drama mereka sendiri. Anak-anak jadi belajar, kalau ibu bisa tetap tenang, tetap fokus, tetap bahagia meskipun sering menghadapi drama orang lain yang hobi ribut nggak jelas.
Syaikh Ibn ‘Attoillah rahimahullah pernah menegaskan,
“Hati itu bagaikan taman, jika kamu rawat dengan dzikir dan ketenangan, ia akan tumbuh indah, jika kamu biarkan diisi oleh emosi dan iri, ia akan layu dan sakit.”
Makanya menjaga hati adalah investasi paling berharga, lebih berharga dari semua drama orang lain.
Ali bin Abi Thalib juga berkata,
“Jadilah kamu orang yang hatinya luas, sehingga urusan orang lain tidak membuatmu gelisah, karena hati yang tenang adalah sumber kekuatan sejati.”
Makanya aku lebih banyak diam dan cuek. Aku tahu, ketenangan hati itu power yang elegan.
Lucunya, sob, kadang hidup itu seperti menonton live show, drama orang lain gratis, hiburan tambahan, sambil kita duduk manis menikmati popcorn. Kita bisa tersenyum, menertawakan absurditas mereka, tapi energi tetap aman, hati tetap damai. Enggak perlu ikutan ribut, itu sudah urusan mereka. Kita cukup menonton, belajar, dan menjaga fokus pada hal yang benar-benar berarti.
Elegan itu juga soal logika. Banyak orang masih bermain dengan hati, iri, cemburu, atau mood swing. Mereka lupa pakai logika. Dan lucunya, logika itu sederhana, jangan buang energi untuk yang nggak setara, simpan untuk hal yang penting, simpan untuk orang yang benar-benar menghargai.
Itulah power dari elegansi, kita bisa tetap kuat, tetap fokus, tapi nggak ikut rusuh. Kita bisa menertawakan absurditas dunia tanpa kehilangan diri sendiri.
Dan yang paling penting, sob, dengan menjaga energi, aku bisa lebih produktif, seperti aktif menulis, menyiapkan masa depan anak-anak yang lebih baik, menjaga kesehatan, dan memperkuat hati.
Karena energi yang dipakai di tempat yang tepat akan membawa hasil yang nyata. Bukan capek, bukan sakit hati, tapi pahala, kebahagiaan, dan kedamaian batin.
Jadi prinsipku sekarang jelas, jangan buang energi buat yang gak setara. Kekuatan itu elegan kalau dipakai di tempat yang tepat. Diam bukan tanda lemah, tapi tanda bijak. Fokus bukan egois, tapi tanda cerdas. Tenang bukan pasif, tapi tanda kuat.
Anak-anak juga belajar dari itu. Mereka melihat, ibu bisa tegas tanpa marah, bisa santai tanpa takut, bisa fokus tanpa terganggu drama orang lain. Itu pelajaran hidup paling berharga, hati, energi, dan waktu kita adalah aset paling mahal, maka gunakan untuk yang benar-benar pantas menerimanya.
Oleh: Nabila Zidane
Jurnalis
0 Komentar