Perjuangan Pembebasan Palestina Tersekat oleh Nasionalisme
MutiaraUmat.com -- Gerakan Global March to Gaza yang saat ini sedang berlangsung dari Al-Arish menuju Gerbang Rafah tengah menjadi sorotan dunia internasional sebagai bentuk kepedulian nurani atas penolakan diam dan krisis kemanusiaan di Palestina.Konvoi yang dilakukan ini melibatkan ribuan orang dari berbagai penjuru negara. Mereka yang hadir bukan sebagai perwakilan dari diplomatik resmi, tetapi sebagai pejuang moral dan kemanusiaan.
Pemerintah Mesir secara terang-terangan menentang aksi blokade Israel di Gaza serta mendesak gencatan senjata segera dilakukan. Selain itu Kairo juga ikut bungkam dalam pembangkang aktivis yang mengkritik keras hubungan ekonomi dan politik Israel-Mesir.
Sejumlah peserta aksi mengikuti yang mendukung gerakan Global March to Gaza di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (15/6/2025). Peserta aksi akan berjalanan kaki dari Kairo. Mesir menuju Gerbang Rafah. Peserta aksi berasal dari 50 negara dikabarkan akan diikuti 10.000 orang.
Kamis (12/6/2025), Philippe Lazzarini mengatakan bahwa gangguan terhadap distribusi bantuan kemanusiaan yang memperparah kelaparan di Jalur Gaza ,ujar Kepala Badan Bantuan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA).
Matinya Kemanusiaan Tersekat oleh Nasionalisme
Gerakan Global March To Gaza (GMTA) seolah mewaklili kemarahan umat. Hal tersebut menandakan bahwa kita tidak bisa berharapan kepada lembaga internasional dan para penguasa negeri hari ini. Di mana nasionalisme ini telah mematikan hati nurani para penguasa Muslim yang membuat mereka mati rasa dengan penderitaan muslim Palestina.
Tertahannya mereka di pintu Rafah justru makin menunjukkan bahwa gerakan kemanusiaan apapun tidak akan pernah bisa menyelesikan masalah Gaza karena adanya pintu penghalang terbesar yang berhasil dibangun oleh penjajah di negeri-negeri kaum Muslim, yakni nasionalisme dan konsep negara bangsa. Rasa empati dan kepedulian sebagai sesama Muslim seolah mereka abaikan, padahal rasa kemanusiaan itu merupakan fitrah yang Allah SWT berikan pada tiap manusia sebagai garizah nau’, yaitu naluri berkasih sayang. Non-Muslim saja memiliki rasa empati terhadap Palestina, kenapa penguasa negeri Muslim seolah tak peduli dan menutup mata.
Paham ini yang telah menutup hati nurani para penguasa muslim dan tentara mereka, sehingga rela membiarkan saudaran seimanya dibantai di hadapan mata bahkan ikut menjaga kepentingan pembantai hanya demi meraih keridhaan negara adidaya (Amerika). Nasionalisme sebagai penghalang bagi penguasa Muslim untuk bersikap adil dan peduli pada kaum Muslim Palestina.
Sayangnya, Iran baru mau menyerang ketika mereka diserang. Tapi Iran tidak mengerahkan segenap kekuatan militernya dan tidak menyasar target strategis Israel. Seolah serangan yang dilakukan ke Israel hanya untuk kepentingan negaranya sendiri.
Sungguh miris, penguasa Muslim sendiri menghalangi upaya umat Islam untuk membela Palestina dalam aksi Global March to Gaza. Ratusan aktivis ditangkap pemerintak Mesir, bahkan mereka mendeportasi puluhan warga asing yang ikuti konvoi.
Jihad Pembebasan Palestina Wajib!
Urusan Palestina adalah urusan umat Islam sedunia. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisi) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” (TQS. Al-Hujurat [49]: 10).
Dalam kepemimpinan khalifah kaum Muslim selalu menyediakan waktu untuk mengutus pasukan damai. Pasukan di seluruh penjuru negeri untuk mengadang orang-orang kafir yang ada di hadapan mereka akan diarahkan oleh khalifah. Di mana semua perbatasan harus selalu diisi dengan tentara Islam dan tidak boleh kosong. Umat Islam diwajibkan paham terhadap bahaya nasionalisme dilihat dari sisi pemikiran maupun sejarahnya. Keduanya hal ini digunakan musuh Islam untuk meruntuhkan khilafah dan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri Muslim.
Kunci pembebasan Palestina adalah jihad dan khilafah. Umat Islam harus berjuang untuk menegakkan khilafah. Khilafah tidak akan tegak dan terwujud ketika umat Islam masih hidup dalam sistem sekuler kapitalisme pada kondisi saat ini. Umat Islam perlu diarahkan untuk meninggalkan sistem sekuler dan mewujudkan sistem Islam khilafah.
Penutup
Umat Islam paham betul bahwa arah pergerakan mereka adalah untuk penyelesian konflik Palestina yang bersifat politik, yaitu dengan fokus membongkar sekat negara bangsa dan mewujudkan satu kepemimpinan politik Islam di dunia.
Untuk itu penting adanya dukungan dan bergabung dengan gerakan politik ideologis yang berjuang tanpa kenal sekat dan terbukti konsisten memperjuangkan tegaknya kepemimpinan politik Islam tersebut di berbagai tempat. Seruan jemaah dakwah Islam ideologis ini dan berjuang bersama menjemput pertolongan Allah SWT. Wajib dijawab seruanya oleh umat Islam. Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Fitri Susilowati
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar