Palestina dan Fajar Kebangkitan Umat
MutiaraUmat.com -- Kondisi Gaza kian memburuk dan mengkhawatirkan. Pada Kamis, 10 Juli 2025, Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa korban tewas akibat genosida Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 57.762 jiwa. Kementerian Kesehatan juga menyebutkan bahwa dalam beberapa hari terakhir rumah sakit menerima lebih dari 82 jenazah dan 242 orang terluka, sehingga total korban luka dalam perang Israel–Palestina mencapai 137.656 orang lebih (Anadolu Agency, 12/07/2025).
Kondisi ini diperparah dengan adanya blokade total yang dilakukan Israel terhadap Gaza sejak Oktober 2023. Kantor Media Pemerintah menyebutkan bahwa setidaknya 67 anak meninggal akibat kelaparan, dan jumlah korban akan terus bertambah mengingat lebih dari 650.000 balita kini terancam malnutrisi parah yang bisa merenggut jiwa mereka. Hal ini disebabkan oleh sulitnya mengakses bantuan bahan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar (Anadolu Agency, 12/07/2025).
Kantor Media Pemerintah juga menyebutkan bahwa saat ini 1,25 juta penduduk Gaza terancam kelaparan parah, dan setidaknya 1 juta anak-anak mengalami ketahanan pangan yang sangat buruk. Sementara itu, Israel terus menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata dan terus membombardir Jalur Gaza tanpa henti, menyebabkan krisis pangan dan kemanusiaan yang semakin dalam.
Sungguh, kekejaman yang nyata terjadi saat ini. Berbulan-bulan warga Gaza kesulitan mendapat bantuan kemanusiaan, dan ini bagaikan hukuman mati bagi anak-anak Palestina.
Tak bisa dibayangkan keadaan yang menimpa saudara-saudara kita di Palestina. Tak hanya tanah dan harta benda mereka yang dirampas secara paksa, tetapi nyawa mereka pun dihabisi. Wanita dan anak-anak pun menjadi target genosida Israel tanpa ampun.
Yang lebih menyedihkan lagi, kehancuran Gaza disaksikan langsung oleh para penguasa negeri-negeri Muslim di seluruh penjuru dunia. Mereka seolah menjadi penonton netral saat saudara mereka dibantai oleh Zionis Israel. Mereka begitu dekat, namun terasa jauh. Mereka lupa bahwa kaum Muslimin itu satu tubuh, walau tersebar di berbagai penjuru dunia.
Di saat rakyat Palestina berjuang melawan penjajahan Israel dengan mempertaruhkan nyawa mereka, para penguasa negeri-negeri Muslim justru menghianati perjuangan ini dengan menormalisasi hubungan dengan Israel.
Saat perang Iran–Israel terjadi, penguasa negeri-negeri Muslim kembali menghianati Palestina. Pesawat-pesawat tempur Israel bebas melintasi wilayah udara negeri-negeri Muslim tanpa halangan. Namun, saat perang diakhiri dengan penandatanganan gencatan senjata, tak sedikit pun mereka menyinggung soal pembebasan Palestina di dalamnya.
Solusi dua negara yang ditawarkan oleh penguasa Muslim, termasuk Indonesia, sebagai cara untuk menekan Israel adalah langkah tidak masuk akal dan hanya bertujuan memperdaya umat. Para penguasa ini tampaknya lupa atau pura-pura lupa bahwa Yahudi akan selalu melanggar setiap perjanjian dan kesepakatan. Karena pada dasarnya, etnis Yahudi tidak akan bisa hidup berdampingan secara damai dengan kaum Muslimin. Maka, kesepakatan apa pun tidak akan membawa perdamaian yang sejati bagi Palestina. Mereka tidak pernah sungguh-sungguh menginginkan Palestina merdeka dan berdaulat penuh.
Allah Swt. berfirman:
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Nabi Muhammad) hingga engkau mengikuti agama mereka." (QS. Al-Baqarah: 120)
Demikian pula rakyat Palestina. Mereka pun tidak akan rela menyerahkan tanah kaum Muslimin kepada musuh Islam begitu saja. Perjanjian Umariyah yang dibuat oleh Khalifah Umar bin Khattab dengan penduduk Baitul Maqdis, yang menjamin perlindungan atas harta dan nyawa mereka, tidak akan dikhianati oleh rakyat Palestina. Begitu pula darah para syuhada yang tertumpah demi mempertahankan tanah suci umat ini.
Selama penjajahan dan genosida terus berlangsung, rakyat Palestina tidak akan pernah menyerah terhadap Israel. Sudah seharusnya mereka melawan kebiadaban itu dengan jihad. Rasulullah ï·º memerintahkan kaum Muslimin untuk berjihad melawan Yahudi. Beliau bersabda:
"Kalian akan memerangi orang-orang Yahudi hingga mereka bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon berkata: 'Wahai Muslim, wahai hamba Allah, ini Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh dia.'"
(HR. Bukhari dan Muslim)
Solusi bagi masalah Gaza dan Palestina adalah tegaknya Khilafah. Maka dari itu, kaum Muslimin harus fokus pada agenda mewujudkan Khilafah. Umat Islam harus bersatu, melepaskan diri dari belenggu nasionalisme, dan menyatukan negeri-negeri Muslim dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Dengan bersatunya kaum Muslimin, Khilafah dapat membebaskan Palestina dengan memimpin jihad fi sabilillah.
Umat harus sadar bahwa seruan “solusi dua negara” telah lama digaungkan, namun pembantaian tetap terjadi. Ini seharusnya menyadarkan kita bahwa solusi Barat hanya menjauhkan umat dari penyelesaian hakiki. Solusi sejati adalah menegakkan kembali Daulah Khilafah sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah ï·º. Solusi inilah yang terbukti membawa kejayaan dan kebangkitan umat Islam di masa lalu.
Maka, tugas kita hari ini adalah mendakwahkan Khilafah hingga tegak, agar Palestina terbebas dari belenggu penjajahan dan umat terbebas dari sistem sekuler kapitalisme yang rusak.
Wallahu a‘lam bish-shawab.
Oleh: Irayani
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar