Menulis Dimulai dari Mana? Dari Niat yang Benar
MutiaraUmat.com -- Menulis itu ibarat naik sepeda. Kalau nunggu ahli dulu, ya gak akan jalan-jalan. Padahal kadang, tulisan yang paling menyentuh itu justru datang dari hati yang tulus, bukan dari teknik yang ribet.
Banyak orang ingin menulis, tapi bingung mulai dari mana. Merasa tulisannya belum sebagus penulis terkenal, belum punya gaya bahasa yang indah, atau takut dinilai orang. Padahal, kalau ditanya,
“Kenapa ingin nulis?”
Jawaban terdalam kita bisa jadi, "Karena ingin menyebarkan kebaikan yang akan mengundang ridha Allah."
Dan itu sudah cukup. Karena dalam Islam, setiap amal tergantung pada niatnya.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi, kalau menulis diniatkan karena Allah, karena ingin berbagi kebenaran, karena ingin orang lain jadi lebih baik, maka bahkan satu kalimat pun bisa bernilai ibadah.
Selain dakwah secara lisan, menulis adalah salah satu cara berdakwah lewat pena. Menulis tidak harus selalu ceramah panjang. Kadang satu kalimat bisa mengubah seseorang. Satu cerita bisa membuka hati yang tadinya keras menjadi lunak. Bahkan, satu status pendek bisa menyadarkan seseorang yang mungkin sedang putus arah.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surah An-Nahl ayat 125 yang artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik.”
Menulis adalah bagian dari seruan itu. Menyebarkan nilai-nilai Islam, semangat hijrah, kisah inspiratif, bahkan lawakan yang tidak melanggar syariat pun bisa jadi media dakwah. Apalagi di era digital sekarang, tulisan bisa menjangkau orang-orang yang bahkan tak pernah kita kenal.
Lisan hanya bisa menjangkau satu telinga, tapi tulisan bisa hidup ribuan tahun dan menembus ribuan jiwa-jiwa yang sedang hampa. Sehingga bisa menjadi amal jariyah kita, Insyaallah.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan dalam al-Fawa’id, "Ilmu adalah kehidupan hati, cahaya bagi mata, dan makanan bagi jiwa."
Maknanya, menyebarkan ilmu lewat tulisan itu sama dengan menghidupkan hati-hati yang mati dan tulisan bisa menjangkau lebih luas daripada lisan yang terbatas ruang dan waktu.
Bayangkan, kita tidur. tapi tulisan kita tetap dibaca, tetap menginspirasi. Bisa jadi, pahala tetap mengalir karena satu status yang membuat orang lebih sabar, lebih sadar, atau lebih semangat untuk kembali ke jalan Allah.
Tapi aku bukan ulama, boleh menulis juga?
Tentu saja boleh, Imam Al-Ghazali juga pernah berkata, "Jika kamu bukan anak raja, bukan pula anak ulama besar, maka menulislah."
Yang gak boleh itu, menulis tanpa ilmu atau menyesatkan orang lain. Tapi kalau kamu menulis dari pengalaman, menyampaikan pemikiran yang benar, yaitu Islam bukan sekuler dan liberal atau bahkan komunis, mencantumkan sumber yang sahih, dan tidak melebih-lebihkan, maka tulisanmu bisa jadi pelita.
Belajar, banyak membaca dan menulis, bila perlu ikut pelatihan menulis dan bergabung dengan komunitas penulis lalu mulailah berdakwah lewat gaya tulisanmu yang unik.
Rasulullah Saw. bersabda, “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari).
Artinya, bahkan kalau yang kamu tahu cuma satu ayat atau satu hadis, tetap boleh disampaikan. Termasuk lewat tulisan. Kita ini bukan harus jadi ulama dulu baru bisa menulis. Tapi menulis karena cinta pada ilmu, dan ingin orang lain juga merasakannya.
Jadi, menulis mulai dari mana? Mulailah dari, apa yang kamu tahu, apa yang kamu rasakan, apa yang kamu alami, apa yang menyentuhmu.
Lalu tuliskan dengan gaya bahasamu sendiri. Gak perlu berpuisi dulu, gak perlu teori menulis tingkat tinggi. Yang penting tulislah dengan jujur dan luruskan niat. Kamu bisa mulai dari kehidupan sehari-hari
Tulisan pertamamu tidak harus viral. Yang penting tulus. Karena Allah Swt. melihat hati dan tujuanmu, bukan jumlah like, komentar, dan share.
Akhirnya, menulis itu ladang amal. Oleh karena itu, jangan tunda, jangan tunggu sempurna. Karena kebaikan yang ditunda, bisa jadi tidak pernah menjadi nyata.
Tulis saja dan biarkan tulisanmu menjadi saksi di akhirat bahwa kamu pernah berjuang menyebarkan kebaikan.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Zalzalah ayat 7 yang artinya, “Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).”
Semoga tulisanmu menjadi amal jariyah. Karena setiap orang yang berubah lewat tulisanmu, ada pahala yang terus mengalir untukmu. Bahkan saat kamu sudah tak lagi ada di dunia ini.
Barakallahu fiikum. []
Nabila Zidane
Jurnalis
0 Komentar