Pendidikan Berkualitas demi Mewujudkan Generasi Mumpuni

MutiaraUmat.com -- Hari ini, dunia pendidikan di Indonesia tidak sedang baik-baik saja.
Banyak kasus yang terjadi dan mencoreng kemuliaan misi pendidikan. Kesenjangan pendidikan menjadi salah satu pemicu rusaknya tatanan aturan dalam mendidik generasi saat ini.

Hilangnya adab dan rasa kesopanan yang menimpa para peserta didik menjadi bukti kuat bahwa tujuan pendidikan saat ini sudah sangat jauh melenceng dari tujuan utamanya, yaitu menciptakan generasi emas yang berperilaku mumpuni terhadap guru dan satuan pendidikannya.

Berbagai dugaan kasus yang terjadi di sekolah, seperti perundungan (bullying), pelecehan seksual, penyalahgunaan obat terlarang, pungutan liar (pungli), dan pelanggaran norma terhadap guru maupun sebaliknya, menjadi blunder permasalahan yang sulit diatasi saat ini.

Melihat berbagai kegagalan sistem pendidikan saat ini, akhirnya pemerintah memutuskan membuat terobosan baru, yaitu dengan membangun sekolah unggul yang berkualitas. Hal ini didukung oleh rencana Bapak Presiden Prabowo Subianto, sebagaimana ditegaskan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), bahwa akan dibangun sekolah menengah atas (SMA) unggulan khusus untuk siswa yang memiliki prestasi di atas rata-rata berdasarkan penilaian tertentu. Program pendidikan yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto itu diberi nama Sekolah Unggulan Garuda (tempo.com, 23/5/2025).

Dengan rencana tersebut, sejatinya justru menciptakan kesenjangan di tengah masyarakat.

Kondisi tersebut semakin memperlihatkan bahwa pengaruh sistem ideologi kapitalis memperburuk pandangan masyarakat terhadap institusi pendidikan. Bagi yang berduit, tentu bisa memilih sekolah mana saja yang diinginkan. Semakin kaya, maka sekolah mahal yang kualitasnya bagus akan dipilihnya. Sedangkan bagi rakyat miskin, mereka tidak bisa memilih sesuai keinginannya karena terbentur dengan kondisi ekonomi yang lemah.

Langkah praktis yang digagas pemerintah tentu saja bukan satu-satunya solusi yang jitu demi memperbaiki sistem pendidikan saat ini. Perlu dicermati oleh kita sebagai masyarakat yang menginginkan perubahan hakiki terhadap pendidikan generasi penerus bangsa ke depannya.

Pertama, yang perlu diperbaiki adalah sistem kurikulumnya. Kita ketahui bahwa kurikulum yang berlaku di negara ini sering berganti seiring dengan pergantian Menteri Pendidikan. Gonta-ganti kurikulum membuat civitas pendidikan terbebani dengan aturan-aturan yang berlaku. Misalnya, guru disibukkan dengan pembuatan administrasi sekolah sehingga melalaikan kewajibannya mendidik peserta didik.

Kedua, dari sisi kualitas kinerja guru. Saat ini para guru lebih sibuk mengurus administrasi sekolah, sehingga tugas utamanya terkadang dilupakan. Siswa lebih banyak diberikan tugas mandiri dibandingkan didampingi. Selain itu, penghasilan guru yang relatif kecil membuat kinerja mereka terkesan setengah hati dalam mendidik siswa.

Ketiga, lamanya waktu menempuh pendidikan di setiap jenjangnya membuat peserta didik jenuh dengan pembelajaran yang diulang-ulang dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini berdampak pada peluang kerja yang semakin kecil karena terbentur dengan aturan batas maksimal usia yang diterima di sebuah perusahaan. Akhirnya, tingkat pengangguran setiap tahunnya semakin tinggi.

Keempat, peran keluarga yang terabaikan. Saat ini para orang tua seutuhnya menyerahkan pendidikan anaknya kepada sekolah. Ketika mengalami kegagalan dalam prosesnya, acap kali sekolah disalahkan. Mereka menginginkan anaknya saleh, tetapi tidak belajar menjadi orang tua yang saleh.

Mencermati berbagai masalah yang semakin hari semakin pelik, tentu saja kita wajib berkaca kepada sistem pendidikan Islam yang sudah terbukti sukses mendidik para generasinya, sehingga melahirkan generasi takwa yang cerdas, cemerlang, dan mumpuni di segala bidang. Di masanya, lahirlah para ilmuwan andal yang bukan hanya menguasai ilmu tertentu, namun juga menjadi ulama besar yang hebat.

Begitupun peran orang tua yang tidak terlepas dalam mendidik putra-putrinya. Sebagai contoh yang masyhur, seorang Muhammad Al-Fatih yang sukses menaklukkan Konstantinopel di usianya yang masih belia. Tentu hal itu didorong oleh keyakinan dan didikan orang tuanya yang setiap hari memberikan stimulus positif agar mampu menjadi sang penakluk sebagaimana bisyarah yang pernah diucapkan oleh Rasulullah SAW berabad silam.

Sistem pendidikan Khilafah terbukti mencetak generasi Rabbani, beradab, dan cerdas. Karena sejatinya, kewajiban negara adalah mencerdaskan seluruh rakyatnya melalui sistem pendidikan yang terbaik dan mampu menjadikan lulusannya berakhlak mulia serta mumpuni di bidangnya.

Saatnya kita berpikir cerdas dan mengubah arah pendidikan generasi penerus menuju perubahan yang cemerlang.
Wallahu’alam...

Oleh: Haryani, S.Pd.I.
Pendidikan Bogor

0 Komentar