Gaza Terus Membara, Dunia Tetap Bisu?


MutiaraUmat.com -- Sedikitnya 52 orang tewas akibat rentetan serangan udara Israel yang menghantam berbagi wilayah Jalur Gaza sepanjang Senin (26/5) waktu setempat. Sekitar 33 korban tewas di antaranya tewas dalam serangan yang mengenai sebuah sekolah yang dialihfungsikan menjadi tempat penampungan pengungsi. Badan pertahanan sipil Gaza, seperti dilansir AFP, Senin (26/5/2025), melaporkan banyak anak-anak yang menjadi korban jiwa dalam serangan di sekolah di area Gaza City. Sementara militer Israel mengklaim lokasi yang digempurnya itu menampung "para teroris" (detiknews, 26/05/2025).

Sebelumnya Israel telah mencegah semua makanan, obat, air bersih, dan bahan bakar masuk Gaza. Blokade itu telah mengakibatkan mayoritas warga Gaza dalam kondisi kelaparan. Bahkan ribuan bayi Palestina di Gaza bisa meninggal dalam beberapa hari tanpa makanan dan bantuan medis segera, demikian peringatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kepala kemanusiaan PBB Tom Fletcher pada Senin memperingatkan bahwa 14.000 bayi di Gaza bisa meninggal pada Rabu 21 Mei 2025 jika mereka tidak menerima nutrisi dan perawatan yang mendesak (Tempo, 21/05/2025).


Penderitaan Tidak Henti

Kondisi Gaza semakin menyedihkan. Kebiadaban Israel terus merajalela tanpa ada satu kekuatan pun yang mau menghentikan. Bahkan seolah nurani para pemimpin dunia khususnya negeri Islam tengah mati sebab tidak ada satu pun dari puluhan negeri Islam yang mau mengirimkan bantuan secara militer untuk membantu Muslim Gaza.

Jika setelah bertahun Israel tidak mampu melumpuhkan perlawanan rakyat Gaza secara militer, kini Israel menjadikan kelaparan sebagai senjata untuk memerangi Gaza. Ini menunjukkan sikap pengecut mereka sebab kekalahan demi kekalahan yang mereka derita sejak 7 Oktober 2023. Jika secara militer Gaza tetap bertahan dengan perlawanan, maka perjuangan dan semangat jihad Muslim Gaza bagaimana mungkin bisa tetap berlanjut jika kelaparan telah merenggut kekuatan tubuh mereka? 

Banyak anak dan bayi yang menjerit, menangis bahkan sampai syahid sebab kelaparan yang melilit. Adapun bantuan yang dibawa oleh PBB dan lainnya itu tidak lain bagaikan tetesan air yang tidak akan pernah mampu menghilangkan rasa haus. Sebab jumlah bantuan yang memasuki Gaza tidak sebanding dengan jumlah rakyat Gaza yang kelaparan dan butuh makanan. Lebih dari itu yang dibutuhkan Gaza bukan bantuan makanan, tapi mereka butuh hengkangnyanya entitas Yahudi dari tanah Palestina sebagai akar persoalan di Gaza.


Tidak Bisa Berharap pada PBB

Shekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya 'Mafahim Siyasi' menyebutkan bahwa dunia akan terus menderita selama mitos komunitas internasional atau keluarga internasional (PBB) masih ada, selama negara-negara besar berkompetisi mencengkram dunia, dan selama penjajahan masih ada dalam berbagai bentuknya.

Selama umat manusia percaya pada PBB dan menyerahkan solusi persoalan pada PBB maka hakikatnya penderitaan dunia tidak akan pernah selesai. Sebab PBB hadir bukan untuk menjaga perdamaian dunia. PBB hadir untuk memenuhi kepentingan negara tertentu dan untuk melegitimasi penjajahan sebagian negara atas negara lain.

Lihat saja sejak awal yang melegalkan perampasan tanah Palestina tidak lain adalah PBB. PBB mengesahkan pencaplokan tanah Palestina melalui Resolusi 181 pada 29 November 1947 dengan membagi tanah Palestina menjadi dua negara, Palestina dan Institusi Yahudi. Sejak itu penderitaan Palestina tidak berhenti hingga kini. Berharap pada PBB untuk menyelesaikan persoalan dunia termasuk Palestina merupakan kekonyolan dan kebodohan.


Pentingnya Kesadaran Politik

Melihat penderitaan dunia khususnya Palestina yang semakin menyayat hati, umat Islam tidak ada pilihan selain berupaya mewujudkan kesadaran politik di tengah-tengah umat dengan dakwah. Sebab dakwah ideologis akan membuka mata dunia dan umat Islam bahwa satu-satunya harapan untuk menyelesaikan persoalan umat tidak lain adalah kembali pada syariat Islam sebagai ideologi yang sempurna. Solusi Islam adalah solusi terbaik tidak hanya untuk dunia bahkan sampai akhirat.

Masalah Palestina adalah masalah penjajahan. Maka solusinya adalah mengusir penjajah dengan jihad. Umat Islam adalah umat yang satu. Seruan jihad ini seharusnya dikomandoi oleh khalifah yang menjadi pemimpin umat Islam di seluruh dunia. Khilafah akan mengirimkan tentaranya untuk mengusir para penjajah.

Persatuan umat Islam di bawah naungan khilafah adalah sebuah keniscayaan sebab, sepanjang sejarah khilafah memang pernah eksis selama 13 abad dalam peradaban dunia. Khalifah akan mengurusi urusan umat Islam dengan syariat Islam baik di dalam maupun di luar negeri. Dari Abu Hurairah radhiyallâhu ’anhu. bahwa Nabi Muhammad –sallallahu alaihi wasallam– bersabda,

Ø¥ِÙ†َّÙ…َا الْØ¥ِÙ…َامُ جُÙ†َّØ©ٌ ÙŠُÙ‚َاتَÙ„ُ Ù…ِÙ†ْ ÙˆَرَائِÙ‡ِ ÙˆَÙŠُتَّÙ‚َÙ‰ بِÙ‡ِ

Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (Muttafaqun ’Alayh).

Wallahu a'lam. []


Nurjannah Sitanggang
(Aktivis Muslimah)

0 Komentar