Fantasi Sedarah Potret Buram Kehidupan Sekularisme


MutiaraUmat.com -- Beberapa pekan terakhir masyarakat dibuat gempar dengan keberadaan sebuah grup fantasi sedarah di platform media sosial Facebook dengan pengikut kurang lebih 40 ribuan, grup tersebut sangat kotor secara eksplisit, isinya sangat menjijikan yakni menjadikan anak-anak, saudara kandung, orang tua sebagai objek fantasi seksual dan menormalisasi hubungan sedarah atau inses. (Detiknews.com, 16/05/2025)

Keberadaan grup Facebook fantasi sedarah ini merupakan realitas yang mengerikan, menjijikan dan tentunya menimbulkan keresahan publik. Realita ini juga menggambarkan bahwa fungsi keluarga telah hilang.

Keluarga yang seharusnya menjadi tempat menyalurkan cinta kasih, memberikan pendidikan dan perlindungan sebagai manifestasi gharizah nau' (naluri berkasih sayang) berubah menjadi tempat pelampiasan nafsu birahi. Jika di lingkup terkecil saja yakni keluarga sudah salah kaprah dalam penyaluran rasa kasih sayang lantas di mana lagi rasa cinta kasih murni itu?

Realita menjijikan demikian tidak lagi bisa diselesaikan sekedar dengan sanksi hukum, sanksi sosial, edukasi seminar parenting dan sebagainya, namun harus diselesaikan dari akarnya.

Realita menjijikan tersebut muncul sebagai akibat dari cara pandang kehidupan saat ini yang salah yakni memisahkan aturan agama dengan kehidupan, alias sekularisme yang melahirkan sistem kehidupan kapitalisme. Sistem kehidupan yang hanya mengutamakan kepuasan materi semata termasuk kepuasan jasadiyah (fisik). 

Dalam kitab Nidhomul Ijtima'i karya Syekh Taqiyuddin An Nabhani dijelaskan bahwa, "Pandangan orang-orang barat penganut ideologi kapitalisme dan orang-orang timur penganut ideologi komunisme terhadap hubungan pria dan wanita merupakan pandangan yang bersifat seksual semata bukan pandangan dalam rangka melestarikan jenis manusia, karena mereka dengan sengaja menciptakan fakta-fakta terindra dan pikiran-pikiran yang mengandung hasrat seksual di hadapan pria dan wanita untuk membangkitkan seksualnya, semata-mata untuk mencari kepuasan.

Mereka menganggap tidak adanya pemuasan naluri ini (Gharizah nau') akan mengakibatkan bahaya pada manusia, baik bahaya fisik, psikis, maupun akalnya." Karena itu, dalam kehidupan masyarakat kapitalisme banyak bermunculan konten-konten pembangkit syahwat baik dalam bentuk tulisan, gambar, maupun video.

Aktivitas pemicu syahwat seperti khalwat (Pria dan wanita bukan mahram berduaan di tempat sunyi) dan ikhtilath (Campur baur wanita dan pria) tanpa ada hajat seperti di rumah-rumah, tempat-tempat rekreasi, di kolam-kolam renang, dan di tempat-tempat lainnya menjadi lifestyle, padahal semua aktivitas ini menjadi penyebab terbentuknya pemikiran dan fantasi kotor, serta merusak gharizah nau'

Aktivitas seperti itulah yang juga menciptakan realita menjijikan seperti maraknya hubungan sedarah, bahkan sampai tercipta grup fantasi sedarah di Facebook dengan puluhan ribu pengikut. 

Kondisi ini jugalah yang menjadikan Keluarga yang seharusnya memberikan kasih sayang secara murni dan menjadi tempat paling aman dalam mencari perlindungan justru menjadi tempat pelampiasan hawa nafsu yang tercela dan hina. 

Allah Swt. memang telah memberikan gharizah nau' (naluri kaish sayang) kepada manusia agar mereka memiliki rasa cinta kasih, tujuan penciptaan gharizah nau' ini agar manusia bisa melestarikan keturunannya. Allah ta'ala berfirman yang artinya:

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (TQS. Ar-Rum: 21).

Rasa kasih sayang dibutuhkan dalam sebuah hubungan baik itu hubungan orang tua dengan anak, suami dengan istri, dengan saudara, maupun kepada sesama agar berjalan secara ma'ruf (baik). Hal tersebut telah dijelaskan oleh Syekh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitabnya Nidhomul Ijtima'i, dengan konsep yang benar dalam menyalurkan gharizah nau' maka hubungan rasa kasih sayang kepada keluarga akan dibangun secara tepat sesuai perintah Allah dan akan mendapatkan ketentraman.

Ayah dan ibu akan menyayangi anaknya karena sang anak adalah amanah yang Allah titipkan kepada mereka untuk dilindungi dan dididik menjadi orang yang sholeh-sholehah. 

Sementara anak akan mencintai dan menyayangi orang tua serta saudara kandungnya dilandasi oleh keimanan, mereka juga akan berbuat baik dengan sesamanya karena itu adalah perintah Allah. Allah berfirman dalam surat An Nisa': 

۞وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا

"Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabīl dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. An-Nisa': 36)

Kehidupan keluarga dan masyarakat yang menjadikan Al quran sebagai standar beramal akan menghasilkan hubungan yang berkah lagi baik, tidak mungkin akan ada peristiwa hubungan sedarah (inses) karena itu termasuk dosa besar, semua kalangan baik keluarga maupun masyarakat akan sama-sama memandang bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan hina, tercela dan menjijikan sehingga harus dijauhkan.

Namun pandangan ini hanya akan bersifat personal jika tidak diterapkan dan dijaga oleh negara, karena itu, syariat memerintahkan negara sebagai institusi pelaksana dan penjaga (Junnah). Negara Islam yakni daulah Khilafah akan memastikan sistem pergaulan berjalan sesuai syariat dari level masyarakat hingga individu.

Daulah Khilafah juga memastikan tidak akan ada konten, mindset atau aktivitas yang memicu pelampiasan syahwat dengan cara yang salah, dengan begitu pandangan inses tidak menyebar bahkan tidak muncul dan masyarakat hidup dalam kehidupan yang suci dan cinta kasih yang murni. Wallaahu A'lam Bishshowwab.[]

Oleh: Nur Itsnaini Maulidia 
(Aktivis Dakwah)

0 Komentar