Palestina Butuh Tegaknya Kepemimpinan Islam

MutiaraUmat.com -- Pengkhianatan negeri-negeri kaum Muslim semakin jelas kentara karena dukungan Presiden AS, Donald Trump yang baru saja terpilih lagi dari pemilu 2024 lalu. Kebencian kafir harbi fi’lan (yang jelas-jelas memusuhi Islam) tersebut menampilkan sikap yang sangat arogan dan keserakahannya terhadap bumi Palestina semakin menjadi-jadi. Kaum Muslim seakan tak berdaya meski seharusnya bersaudara bahkan negeri-negeri Timur-Tengah pun membisu juga membeku dalam dekapan pemerintah dajjal yang terus membela dan menebarkan penjajahan atas nama pembebasan Yerusalem oleh Zi*nis Israel.

Militer Israel semakin brutal melanjutkan operasi darat di Rafah, Gaza selatan pada Jumat (21/3). Serangan terjadi saat gencatan senjata masih berlangsung antara Israel dan Hamas, yang dimulai sejak pertengahan Januari lalu. Serangan bertubi-tubi tersebut telah menyebabkan lebih dari 50 ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, meninggal dunia sejak agresi dimulai pada Oktober 2023 lalu. Dalam pernyataannya, militer Israel mengeklaim dalam beberapa jam terakhir IDF melakukan operasi darat di Shabura, Rafah (cnnindonesia.com, 21/03/2025).

Itulah yang terjadi, perang politik ala kapitalisme menghalalkan penjajahan; penyiksaan, perampasan hidup, penganiayaan bahkan pada orang yang lemah seperti orang tua, perempuan, dan anak-anak. Israel Defence Force-Pasukan Pertahanan Israel berdalih, serangan bertubi-tubi itu diakibatkan oleh Hamas yang menolak melepaskan sandera.

Padahal fase pertama dari gencatan senjata yang disepakati Januari lalu melibatkan pembebasan 25 sandera Israel yang masih hidup dan pemulangan jenazah delapan sandera lainnya oleh kelompok militan Gaza, dengan imbalan pembebasan sekitar 1.900 tahanan Palestina dari penjara Israel (news.detik.com, 1/3/2025).

Dalam fase kedua, rencananya akan dilakukan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, pembebasan seluruh sandera, dan penghentian perang secara permanen. Namun, dengan dukungan AS, Israel justru mendorong pertukaran sandera dengan lebih banyak pembebasan tahanan Palestina serta jeda pertempuran selama 30 hingga 60 hari, sesuai dengan proposal Witkoff. Dan puncaknya pada bulan ini, Israel memblokir pengiriman bantuan ke Gaza dan memutus pasokan listrik yang tersisa guna menekan Hamas (cnbcindonesia.com, 19/03/2025)

Jadi kemerdekaan atau kebebasan hidup secara hakiki hanya omong kosong belaka, apalagi dengan track record zionis juga kaum kafir yang sering mengkhianati perjanjian, bahkan nihil absen dalam menjajah kaum Muslim.

Berharap pada pemimpin negeri-negeri Muslim yang masih disetir oleh negeri kafir harbi fi'lan tidak akan membuahkan hasil, seperti mengajarkan angka dan huruf pada katak. Menyerahkan kemerdekaan, keamanan, juga kepemimpinan pada penjajah dalam meja runding pun malah seperti bunuh diri dengan diterkam banyak ‘singa’. Kaum Muslim tak berdaya, kehilangan junnah (perisai) dan pelindung sejati. Kalau bukan dalam sistem pemerintahan yang diterapkan dalam Khilafah, lalu kepada siapa lagi dan dengan cara apalagi Palestina mampu merdeka, bagaimana Al-Quds bisa damai dengan berbagai agama?

Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT surah al-Isra ayat 4 yang artinya, “Kami wahyukan kepada Bani Israil di dalam Kitab (Taurat) itu, "Kamu benar-benar akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan benar-benar akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar." 

Dalam firman Allah SWT tersebut, menandakan bahwa tanah suci Al-Quds dikotori oleh kaki-kaki penjajah, baik oleh zionis itu sendiri atau pendukung dan penyokong dana terbesar, juga congkaknya pemimpin negeri Muslim yang silau akan dunia.

Bumi Syam dan Palestina adalah tanah suci yang hanya bisa dibebaskan dengan mengirim pasukan tentara Muslim juga kembalinya para pemimpin Muslim kepada syariat Islam yang diturunkan Allah SWT, untuk mengatur kehidupan bernegara termasuk politik internasional. Meninggalkan egoisme juga membela yang seharusnya dibela. 

Selain tanah suci, Syam dan Palestina adalah tanah yang dijanjikan bagi hamba yang shalih, yang hanya menegakkan kalimat Allah SWT. Maka wajar, jika mujahid dan warga Palestina tidak ingin meninggalkan tanah kelahirannya yang memang seharusnya diperjuangkan hingga ajal menjemput.

Sesuai dengan firman-Nya dalamsSurah al-Anbiya ayat 105 yang artinya, “Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam adz-Dzikr (Lauh Mahfuzh), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang salih.”

Hal yang wajar juga diseru pada pemimpin Muslim di berbagai negeri atau organisasi Islam dunia agar mereka mau mengirim pasukan tentara di bawah satu bendera Islam, bendera Khalifah. Semua umat rindu dengan tegaknya syariat, terutama bagi Palestina yang setiap harinya dirundung dengan hujan peluru dan bau-bau logam. 

Hanya dengan menerapkan Islam, keadilan akan terwujud seperti saat Khalifah Umar bin Khattab yang membebaskan Al-Quds dengan damai tanpa peperangan, juga Sholahuddin Al Ayyubi yang mampu mendamaikan tiga agama sekaligus mengakhiri Perang Salib yang terjadi lebih dari 300 tahun.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Anfal ayat 72, Allah SWT berfirman, “(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan.” 

Selain mengirim pasokan atau bantuan kemanusiaan seperti air dan makanan, Palestina lebih membutuhkan dakwah dan jihad. Dakwah yang menyeru pada kebangkitan hakiki melalui pemikiran politik (siyasiyyun) yang berasal dari akidah aqliyah dan melahirkan peraturan kehidupan termasuk ekonomi, keamanan, juga politik. Jihad fisik yang diturunkan oleh pemimpin negeri-negeri Muslim pada tentaranya dan kaum lelaki yang sanggup memanggul senjata, bukan hanya kecaman yang bayi Palestina saja bisa melakukannya. 

Ghirah (semangat) untuk membangun al-Wala (loyalitas-kesetiaan) pada Islam dan al-Barra’ (permusuhan) pada siapa saja yang jelas memerangi Islam memang tidak mudah, apalagi di Indonesia yang jauh sekali dengan negeri Arab.

Namun, sebagai seorang Muslim kita perlu bercermin pada rakyat Palestina yang jiwanya dipenuhi dengan semangat jihad serta memperhitungkan musuh sebagai musuh. Rasulullah SAW sudah mencontohkan agar hati dan pikiran kita bisa dibina oleh kelompok dakwah ideologis, sehingga semangat membebaskan atau menaklukkan Al-Quds menular pada jiwa dan akal setiap kaum muslim. Kalau saja masih ada umat Islam yang menganggap kebebasan Palestina adalah tanda dekatnya kiamat, maka hal itu menjadi tanda pula wajib untuk memperdalam khasanah Islam, karena akidah aqliyahnya sudah digerus hanya dengan berpangku tangan akan datangnya hari kiamat tersebut.[]

Oleh: Alin Aldini 
Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok

0 Komentar