Indonesia Gelap Rakyat Makin Kalap
MutiaraUmat.com -- Belum genap setahun pemerintahan Prabowo Gibran, polemik kebijakan pemerintah membuat semakin Indonesia gelap. Ibarat 'isuk dele sore tempe' (Jawa, red) yang artinya pagi kedelai sore tempe. Pagi dirancang sore diganti.
Diawali dengan adanya pagar laut, yang belum selesai walau nama pelakunya sudah dikantongi. (YouTube Tribunnews, 27 Februari 2025)
Kemudian ditutup dengan kelangkaan gas melon yang disertai seorang nenek Yonih warga Pamulang,Tangerang Selatan yang kelelahan antri gas hingga meninggal dunia. Tempo.co (8 Februari 2025), setelah kebijakan bahwa pengecer tidak boleh berjualan gas melon. Kecuali pangkalan gas.
Makan bergizi gratis berdampak pada efisiensi anggaran, dimana banyak PHK massal terjadi. Anaknya dapat makan, bapaknya pengangguran. Semakin tidak tercukupinya kebutuhan hidup keluarga. Setelah banyak protes, ganti lagi aturannya. (Kompas.com, 12 Februari 2025)
Begitulah sistem pemerintahan negara yang berasaskan sekularisme kapitalis. Kebijakan tidak berpihak pada rakyat hanya kepada oligarki. Rakyat hanya sebagai sapi perah dengan tingginya pajak minim kesejahteraan.
Begitulah sistem kapitalisme, semua kebijakan harus bersandarkan keuntungan para kapital. Negara tidak punya andil besar dalam memberikan pelayanan.
Padahal tugas pemimpin negara adalah pelayan umat. Dalam segala lini kehidupan. Pelayanan umum harusnya gratis tanpa dipersulit. Lapangan pekerjaan harusnya terbuka luas hingga kebutuhan asasi hidup terpenuhi. Masihkah kita berharap pada sistem kapitalisme yang kian rusak ini?
Saatnya kita kembali pada Islam sebagai aturan kehidupan dalam setiap lininya. Agar tak ada lagi kesenjangan sosial, kemiskinan, anak putus sekolah dan ketakutan tidak mendapatkan perlindungan hukum, dan sebagainya.
Dengan Islam ditegakkan maka tak ada lagi pelanggaran hukum yang dilakukan para petinggi negara. Korupsi segera diadili dengan hukum yang menjerakan. Bukan dengan hukum demokrasi yang bisa di beli bagi mereka yang berdasi.
Dengan Islam lapangan pekerjaan semakin luas untuk tercapainya hajat hidup rakyat. Hingga tak perlu makan gratis bagi anak-anak. Karena anak adalah kewajiban orang tuanya. Jika penghasilan yang didapat orang tuanya baik, maka baik pulalah sandang pangan pendidikan yang diperoleh anak. Negara cukup memberikan lapangan pekerjaan.
Dengan Islam ditegakkan maka keberkahan akan turun dari langit dan bumi. Sebagaimana Allah berfirman dalam TQS. Al-A'raf ayat 96, "Dan sekiranya penduduk negeri beriman. Dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat -ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan".
Dengan Islam Indonesia tidak akan gelap, dan rakyat tidak akan kalap. Saatnya kita kembali kepada Islam sebagai aturan dalam setiap lini kehidupan, baik secara individu, masyarakat dan bernegara.
Allahu a'lam bishshawab. []
Endang Mustikasari
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar