Akankah Indonesia Emas Terwujud?
MutiaraUmat.com -- Remaja saat ini merupakan sosok yang diharapkan untuk menyokong Indonesia emas tahun 2045, namun perkembangan pertumbuhan para remaja terutama dilihat dari segi perilaku sangat memprihatikan. Remaja yang diharapkan menyokong Indonesia emas, malah mencerminkan kepribadian Indonesia cemas. Apakah dengan sistem liberal kapitalis akan terwujud Indonesia emas?
Sekitar 15,5 juta atau sebanyak 34,9 persen remaja Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental berdasarkan Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2024. Jutaan remaja kini menghadapi gangguan kesehatan mental yang cukup serius (disway.id, 16/2/2025).
Sampai saat ini permasalahan kesehatan mental remaja masih menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan, pasalnya tak sedikit remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental. Pastinya permasalahan ini diakibatkan banyak faktor, salah satunya karena perkembangan media sosial yang semakin masif dihadapi oleh para remaja.
Informasi yang sangat cepat berseliweran di media sosial, masuk ke gawai para remaja dan akhirnya dapat mempengaruhi sikap para remaja tersebut. Beragam platform media sosial sangat memungkinkan sang pengguna bisa mengakses media apapun, mengeksplor minat hingga sarana edukasi dan kreativitas. Akan tetapi, penggunaan media sosial yang tidak tepat memberikan dampak yang sangat berisiko.
Dampak buruk akibat penggunaan media sosial yang tidak tepat adalah gampang terpengaruh dengan standard kehidupan yang ada. Sehingga memaksakan diri untuk memenuhi standard tersebut. Seperti perempuan dikatakan cantik apabila memiliki tubuh yang tinggi, langsing, kulit yang putih dan wajah mulus. Dikatakan hidup bahagia apabila memiliki materi yang melimpah sehingga mudah mendapatkan apa pun yang mereka inginkan.
Tak bisa kita pungkiri, standard kehidupan ala liberal kapitalislah yang saat ini sedang merajai manusia di seluruh pelosok negeri ini. Tak ayal banyak remaja yang akhirnya mengalami gangguan mental, pasalnya mereka akan terus memaksa dirinya untuk bisa memenuhi standard kehidupan ala liberal kapitalis. Apabila tidak bisa memenuhi standard kehidupan yang ada mereka merasa insecure bahkan mendatangkan kecemasan. Maka tidak mengherankan banyak remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental.
Sayang sungguh sayang, saat ini negara dengan sadar menerapkan sistem kapitalis sekuleris tanpa ingin menutupnya, sebab sistem itulah yang dapat merusak remaja dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan yang sekuler membentuk remaja berperilaku liberal, sehingga ia tidak mampu memahami jati dirinya dan gagal memahami penyelesaian yang benar atas permasalahan kehidupannya mengakibatkan gangguan kesehatan mental yang tidak terhindarkan. Jika keadaan miris remaja saat ini terus dibiarkan berlarut, maka Indonesia emas tahun 2045 yang diharapkan mustahil terwujud.
Solusinya
Berbanding terbalik dengan sistem pemerintahan dalam Islam, kepemimpinan dalam Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi yang cemerlang dan berkualitas dengan penerapan berbagai sistem kehidupan sesuai dengan syariat Islam. Sama halnya dengan sistem pendidikan Islam, Islam juga mewajibkan negara membangun sistem pendidikan yang berasaskan aqidah Islam. Maka generasi yang dihasilkan adalah generasi yang tangguh tidak gampang tergerus zaman, sebab mereka akan terus terikat dengan hukum syariat Islam sehingga takut untuk berbuat maksiat dan meninggalkan ajaran agamanya.
Negara juga wajib mempersiapkan orang tua sebagai garda terdepan dan masyarakat untuk mendukung pembentukan generasi pembangun peradaban Islam yang mulia serta bermental kuat. Sebab, apabila hanya orang tua yang mendukung pendidikan para generasi tanpa ada peran dari masyarakat, maka peradaban Islam yang mulia sangat sulit untuk diwujudkan. Di dalam Islam baik orang tua, masyarakat maupun negara, semuanya memiliki peran yang sangat penting dalam membangun peradaban Islam yang mulia.
Negara akan membuat kebijakan yang menjauhkan remaja dari semua pemikiran yang bertentangan dengan Islam, agar tidak merusak pemikiran para remaja sehingga mereka tidak blunder dalam menyikapi persoalan hidupnya.
Wallahualam bisshawab.
Oleh: Sindi Laras Wari, S.K.M.
Aktivis Muslimah
0 Komentar