Ketika Kesengsaraan dan Kemiskinan Jadi Komoditas Menghasilkan Cuan


MutiaraUmat.com -- Beberapa waktu lalu viral kasus penjual es teh dengan seorang gus. Beliau mengolok-olok dengan kata-kata tak pantas, yang seharusnya tidak diucapkan. Dengan fenomena tersebut banyak sekali konten kreator yang menjadikan kejadian itu sebagai konten dan menghasilkan cuan.

Tapi anehnya di Indonesia konten dengan menjual kesedihan atau kemiskinan malah menjadi tontonan yang menarik,. Hal ini menjadikan banyak orang expecting untuk dibantu ketika mengalami kesusahan. Banyak orang-orang berbondong-bondong unjuk diri memberikan bantuan dengan segala asas manfaat di dalamnya. Di antaranya mencari simpati publik, meningkatkan citra diri, menarik masa, dll.

Seharusnya problematika ini dapat diselesaikan mulai akarnya. Tidak hanya penyelesaian sesaat. Ada orang minta-minta di jalan dengan segala motif apa pun, itu tidak mendidik mental yang baik karena akan menimbulkan ketergantungan. Jangan sampai merenggut kemandirian umat dalam hidup di dunia ini.

Saat ini kemiskinan menjadi sebuah produk yang akan diperjual belikan dalam sebuah konten. Menjadi trend saat ini yaitu "sadfishing". Ungkapan emosional yang melebih-lebihkan dilakukan secara sengaja, seperti kesedihan, kesulitan, keluhan dengan maksud memperoleh simpati atau perhatian dari orang lain sehingga penonton merasa iba.

Mempertontonkan kesedihan tidak selalu mendapatkan respon positif bisa saja sebaliknya memberikan stigma negatif. Kita tidak bisa berharap semua orang harus merasakan apa yang kita rasakan.

Sejatinya sikap mencari perhatian ialah wajar karena manusia adalah makhluk sosial (it's a basic human need). Setiap manusia membutuhkan rasa perhatian orang lain karena hal tersebut membuat diri merasa berharga, dicintai, dan disayangi. 

Kemiskinan bukan hanya soal nasib bagi yang mengalaminya. Seharusnya masalah kemiskinan dilihat juga dari beberapa aspek yaitu struktural. Berhubungan dengan akses pendidikan, akses kesehatan yang terbatas dan dipersempit ruangnya karena tidak memiliki cukup uang. 

Islam memandang kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar secara sempurna (sandang, pangan, dan papan). Ada tiga faktor penyebab kemiskinan yaitu:
Pertama. kemiskinan alamiah (kondisi alami seseorang misalnya cacat mental atau fisik, usia lanjut sehingga tidak mampu bekerja, dll).
Kedua. kemiskinan kultural (rendahnya kualitas SDM misal mager, tidak produktif, dll).
Ketiga. Kemiskinan stuktural (kesalahan sistem yang digunakan negara dalam mengatur urusan rakyat).

Islam adalah agama yang sempurna di dunia ini. Islam mengatur segala lini kehidupan termasuk akidah, sosial, poltik, budaya dan ekonomi dan memberikan solusi masalah problematika yang diperuntukkan untuk kemaslahatan umat. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan keimanan, ketakwaan, dan amal, serta untuk melindungi stabilitas dan perdamaian masyarakat.

Islam mendorong masyarakat di seluruh dunia untuk mencapai standar hidup yang layak. Dikutip dari buku Rasulullah Teladan untuk Semesta Alam (Raghib As-Sirjani, 2011) ada 6 solusi Rasulullah mengatasi kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan bersama yaitu:
Pertama. Memotivasi seseorang untuk bekerja sesuai dengan keahlian dan kemampuannya.
Kedua. Mendorong proyek-proyek ekonomi di antara kaum Muslim.
Ketiga. Mengharamkan riba (menghambat pertumbuhan ekonomi, merugikan masyarakat kecil).
Keempat. Mengelola keuangan dengan baik.
Kelima. Memfungsikan orang-orang kaya (zakat, infaq, sedekah, dll).

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 19)

Keenam. Menggunakan APBN (Baitul Mal) dengan sebaik-baiknya.

Rasulullah juga mencotohkan dalam memberi bantuan "ketika ada orang Anshar meminta bantuan kepada Rasul, saat itu Rasul tidak langsung memberikan uang atau sembako tapi Rasul bertanya adakah sesuatu di rumahmu? lalu pemuda itu membawa sebuah mangkok dan selembar kain dari rumahnya. Kemudian Nabi melelelang benda tersebut kepada para sabatnya yang akhirnya terjual 2 dirham. Nabi menyuruh 1 dirham dibelikan makanan dan diberikan pada keluargamu. 1 dirhamnya lagi gunakanlah untuk membeli kapak dan bawalah kemari (kapak itu digunakan untuk memotong kayu yang nanti bisa di jual oleh pemuda itu dan Nabi mengajari cara memotong kayu tersebut).

Dalam hal ini Nabi mengajarkan untuk tetap berusaha sesusah apa pun itu daripada mengemis dan memberikan bantuan itu bukan uang secara tunai karena bisa habis dalam sekejap tapi alat yang bisa untuk bekerja. 

Dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari serta berkolaborasi dengan pemerintah dan organisasi lainnya yang mempunyai tujuan sama, kemiskinan di Indonesia bahkan di dunia bisa teratasi. Perlunya kita sebagai seorang muslim mengamalkan Islam secara kaffah atau menyeluruh dalam tiap lini kehidupan agar hidup lebih terarah dan selalu dalam Ridha-Nya.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Maya
Aktivis Muslimah

0 Komentar