Virus FOMO Merebak, Bukti Sistem Sekuler Rusak
MutiaraUmat.com -- Gen-Z dan era digital adalah dua hal yang sangat tidak bisa dipisahkan. Dalam praktiknya di sistem kapitalis saat ini, era digital kerap menimbulkan dampak negatif. Salah satunya gaya hidup FOMO (Fear Of Missing Out) yakni, seseorang tidak ingin merasa tertinggal dari tren. Tak jarang Muslimah gen-Z juga ikut terjerumus gaya hidup ini, misalnya nonton konser dan membeli sesuatu tanpa mementingkan fungsi, membeli boneka Labubu seharga 2.500.000 bahkan ada yang sampai 14.300.000.
Gaya hidup FOMO ini akan menimbulkan perilaku konsumtif ditambah dengan adanya Fintech (Financial Technology) yaitu aplikasi Spaylater dan Akulaku. Penggunanya bisa berutang kapan pun dan di mana pun dengan limit yang fantastis yakni sampai 30.000.000 sekali utang. Berdasarkan Lokadata.id sebanyak 78% masyarakat generasi millenial dan gen-Z telah menggunakan Fintech. Banyaknya pengakses ini justru menimbulkan masalah baru karna pada faktanya berdasarkan data dari OJK generasi millenial dan gen-Z menjadi penyumbang utama kredit macet pada juli 2024, tingkat kredit macet lebih dari 90 hari.
Selain itu, dampak FOMO juga bisa menimbulkan gangguan kesehatan mental. Jika tidak terpenuhi gaya hidup ini akan menimbulkan kecemasan sosial, menurunkan kepercayaan bahkan mengganggu produktivitas. Meski terkesan negatif, mengapa gaya hidup FOMO ini terus merebak?
Akibat Sistem Rusak Sekuler
Dalam penerapan sistem rusak ini, FOMO dijadikan alat marketing bagi para pengusaha kapitalis untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menggunakan agen mereka yaitu sosial media dengan konten-konten yang dijalankan para influencer untuk meng-influence gen-Z dan millenial untuk meniru gaya hidup FOMO.
Aplikasi Fintech yang ditawarkan oleh para kapitalis dengan jargon ‘buy now pay later’ seolah-olah menjadi solusi bagi mereka yang meniru gaya hidup ini. Padahal, ini adalah jebakan untuk menggerus generasi supaya bergelut dengan bekerja hanya untuk membayar utang dan bunganya.
Adapun penyebab lain munculnya gaya hidup FOMO yakni idol K-Pop menjadi salah satu perantara aktif, contohnya boneka Labubu yang viral ini berawal dari postingan salah satu idol Kpop yakni Lisa Blackpink yang diikuti para artis dan influencer khususnya di indonesia. Gaya hidup Fomo berkembang pesat karena adanya sosial media, boneka Labubu yang viral ini karena postingan Lisa Blackping distory instagram pribadinya sehingga dengan sangat mudah membius para fans untuk membeli boneka tersebut.
Tak sampai di situ saja, sistem sekuler kapitalisme demokrasi yang mendewakan prinsip kebebasan individu sehingga pemerintah abai dalam membatasi konten dan budaya yang masuk dari negara asing. Terkait fenomena ini, pemerintah justru hanya membahas dari segi perpajakan tentang kepemilikan boneka Labubu.
Menurut pegawai pajak Bapak Komang Jnana Shindu Putra, “Jika koleksi Labubu Anda bernilai tinggi dan dianggap sebagai investasi, maka melaporkannya dalam SPT Tahunan adalah langkah yang bijaksana. Dengan melakukannya, Anda menunjukkan transparansi mengenai kepemilikan harta, yang penting dalam hal kepatuhan pajak dan penghindaran potensi masalah di masa depan,” tulis Komang dalam artikelnya itu. Selain itu, pemerintah justru memfasilitasi berbagai kanal media untuk Gen-Z gaya hidup yang hedonis.
Krisis identitas dan keimanan yang terjadi di tengah-tengah Gen-Z dan millenial menjadi penyebab gaya hidup terus menggerogoti generasi, pasalnya remaja saat ini dijuluki sebagai remaja pembebek yaitu remaja yang suka ikut-ikutan tanpa menelaah baik buruknya. Menurut praktisi pendidikan Dr. Retno Palupi, M.Kes. menilai “Generasi FOMO muncul akibat arah pendidikan yang salah. Pendidikan tidak disandarkan pada pembentukan karakter seseorang menggunakan dasar agama” tuturnya kepada MNews, kami (7-2-2024). Padahal generasi Z dan millenial adalah tonggak peradaban karna mempunyai potensi besar untuk meraih generasi emas. Jika peran penting mereka terbajak justru akan menjadi generasi cemas nantinya.
Pandangan Islam
Dalam Islam, semua perilaku harus sesuai dengan tuntunan Rasul dan para sahabatnya. Dalam kehidupan ini selama beraktivitas kita dilarang untuk mengikuti/meniru orang kafir karena Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari kaum tersebut." (HR. Abu Dawud)
Apalagi, kita akan dikumpulkan bersama dengan yang kita cintai. “Seseorang itu akan bersama orang yang ia cintai pada hari kiamat.” (HR At-Tirmidzi)
Maka sudah seharusnya kita mengikuti gaya hidup Rasulullah, bukan gaya hidup idol K-Pop korea yang hidupnya hanya berfokus pada materi duniawi. Jika sistem saat ini seakan memberikan solusi instant bagi perilaku hedon yakni sistem riba. Islam justru Islam menegaskan harus berperilaku sederhana dan mengaharamkan riba. Sebagaimana firman Allah SWT, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (TQS al-Baqarah: 276)
Berada pada usia muda, seharusnya mempunyai potensi besar dan kekuatan yang berguna untuk mencinptakan model masyarakat yang tidak hanya sibuk pada urusan duniawi. Sehingga yang harus dilakukan Gen-Z dan Millenial adalah mencari ilmu agama serta mendakwahkan Islam ke penjuru dunia tentunya dengan tuntutan keimanan sehingga kukuh dan menghujam pada generasi muda. Rasulullah SAW bersabda, “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: umurnya, untuk apakah ia habiskan, jasadnya, untuk apakah ia gunakan, ilmunya, apakah telah ia amalkan, hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi). Hadis di atas menegaskan, Allah akan menuntut pertanggungjawaban masa muda kita.
Tentunya, untuk mencetak generasi muda yang akan melahirkan generasi emas tidak akan bisa dicapai tanpa adanya peran negara, negara wajib mendukung penuh dalam mengarahkan potensi generasi. Negara wajib menerapkan sistem pendidikan dengan kurikulum berfokus pada pembentukan kepribadian islam, mengarahkan skill generasi sesuai visi politik dengan visi menjadikan negara mandiri dan terdepan di kancah internasional. Tidak bergantung apalagi terjajah oleh negara asing dan aseng. []
Oleh: Difa
Aktivis Muslimah
0 Komentar