Childfree Makin Diminati, Buah Beban Hidup Makin Tinggi?


MutiaraUmat.com -- Tren wanita memilih tidak memiliki anak atau childfree diprediksi akan terus meningkat. Berdasarkan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2023 menunjukkan persentase perempuan berusia 15-49 tahun childfree di Indonesia sekitar 8 persen atau hampir setara dengan 71 ribu orang (tribunJatim.com, 20/11/2024).

Sebuah studi oleh Morgan Stanley memprediksi bahwa pada tahun 2030, sekitar 45 persen perempuan akan memilih untuk hidup mandiri tanpa pasangan atau anak (kompas.com, 07/10/2024).

Faktor ekonomi menjadi pertimbangan generasi muda dalam memilih gaya hidup child-free. Biaya hidup yang makin tinggi dan situasi ekonomi yang kurang menentu membuat banyak orang merasa khawatir akan kehidupan ke depannya. Tidak dipungkiri bahwasanya kehidupan terasa makin sempit. Dengan berbagai beban kehidupan yang berada di pundak setiap keluarga menjadikan child free semakin diminati.

Peran seorang ibu sebagai ibu rumah tangga dipandang sebelah mata oleh masyarakat hari ini. Tren menuntut perempuan wajib meniti karier dan mandiri. Namun, lagi-lagi ide ini muncul karena paham sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan masyarakatnya jauh dari Islam. Ide feminisme yang pada hakikatnya bertentangan dengan Islam menjadi tuntutan bagi para perempuan hari ini.

Ada beberapa alasan wanita bahkan pasangan dalam rumah tangga untuk memilih childfree. Yang pertama, alasan ekonomi. Biaya untuk membesarkan anak tidak sedikit, apalagi di tengah kondisi keuangan yang semakin mahal dan daya beli makin lemah. Kebutuhan gizi sang anak, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya membutuhkan biaya yang tidak murah.

Yang kedua, alasan psikologis. Kekhawatiran tidak mampu menjadi orangtua yang baik, atau memiliki masalah mental yang membuat tidak siap untuk memiliki anak. Seolah luka masa lalu masih terasa dan mereka khawatir akan menurunkannya kepada anak-anak mereka. Yang ketiga, alasan kesehatan. Memiliki penyakit bawaan atau kronis yang membuat tidak bisa memiliki anak.

Yang keempat, alasan lingkungan. Populasi penduduk yang semakin meningkat tidak sejalan dengan kesehatan bumi dan ketersediaan pangan. Bumi akan semakin penuh dengan hadirnya anak-anak mereka. Sebisa mungkin mereka ikut berperan dalam meminimalkan jumlah populasi. Kelima, alasan personal. Trauma masa kecil, atau merasa bahwa lingkungan yang akan membentuk anak lebih rentan bahaya.

Keenam, alasan pengembangan diri. Ingin fokus pada pengembangan diri dan karier dan ini alasan yang paling banyak dipakai oleh wanita penganut child free. Penelitian-penelitian epidemiologi telah menempatkan faktor fungsi reproduksi wanita sebagai faktor yang paling erat kaitannya dengan kemunculan beberapa kanker yang paling sering dialami oleh wanita yaitu kanker payudara, endometrium (lapisan dalam rahim), dan kanker ovarium (indung telur).

Wanita yang tidak pernah melahirkan dan menyusui anak cenderung lebih mungkin mengalami kanker payudara, endometrium, dan kanker ovarium dibandingkan dengan wanita yang memiliki anak. Bahkan dari sisi akidah, mereka penganut child free tidak yakin bahwasanya rezeki itu dari Allah. Allah yang menjamin rezeki setiap makhluk di bumi, bukan mereka. Mereka lupa fitrah memiliki anak dan menjadi seorang ibu.

Kehadiran anak akan menghadirkan kebahagiaan keluarga. Kehidupan rumah tangga akan semakin hangat dengan cinta yang mereka berikan kepada anak-anak. Ide sekularisme telah menggeser peran akidah. Sekularisme menyuburkan tren fomo, hidup bebas, individualis yang memicu ide child free. Ide ini sangat bertentangan dengan akidah Islam. Islam agama dan juga syariat menjaga keberlangsungan manusia. Secara akidah, Allah telah menjamin rezeki untuk setiap makhluk yang Allah ciptakan. Bukan manusia itu sendiri yang memberikan rezekinya meski itu anaknya.

Allah mewajibkan negara memperhatikan kondisi setiap individu rakyatnya. Seperti makanan yang bergizi, pakaiannya, pendidikan, kesehatan, rumah yang layak adalah kebutuhan dasar rakyat yang wajib menjadi perhatian negara. Dengan adanya peran negara, tentu biaya hidup tidak akan kita rasa berat seperti saat ini. Negara akan mengelola dari pos kepemilikan umum seperti sumber daya alam untuk membiayai kemaslahatan rakyatnya, termasuk kebutuhan dasar tadi.

Pendidikan dalam Islam yang senantiasa menjadikan akidah Islam sebagai tolok ukur perbuatan. Islam mengharamkan child free, maka hal ini tentu kaum muslimin tidak akan pernah terpikir apalagi mencoba untuk child free. Memang peran negara sangat penting dalam menepis ide ini. Hanya dengan khilafah yang menerapkan syariat dan menjadikan akidah sebagai dasar hukum akan senantiasa melindungi akidah kaum muslim dan menjaga keberlangsungan manusia serta menjamin kebutuhan pokok rakyatnya.

Khilafah juga memiliki kewajiban menciptakan suasana kehidupan yang Islami sehingga ide-ide kufur tadi tidak menjangkiti kaum Muslim. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ

Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?” (QS. Al-Ma’idah [5]: 50)

Wallahu a'lam bishshawab. []


Endah Sefria, S.E.
Aktivis Muslimah

0 Komentar