Ketika MinyaKita Tidak Lagi Menjadi Minyak Kita
Mutiaraumat.com -- Minyak meskipun bukan termasuk kebutuhan pokok, namun keberadaan mereka sangat penting tidak lain sebagai pelengkap pengolahan unit pangan. Ironisnya MinyaKita yang digadang-gadang sebagai pilihan ekonomis, justru sekarang sejajar dengan merek terkenal lain yang lebih mahal.
Senada dengan pantauan dari CNNIndonesia.com pada Sabtu (20/7), bahwa setidaknya ada lima pedagang yang menjual Minyakita dengan harga Rp16.000 dari lama sebelum diresmikannya kenaikan harga.
Harga Minyakita telah Resmi Naik Jadi Rp15.700 per Liter. Meski tertulis nominal Rp14.000 pada kemasannya, pedagang mengaku mengulak Minyakita kisaran harga lebih dari Rp15.000. Oleh sebab itu, dipatoklah harga menjadi Rp16.000. Meski begitu, harga Minyakita relatif masih lebih murah sedikit jika dibandingkan dengan minyak merek lainnya.
Ironisnya kualitas MinyaKita menjadi menurun dari sebelumnya, sehingga masyarakat mulai mencari produk minyak lain yang lebih ekonomis di pasaran.
Zulhas menerangkan pertimbangan kenaikan harga Minyakita, salah satu faktor ialah pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS. Selain itu, Kemendag juga telah melibatkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk menghitung HET Minyakita.
Masyarakat berpendapat bahwa kenaikan harga MinyaKita tidak masuk akal, mengingat Indonesia adalah negeri penghasil sawit terbesar. Hal ini tentu menunjukkan adanya salah kelola akibat penerapan sistem ekonomi Kapitalisme, sehingga pengaturan kebutuhan rakyat dinilai tidak pro rakyat melainkan korporat terkait.
Misalnya harga perusahaan minyak tidak sama dengan harga distributor dan harga distributor tidak sama dengan pengulak serta harga pengulak tidak sama dengan penjual dipasaran. Harga yang tidak sama inilah mengakibatkan kapitalisme tidak akan pro-rakyat secara menyeluruh, sebab negara tidak berperan sebagai pengurus umat dan hanya memenuhi kepentingan pengusaha. Selain itu, negara tidak berperan dalam pendistribusian sehingga mengakibatkan harga makin mahal.
Berbeda sekali dengan Islam yang memandang pemenuhan kebutuhan pokok menjadi tanggung jawab negara dengan berbagai mekanisme, sesuai syariat Islam.
Penerapan sistem ekonomi Islam dalam mekanisme pengelolaan sawit, akan menjadikan minyak mudah didapat dengan harga murah dan stabil.
Penerapan sistem Islam secara keseluruhan akan mewujudkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh, karena negara menjadi pihak pengendali distribusi kebutuhan rakyat termasuk dalam hal perminyakan.[]
Oleh: Triani Agustina
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar