Strategi Islam dalam Mengatur Tenaga Kesehatan
MutiaraUmat.com -- Dalam Islam penyelenggaraan kesehatan adalah tanggung jawab negara. Negara wajib menyediakan fasilitas kesehatan untuk warga negaranya, karena jiwa yang sehat akan mendukung kualitas sumber daya manusia di sebuah peradaban. Selain itu, sudah menjadi kewajiban sebuah negara menyelenggarakan kesehatan dan pendidikan gratis dan dapat diakses seluruh lapisan masyarakat. Sekalipun ada biaya yang harus dikeluarkan, biaya tersebut dibuat bisa dijangkau masyarakat dari berbagai lapisan. Begitu pun tentang keamanan, negara wajib memberikan rasa aman dengan diterapkan syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam mengatur tenaga kesehatan sebenarnya tidak jauh beda dengan cara Islam mengaturnya tenaga kerja lainnya. Aspek kesejahteraan mereka akan diperhitungkan, kinerja, dan profesionalitas mereka akan terus ditingkatkan. Hanya saja yang menjadi pembeda antara pengelolaan Islam dan kapitalisme dalam mengelola tenaga kesehatan ada beberapa sebagai berikut. Pertama, pendidikan dan pelatihan untuk menjadi tenaga kesehatan yang handal dan profesional diselenggarakan, dijamin, dan didukung secara cuma-cuma. Berbeda dengan kapitalisme, pendidikan dikapitalisasi, siapa yang memiliki uang, dia yang bisa mengenyam pendidikan tinggi. Apalagi hari ini publik tahu, betapa mahalnya biaya pendidikan untuk menjadi tenaga kesehatan.
Kedua, ketika mereka telah menjadi tenaga kesehatan baik dokter, perawat, bidan, apoteker, dan lain sebagainya kesejahteraan hidup mereka dijamin negara alias mereka mendapatkan upah dari negara. Walaupun nanti akan ada kemungkinan kerja sama dengan pihak swasta, tetapi tenaga medis tidak akan dibiarkan berjuang sendiri dalam meraih kesejahteraan. Berbeda dengan kapitalisme yang membiarkan rakyatnya berjuang sendiri untuk hidup layak.
Ketiga, pembiayaan kesehatan ditanggung negara. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus diwujudkan negara. Oleh karena itu, biaya kesehatan ditanggung negara, seumpama negara belum menanggung semuanya, biaya untuk sehat dari sakit atau berobat harus diselenggarakan secara murah dan dapat dijangkau berbagai kalangan. Terlebih biaya operasi, tindakan cepat, dan sebagainya akan dilakukan secepat mungkin, tidak dengan standar ada uang mereka dilayani, tidak uang mereka dibiarkan meregang nyawa.
Keempat, edukasi tentang kesehatan masif dilakukan agar tugas tenaga kesehatan tidak terlalu besar. Gaya hidup konsumeristik membuat manusia mudah sakit dan mengalami sakit yang komplikasi. Oleh karenanya, edukasi di tengah-tengah masyarakat tentang gaya hidup sehat adalah tanggung jawab negara.
Kelima, kontrol terhadap makanan dan minuman disiplin dilakukan negara, sehingga jika beredar makanan atau minuman yang berpotensi merusak kesehatan akan disetop dan ditanggulangi. Masyarakat benar-benar dijaga kesehatan akal dan jiwanya oleh negara sehingga mereka bisa beribadah dan menjalankan fungsi sebagai khalifah di bumi dengan sebaik-baiknya.
Apabila menilik kelima strategi di atas, maka kesehatan jiwa raga rakyat akan terjaga. Selain itu, pendidikan akidah sejak dini juga akan mewujudkan jiwa yang kuat sehingga tidak mudah stres atau depresi dalam menghadapi ujian kehidupan. Kepribadian Islam akan terbentuk apabila sistem kehidupan menerapkan syariat Islam seutuhnya dalam institusi Islam.
Dalam mengatur tenaga kesehatan sebenarnya tidak jauh beda dengan cara Islam mengaturnya tenaga kerja lainnya. Aspek kesejahteraan mereka akan diperhitungkan, kinerja, dan profesionalitas mereka akan terus ditingkatkan. Hanya saja yang menjadi pembeda antara pengelolaan Islam dan kapitalisme dalam mengelola tenaga kesehatan ada beberapa sebagai berikut. Pertama, pendidikan dan pelatihan untuk menjadi tenaga kesehatan yang handal dan profesional diselenggarakan, dijamin, dan didukung secara cuma-cuma. Berbeda dengan kapitalisme, pendidikan dikapitalisasi, siapa yang memiliki uang, dia yang bisa mengenyam pendidikan tinggi. Apalagi hari ini publik tahu, betapa mahalnya biaya pendidikan untuk menjadi tenaga kesehatan.
Kedua, ketika mereka telah menjadi tenaga kesehatan baik dokter, perawat, bidan, apoteker, dan lain sebagainya kesejahteraan hidup mereka dijamin negara alias mereka mendapatkan upah dari negara. Walaupun nanti akan ada kemungkinan kerja sama dengan pihak swasta, tetapi tenaga medis tidak akan dibiarkan berjuang sendiri dalam meraih kesejahteraan. Berbeda dengan kapitalisme yang membiarkan rakyatnya berjuang sendiri untuk hidup layak.
Ketiga, pembiayaan kesehatan ditanggung negara. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus diwujudkan negara. Oleh karena itu, biaya kesehatan ditanggung negara, seumpama negara belum menanggung semuanya, biaya untuk sehat dari sakit atau berobat harus diselenggarakan secara murah dan dapat dijangkau berbagai kalangan. Terlebih biaya operasi, tindakan cepat, dan sebagainya akan dilakukan secepat mungkin, tidak dengan standar ada uang mereka dilayani, tidak uang mereka dibiarkan meregang nyawa.
Keempat, edukasi tentang kesehatan masif dilakukan agar tugas tenaga kesehatan tidak terlalu besar. Gaya hidup konsumeristik membuat manusia mudah sakit dan mengalami sakit yang komplikasi. Oleh karenanya, edukasi di tengah-tengah masyarakat tentang gaya hidup sehat adalah tanggung jawab negara.
Kelima, kontrol terhadap makanan dan minuman disiplin dilakukan negara, sehingga jika beredar makanan atau minuman yang berpotensi merusak kesehatan akan disetop dan ditanggulangi. Masyarakat benar-benar dijaga kesehatan akal dan jiwanya oleh negara sehingga mereka bisa beribadah dan menjalankan fungsi sebagai khalifah di bumi dengan sebaik-baiknya.
Apabila menilik kelima strategi di atas, maka kesehatan jiwa raga rakyat akan terjaga. Selain itu, pendidikan akidah sejak dini juga akan mewujudkan jiwa yang kuat sehingga tidak mudah stres atau depresi dalam menghadapi ujian kehidupan. Kepribadian Islam akan terbentuk apabila sistem kehidupan menerapkan syariat Islam seutuhnya dalam institusi Islam.
Oleh. Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat Institute
0 Komentar