Mencetak Generasi Tangguh, Sebagaimana Bunda Hajar



Bulan Zulhijah adalah bulan haji atau hari raya umat Islam (Idul Adha/hari raya kurban). Dimana dibulan ini bagi yang tidak menunaikan ibadah haji diperintahkan untuk berkorban bagi yang mampu dengan hewan ternak (kambing, sapi maupun onta). Hewan kurban ini dibagikan kepada fakir miskin utamanya dan orang kayapun boleh menikmatinya.

Hari raya kurban ini banyak kita petik teladan dari keluarga Nabi Ibrahim yang sangat taat kepada Allah SWT. Terutama teladan dalam mendidik generasi, bahkan Allah mengabadikan seluruh perjuangannya dalam prosesi ibadah haji dan umroh.

Penyembelihan hewan kurban, sai antara Shafa-Marwa, adanya sumur zam-zam dan pembangunan Ka’bah, dilewati semua ujian dari Allah dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan oleh keluarga Ibrahim. Hingga keluarga Ibrahim menjadi keluarga pilihan Allah, sebagaimana firman-Nya dalam TQS. Ali Imran ayat 33: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran atas seluruh alam (manusia pada zamannya masing-masing).”

Lahirnya generasi emas dan tangguh ini tak lepas dari sosok ibu yang saliha, dialah bunda Hajar. Wanita yang kuat, gigih, ikhlas, tawakal dan hanya bersandar serta menyerahkan semua urusannya hanya kepada Allah SWT. Dialah ummu warabatul bait (ibu pengatur rumah tangga), yang tugas utamanya adalah mendidik generasi terbaik masa depan, yang akan meneruskan estafet perjuangan dakwah Islam. 

Berbeda dengan ibu rumah tangga saat ini yang telah berjuang keras mendidik anaknya, demi visi misi mulia generasi penerus, seringkali dipandang sebelah mata. Bahkan disematkan label tidak produktif, kurang bergengsi dan dianggap pemenjaraan atas hak asasi kaum perempuan.

Adanya berbagai faktor tuntutan ekonomi keluarga, pandangan lebih terhormat dan kesetaraan gender. Menggiring perempuan melakukan aktivitas mubah diranah publik, dibandingkan melakukan kewajiban mendidik anaknya maupun melakukan aktivitas dakwah. 

Dampak kurangnya perhatian orang tua, terutama sosok ibu, mengakibatkan generasi yang rusak moralnya, banyaknya tawuran pelajar, geng motor, bulying, pergaulan bebas hingga seks bebas, pecandu narkoba dikalangan pemuda dan masih banyak lagi masalah keluarga lainnya.

Demikianlah, akibat diterapkan sistem kapitalisme liberalisme, yang telah memalingkan kaum perempuan dari fitrah hakikinya sebagai ummu wa rabatul bait, sehingga berujung pada rusaknya generasi yang dihasilkan untuk masa depan Islam. Ini harus menjadi perhatian bagi kaum perempuan, senantiasa waspada atas propaganda ataupun konspirasi Barat yang sejatinya ingin merusak keluarga dan generasi kaum muslim. 

Seorang ibu hendaknya memprioritaskan apa yang menjadi kewajiban utamanya, dan menjadikan Islam sebagai pondasi dan pedoman hidupnya. 

Hendaknya bunda-bunda masa kini meneladani kisah bunda hajar, yang mampu menjalani hidup bersama Ismail kecil di lembah gersang yang tandus, tanpa penghuni dengan ketawakalan. Menyerahkan seluruh urusannya hanya berharap dan bergantung kepada Allah SWT. Kegigihan dan kesabaran beliau mencari sumber mata air, mendaki bukit Shafa dan Marwah berulangkali saat Ismail kehausan, berbuah sumber mata air zam-zam yang bermanfaat untuk seluruh umat, hingga saat ini.

Bunda hajar adalah wanita tangguh yang mampu membangun peradaban baru. Lembah tandus yang semula tidak berpenghuni menjadi pusat syariat Islam ibadah haji dilaksanakan sepanjang masa. Dan ditangan beliaulah Ismail didik menjadi generasi penerus yang tangguh, cerdas, teladan, taat dan tunduk kepada Allah SWT, selalu berbakti kepada orang tuanya, berharkat dan bermartabat tinggi dan dari garis keturunan beliaulah lahir manusia pilihan, nabi terakhir umat Islam rasulullah SAW.

Demikianlah sosok ibu bertakwa, bersyaksiyah dan berakhlak sesuai syariat Islam yang mampu mencetak generasi tangguh. Ibu yang membentengi diri dan keluarganya dengan iman, Islam serta dakwah di masyarakat. Ibu yang selalu   menyandarkan semua urusannnya hanya kepada Allah  dan meyakini bahwasannya hanya hukum Allah yang mampu mengatur manusia, alam semesta dan kehidupan.

Oleh. Yesi Wahyu
Aktivis Muslimah

0 Komentar