HET Beras Naik, Mungkinkah Nasib Petani Akan Membaik?

Mutiaraumat.com -- Sejumlah bahan pangan terpantau mengalami tren kenaikan harga. Mulai dari telur, daging ayam, bawang putih, cabai rawit merah hingga beras. Menyitir Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional, rata-rata harga beras hari ini, Minggu 26 Mei 2024 pukul 7.30 WIB mengalami kenaikan 3,2% menjadi Rp16.000 per kilogram. Untuk beras medium harganya naik Rp560 menjadi Rp14.010 per kilogram.

Selain beras, harga bahan lain seperti biji kedelai impor, hari ini naik Rp530 menjadi Rp12.560 per kilogram. Sementara harga bawang putih hari ini naik tipis 0,14% menjadi Rp42.790 per kilogram. Adapun harga cabai rawit merah naik signifikan 6,49% menjadi Rp46.740 per kilogram.

Kenaikan harga juga terjadi pada bahan pangan sumber protein hewani seperti daging ayam dan telur. Rata-rata harga daging ayam hari ini naik Rp1.360 menjadi Rp39.330 per kilogram dan telur harganya naik 3,08% menjadi Rp31.170 per kilogram (Bisnis.com 26/05/2024).

Pada tanggal 31 Mei 2024 Bapanas menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) menjadi Rp 1000 untuk beras premium, dan Rp 500 hingga Rp 1000 untuk beras medium (CNN Indonesia, Senin, 24/05/2024).

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa kenaikan HER beras dilakukan lantaran biaya produksi beras saat ini ada penyesuaian. 
“Karena adanya penyesuaian agro input,” ujar Arief saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/5/2024). Dan ia berharap dengan adanya HET beras petani mendapat lebih banyak untung. Namun, apakah dengan adanya kenaikan beras, para petani akan benar semakin makmur? Atau kekayaan petani yang diasumsikan pemerintah hanya sebatas ilusi? 

Analisis

Di negri yang kaya raya akan sumberdaya alamnya, yang bahkan sangat melimpah lahan pertaniannya terjadi kenaikan harga beras yang sangat fantastis. Kepala Center for Indonesian Policy Studies, Hizkia Respatiadi mengatakan bahwa komoditas beras harus melalui banyak titik dalam jalur distribusi hingga sampai ke konsumen. "Beras harus melalui empat sampai enam titik distribusi sebelum sampai ke tangan konsumen" ujarnya di Jakarta, Rabu (17/1/2018). 

Dan dari panjangnya rantai inilah yang menyebabkan HET beras menjadi naik dan tinggi dan bahkan merugikan beberapa pihak seperti petani dan pedagang eceran. 

"Dalam setiap rantai distribusi, margin laba terbesar dinikmati oleh para tengkulak, pemilik penggilingan padi atau pedagang grosir. Di Pulau Jawa, margin laba ini berkisar antara 60-80 persen per kilogram," lanjutnya. 

Sebaliknya, menurut hizkia para pedagang eceran justru hanya menikmati margin laba dengan kisaran antara 1,8-1,9 persen per kilogram. (Jakarta, Bisnis.com)

Maka benar, terjadinya kenaikan harga beras tidak serta merta membuat kemakmuran dan kekayaan bagi petani. Karena meskipun HET beras mengalami kenaikan, para petani tidak ikut merasakan efek dari kenaikan tersebut. Pasalnya meskipun HET naik, HPP yang ditetapkan oleh pemerintah kepada para petani tidak ikut naik.

HPP yang telah dikerek oleh Bapanas yang berlaku mulai 3 April 2024 hingga 30 Juni 2024 bahwa pemerintah menentukan harga gabah kering panen hanya Rp 6000, 00 per kilogram dan Gabah Kering Giling di gudang Perum Bulog Rp 7.400,00 per kilogram (Bisnis.com). Hal diatas tentu tidak sebanding dengan kenaikan HET beras di masyarakat yang dinilai sangat tinggi. 

Apalagi dalam mengolah lahan pertanian para petani tentu menguras isi dompet yang sangat banyak. Di mulai dari harga pupuk yang melambung tinggi, hingga pompa air jika tidak ada hujan. 

Disisi lain, mengapa HET beras tinggi? Disebabkan karena distribusi beras saat ini dipegang oleh para pengusaha yang hanya mementingkan kepentingan sepihak saja. Dan prosesnya yang sangat berbelit membuat harganya semakin naik dari tangan satu ke tangan yang lain. Ini tentu membuat rakyat Indonesia semakin sulit.

Di tengah angka kemiskinan yang semakin naik dan PHK masal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan masih harus memikirkan harga bahan makanan pokok yang harusnya menjadi tanggung jawab negara kepada rakyatnya.

Solusi Islam

Islam sangat memuliakan manusia. Begitupun dalam hal ekonomi, harus sesuai dengan standar agama Islam. Maka asas dari Ekonomi dalam islam adalah aqidah, bukan manfaat. Politik ekonomi Islam adalah jaminan tercapainya pemenuhan semua kebutuhan primer tiap orang dengan pemenuhan secara menyeluruh.

Berikut kemungkinan tiap orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan skunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kesanggupannya.

Islam menjadikan negara bertanggungjawab penuh atas kebutuhan primer rakyat, termasuk beras. Dengan menjadikan beras berada dalam kendali negara bukan perusahaan. Karena dalam islam, ekonomi tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah negara semata, namun juga harus memperhatikan terjamin tidaknya tiap orang menikmati kehidupan tersebut. Kemakmuran yang diupayakan dalam islam tidak lantas membiarkan manusia bebas tanpa kendali, namun tetap memperhatikan terjamin tidaknya hak setiap orang. 

Maka dalam kasus beras, Islam tentu memusatkan pengolahan gabah dan pendistribusian beras pada negara. Bukan pada perusahaan apalagi individu. Sehingga tidak akan ada perbedaan hak setiap warga negara dalam sistem islam. Selanjutnya negara akan memiliki langkah-langkah untuk menjaga agar harga beras terus stabil dan rakyat mudah untuk membelinya tanpa ada beban. Inilah tugas negara yang harus menjamin hak-hak tiap individu dengan benar dan penuh tanggung jawab. 

Dalam hadits Rasul, Rasulullah bersabda:

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya : “Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari). Wallahu a'lam bishshowwab.[]

Oleh: Anisa Nur Shofiyah
(Aktivis Muslimah)

0 Komentar