Refleksi Hardiknas: Mampukah Merdeka Belajar Wujudkan Generasi Emas?

MutiaraUmat.com -- Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei merupakan salah satu bentuk penghargaan dan apresiasi kepada para pahlawan dan tokoh pendidikan yang telah berjuang memperjuangkan hak-hak kaum pelajar untuk mendapatkan pendidikan. Hari tersebut dibuat sebagai bentuk kepedulian pemerintah akan pentingnya pendidikan di Indonesia. Dengan adanya Hardiknas diharapkan bisa menumbuhkan semangat belajar dan tumbuh untuk seluruh insan pendidikan.

Tema yang diusung pemerintah pada perayaan Hardiknas lalu adalah “Bergerak Bersama Lanjutkan Merdeka Belajar” (Kompas.com, 25/4/24). Berdasarkan pilihan tema yang diusung pada Hardiknas tersebut, terlihat jelas bahwa pemerintah serius untuk melanjutkan implementasi dari kurikulum merdeka. Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di Indonesia pun semakin masif. Hingga kini, dinilai masih relevan oleh pemerintah untuk menyelesaikan problematika dunia Pendidikan di Indonesia. Namun benarkah demikian?

Sebelum itu mari kita lihat tujuan utama yang ingin diraih dari penerapan kurikulum ini, yaitu mencetak lulusan yang siap kerja, membangun generasi emas yang mandiri dan berkualitas dan mampu memenuhi kebutuhan industri, namun dari sisi pembinaan agama dan mental bukan jadi prioritas utama. Jika kita perhatikan lagi faktanya hari ini potret buram dunia pendidikan dalam semua aspek semakin meningkat, baik guru maupun  siswa melakukan berbagai kemaksiatan, kejahatan dan pelanggaraan hukum. Sebab, ide Sekulerisme dan Kapitalisme yang akan dikuatkan dalam Kurikulum Merdeka justru melahirkan generasi yang buruk kepribadiannya, mudah terjajah pemikirannya oleh budaya asing yang merusak, dan cenderung lemah pemahaman agamanya.

Kita ambil satu kasus tentang perundungan yang kerap ramai terjadi dikalangan pelajar. Sabtu (2/3/2024) dari TribunKaltim.co, dipaparkan viral video aksi perundungan di media sosial, terjadi di SMPN 13 Balikpapan, Kalimantan Timur. Pelaku dan korban merupakan anak sekolah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), pelaku mengeroyok korban dengan melakukan aksi jambak dan memukul. Sungguh miris, sebab bukan kasus ini saja, masih banyak kasus lain yang terjadi disekitar pelajar seperti tawuran, pergaulan bebas hingga kehamilan di luar nikah, bunuh diri karena putus cinta, dsb. Serangkaian potret buram ini salah satu bukti bahwa kurikulum yang diterapkan masih tidak tepat dan bermasalah.

Jika kita teliti lebih lanjut terkait dengan kurikulum Merdeka, walau sering berganti kurikulum namun landasan yang digunakan ternyata sama saja dengan kurikulum sebelumnya, yaitu Sekuler dan lebih memperkuat nasionalisme, dengan memasukan P5 ( Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dalam kurikulumnya. Perlu diketahui bahwa sekuler ialah ideologi yang menjauhkan aturan atau syariat agama dalam mengatur urusan kehidupan, sehingga manusia menggunakan aturan buatannya sendiri untuk menjalankan kehidupan. Karena berasaskan sekuler kapitalisme, kurikulum merdeka secara umum belum mampu membawa pendidikan menuju tujuan pendidikan yang benar. Materi yang diajarkan sebatas keilmuan belum membawa kemajuan dan menyelesaikan permasalahan dalam dunia pendidikan.

Pendidikan adalah salah satu aspek strategis yang menentukan generasi masa depan. Islam menargetkan terbentuknya generasi berkualitas yang beriman dan bertakwa, terampil dan berjiwa pemimpin serta mampu menjadi problem solver.

Islam memiliki sistem Pendidikan terbaik berbasis akidah Islam yang terbukti berhasil melahirkan generasi berkualitas yang menjadi agen perubahan dan membangun peradaban yang mulia. Dalam hal ini, negara memiliki tanggung jawab besar untuk mewujudkannya. Tujuan pendidikan yang ingin diraih yaitu mewujudkan kepribadian Islam agar setiap peserta didik memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Dalam Islam pun ilmu dan tsaqofah yang dipelajari untuk diamalkan bukan hanya sekedar teori belaka. Sehingga generasi yang lahir memiliki akidah dan iman yang kokoh, kepribadian islam yang menancap kuat serta mumpuni dan cerdas di bidang-bidang keilmuannya. 

Selain itu, kesejahteraan tenaga pendidik juga diperhatikan lebih oleh negara. Sehingga guru dan ulama dapat melaksanakan tugasnya maksimal dalam mengajarkan ilmu dan menjaga akhlak para pelajar. Sejak dini diwajibkan juga oleh Islam bagi orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan akidah dan syariah, sebab keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama. Kemudian masyarakat juga menjadi tempat belajar yang nyata bagi anak-anak untuk mengamati penerapan syariat. Maka terpadunya tiga pilar yaitu keluarga, masyarakat dan negara akan menjamin keberhasilan pembentukan generasi emas yang berkualitas.

Maka sistem pendidikan Islamlah satu-satunya solusi yang dapat menyelesaikan seluruh problematika yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini serta melahirkan generasi terbaik pembangun peradaban mulia. Wallahu a'lam.


Oleh: Nasywa Santoso
Aktivis Mahasiswa

0 Komentar