MutiaraUmat.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menegaskan kembali bahwa perubahan hakiki untuk menyelesaikan seluruh persoalan umat, khususnya di Gaza adalah dengan persatuan umat.
"Maka perubahan itu harus mengarah kepada terwujudnya kekuasaan umat yang hakiki yaitu tegaknya kembali al-khilafah, karena hanya itulah yang membuat persatuan umat, dengan itu umat memiliki kekuatan dan dengan kekuatan itu dapat menyelesaikan seluruh persoalan yang menimpa umat khususnya ini hari di Gaza," paparnya dalam "all eyes on Rafah", Genosida Berlanjut di kanal YouTube UIY Official, Sabtu (18/05/2024).
Tujuh miliar penduduk dunia, tambahnya, tidak bisa menghentikan kebrutalan di Gaza. Khususnya penguasa Muslim yang seolah tangannya terikat tidak bisa menolong, kurang lebih dua juta penduduk di sana yang saat ini menghadapi situasi sangat kritis. Penguasa muslim seperti Yordan, Lebanon, bahkan Saudi sangat paham risiko yang didapat jika mendukung Gaza.
"Mereka (penguasa muslim) tahu persis jika tampak mendukung Gaza, akan menanggung satu risiko yang dia tidak ingin terjadi, yaitu kehilangan kekuasaan. Amerika sudah mengancam penguasa di negeri-negeri Muslim di sekitar situ, seperti Yordan, Lebanon, lebih-lebih Saudi. Apabila mereka tampak mendukung, maka mereka akan menanggung risiko," jelasnya.
Perhatian Dunia
Ustaz Ismail mengatakan, ini menjadi perhatian dunia, semua mata tertuju pada Rafah atas ketegaran mereka.
"Mata dunia tertuju bahwa ketegaran yang luar biasa, menarik simpati dunia, bahkan mereka yang berada di negara yang dikenal sebagai pendukung Zionis yahudi itu," ungkapnya.
Saking tidak tahannya dengan diamnya sikap penguasa, tambah ustaz, para mahasiswa dari kampus-kampus yang cukup ternama seperti Harvard, Boston University dan sebagainya turun dan tidak mempedulikan jika aksi itu mengundang kekerasan dari aparat, bahkan sebagian ada yg ditangkap. Ini adalah satu fakta yang luar biasa.
"Kemarahan yang terpendam ini, cepat atau lambat akan meledak menuntut adanya perubahan dari masyarakat, dan kemarahan yang terpendam itu ada masa dan waktunya. Cepat atau lambat itu akan menjadi kemarahan yang besar dan itu mereka (penguasa) tidak tahu persis kapan itu terjadi. Jika tidak sekarang mungkin nanti, kalau tidak nanti mungkin esok dan seterusnya," pungkasnya. [] Nabila Sinatrya
0 Komentar