Mengusut Dalang di Balik Bencana Banjir Bandang yang Terus Berulang

MutiaraUmat.com -- 𝐁𝐚𝐧𝐣𝐢𝐫 𝐛𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢 𝐝𝐮𝐚 𝐰𝐢𝐥𝐚𝐲𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐰𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐬𝐚𝐧 𝐣𝐢𝐰𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐥𝐮𝐦𝐩𝐮𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧

Negeri berjuluk zamrud khatulistiwa kembali diguncang bencana, rakyat yang terkenal dengan keramah tamahannya kembali dirundung nestapa. Banjir bandang di Sumatera Barat yang mengakibatkan 15 orang meninggal dan sedang dalam proses pencarian oleh petugas gabungan di tiga kecamatan terdampak, pada Minggu (12/5).

Berdasarkan data yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, dari total belasan korban tersebut, 11 orang ditemukan di wilayah Kecamatan Canduang dan empat orang di Kecamatan Sungai Pua.

"Petugas gabungan yang dikoordinasikan oleh BPBD Kabupaten Agam masih melakukan upaya-upaya penanganan darurat bencana," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangan tertulis, Minggu 12/05/2024. (cnnindonesia.com, 12/05).

Sehari sebelumnya, CNN Indonesia juga melaporkan adanya luapan banjir Sungai Lalindu setinggi dua meter yang melanda di Desa Sambandate, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) membuat Jalan Trans Sulawesi lumpuh total. (cnnindonesia.com, 11/05).

Beredar pula photo yang menggambarkan kondisi di Desa Puuwanggudu, Kecamatan Asera, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, pada Sabtu 11 Mei 2024. Tampak di beberapa photo kondisi daerah-daerah yang terdampak banjir dan aktifitas warga yang sedang berusaha menyelamatkan barang-barang rumah tangga dibantu TNI.( tempo.co 13/05).

𝗠𝗲𝗿𝘂𝗻𝘂𝘁 𝗳𝗮𝗸𝘁𝗼𝗿 𝗽𝗲𝗻𝘆𝗲𝗯𝗮𝗯 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗿𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗴𝘂𝘀𝘂𝘁 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗯𝗮𝗹𝗶𝗸 𝗯𝗲𝗻𝗰𝗮𝗻𝗮 𝗯𝗲𝗿𝘂𝗹𝗮𝗻𝗴

Lagi dan lagi banjir bandang menimpa dan menelan korban juga merusak infrastruktur jalan. Hanya selang 4 bulan dari kejadian banjir bandang yang sebelumnya terjadi di Bandung karena luapan sungai Cikapundung dan di Kepulauan Riau. 

Berulangnya bencana yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, seharusnya sudah cukup menjadi alasan dilakukannya evaluasi potensi penyebab bencana secara menyeluruh dan komprehensif.

Buruknya drainase dan tata kota yang tidak tepat merupakan dua dari banyak faktor penyebab yang berpotensi menimbulkan banjir. Buruknya drainase atau kemampuan penyerapan air itu sendiri adalah akibat dari berkurangnya hutan dan lahan hijau karena adanya pengalih fungsian lahan menjadi lahan industri dan proyek komersial oleh pengusaha swasta yang didukung oleh oknum penguasa. 

Alih-alih reboisasi justru deforestasi makin menggila. Penguasa lebih senang mengundang pengusaha swasta dengan dalih pemerataan pembangunan infrastruktur dan penyediaan lapangan pekerjaan secara besar-besaran, padahal nyata-nyata hanya retorika belaka, rakyat tetap merana bahkan jadi korban bencana.

Konsep tata ruang wilayah hanya berorientasi pada target bisnis semata tanpa memperhatikan dampak lingkungan apalagi kepentingan khalayak. Inilah wajah asli sistem ekonomi kapitalis yang didukung juga diusung oleh oligarki dalam sistem sekuler. Dari runutan faktor penyebab bencana banjir di atas mengarah pada kesimpulan bahwa kapitalisme-lah dalang di balik bencana banjir bandang yang berulang terjadi.

𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝘀𝗼𝗹𝘂𝘀𝗶 𝗰𝗲𝗿𝗱𝗮𝘀 𝗽𝗲𝗻𝗰𝗲𝗴𝗮𝗵 
𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗻𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗻𝗰𝗮𝗻𝗮

Sedikit flash back pada salah satu kisah masyhur pembangunan kota Baghdad pada 762 M. Dimana pada saat itu kekhalifahan dijabat oleh seorang shalih dari Bani Abbasiyah yaitu Khalifah Al-mansur. Empat tahun sebelum membangun kota , Al-mansur  mengumpulkan para arsitek dan insinyur untuk membuat perencanaan kota. Ribuan pekerja pun didatangkan untuk membangun kota.

Menariknya pembangunan kota dilakukan pada saat sungai Tigris dalam kondisi air tinggi. Dengan tujuan untuk mengontrol debit air. Bahkan saluran pembuangan limbah pun dibuat sedemikian rupa, dimana pada saat itu saluran pembuangan najis di buat di bawah tanah demi menjaga sanitasi sekitar. 

Tata ruang kota terkonsep sedemikian rupa dilengkapi dengan fasilitas lengkap demi menjaga kenyamanan dan keamanan masyarakat. 

Inilah sebagian konsep pemerintahan dalam Islam yang sudah pernah diterapkan jauh sebelum sekarang. Tak rindukah kita?. Konsep pemerintahan dan pelayanan fasilitas publik yang dilandasi keimanan dan ketakwaan dari mulai pemimpin hingga rakyatnya terbingkai indah dalam naungan hukum syara. Bukan kah Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memperingatkan kita melalui Wahyu Nya " Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Qs Ar rum/30:41). 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala menginginkan kita untuk kembali mengingat Nya, dengan cara menerapkan hukum Syari'ah sesuai tuntunan yang Diwahyukan-Nya dan fokus untuk tujuan kesejahteraan berjamaah. Wallahu'alam Bishowab


Oleh: Elis Ummu Alana
Aktivis Muslimah

0 Komentar