Kebangkitan Hakiki, Mungkinkah Terjadi?


MutiaraUmat.com -- Setiap tanggal 20 Mei bangsa kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Momen lahirnya Budi Utomo pada 1908, dianggap sebagai tonggak awal bangkitnya nasionalisme dan perjuangan Bangsa Indonesia melawan penjajahan. Satu abad lebih kita memperingati kebangkitan Nasional, sudahkah bangsa kita bangkit menjadi negara terdepan memimpin peradaban?


Nasionalisme, Ikatan Rapuh

Nasionalisme tampak indah dalam benak manusia. Yakni rasa cinta tanah air yang mendorong seseorang untuk memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara. Namun sejatinya nasionalisme racun yang mematikan.

Nasionalisme merupakan nilai barat yang diekspor ke negeri- negeri muslim untuk memecah- belah ukhuwah kaum muslim. Umat dikerat-kerat menjadi lebih dari 50 negara dengan bendera yang berbeda, ditumbuhkan sikap fanatisme kebangsaan. Meski sesama muslim, ketika beda bendera dianggap orang asing, tidak ada rasa cinta dan peduli sesama saudara seakidah. Derita rakyat Palestina bukti nyata.

Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Nizam Islam menjelaskan bahwa ikatan nasionalisme muncul ditengah masyarakat ketika pola pikirnya merosot. Ikatan ini terjadi ketika manusia hidup bersama disuatu wilayah, dan ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang wilayahnya, maka muncul naluri mempertahankan diri untuk mempertahankan negerinya, tempat dimana mereka hidup dan menggantungkan dirinya. 

Menurut Syekh Taqiyuddin ikatan nasionalisme merupakan ikatan yang batil dan rusak karena, (1) Mutu ikatannya rendah sehingga tidak mampu mengikat manusia menuju kebangkitan, (2) Ikatannya bersifat emosional, muncul secara spontan dari naluri mempertahankan diri untuk membela diri, sehingga bisa berubah-ubah dan tidak langgeng, (3) Bersifat temporal karena muncul saat ada ancaman, bila kondisi stabil akan hilang. Maka ikatan nasionalisme tidak layak dipertahankan sebagai jalan kebangkitan.


Mabda Jalan Kebangkitan

Kebangkitan adalah perpindahan individu, umat atau bangsa dari suatu keadaan menuju keadaan yang lebih baik (Hafizh Shalih, An Nahdhah, hal 13). Proses kebangkitan baik individu atau umat mengikuti alur yang sama, yakni dimulai perubahan pemikiran, persepsi atau pemahaman, dan perubahan perilaku. Untuk membangkitkan individu atau umat, perlu meningkatkan taraf berpikir umat.

Pemikiran merupakan pondasi kebangkitan. Pemikiran yang mampu membangkitkan harus memenuhi dua kriteria, mampu mengungkap misteri jati diri manusia, dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup di dunia, dan kemana tempat kembali setelah mati; juga mampu melahirkan sistem tatanan kehidupan yang mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan manusia.

Lintasan sejarah kebangkitan peradaban dunia mencatat ideologi atau mabda pondasinya. Bangsa Arab dulu dikenal bodoh dan terbelakang bangkit dengan mabda Islam. Membangun peradaban agung dan mengendalikan dunia selama 13 abad. Eropa pernah tenggelam dalam masa kegelapan panjang bangkit dengan mabda kapitalisme menjadi negara adidaya. Rusia pernah bangkit menguasai sepertiga dunia dengan mabda sosialis komunis.


Mabda Islam Jalan Kebangkitan Hakiki

Kebangkitan hakiki harus bersumber mabda shahih, dan berpijak pada akidah shahih. Yakni memuaskan akal dan sesuai fitrah manusia sehinnga menentramkan hati.

Fakta sejarah mencatat kebangkitan sosialisme bersifat semu karena tidak sesuai fitrah manusia. Ia berdiri diatas akidah materialisme, yakni tidak mengakui adanya Sang Pencipta, kehidupan ini berasal dari materi belaka. Ia mengingkari fitrah manusia yang sejak lahir punya naluri menyembah dan mensucikan Sang Pencipta. Juga berlawanan dengan akal karena makhluk bersifat lemah dan terbatas, mustahil ada dengan sendirinya.

Kebangkitan kapitalisme juga bersifat semu karena tidak sesuai fitrah dengan memisahkan agama dari kehidupan. Ia mengakui Pencipta namun manusia diberi kebebasan membuat aturan sendiri, padahal akal manusia lemah dan terbatas. Hal yang mustahil dan tidak bisa diterima akal bila Tuhan tidak sanggup membuat aturan untuk mengatur kehidupan manusia.

Sementara Islam berdiri diatas akidah yang shahih, mengakui fitrah manusia yang lemah dan terbatas sehingga membutuhkan aturan yang datang dari Penciptanya, yang mengetahui kelebihan dan kekurangan manusia. Rasional dan adil bila manusia mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia. Ia akan mendapat pahala bila mengikuti perintah dan larangan Allah dan disiksa bila tidak mengikuti aturan-Nya.

Sejarah mencatat kebangkitan sosialisme dan kapitalisme karena berpijak pada akidah batil bersifat semu sehingga menimbulkan penderitaan, kesengsaraan dan kenestapaan manusia. Sementara kebangkitan Islam bersifat hakiki karena berlandaskan pada akidah shahih. Maka jika negeri ini ingin bangkit harus berlandaskan pada akidah Islam. Tinta sejarah mencatat Islam ketika diemban suatu negara akan mengantarkan kebangkitan dan kemajuan, membentuk peradaban agung selama 13 abad, menguasai hampir dua pertiga dunia.

Wallahu a'lam. []


Ida Nurchayati
Aktivis Muslimah

0 Komentar