Inilah Penyebab Semua Mata Tertuju ke Rafah


MutiaraUmat.com -- Cendikiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto membeberkan tiga alasan yang membuat semua mata tertuju ke Rafah. 

"Pertama, tertuju kepada, ada satu tempat di mana dunia bisa menyaksikan sebuah kezaliman yang luar biasa, yang tidak terkatakan. Saya kira tidak ada kata-kata yang bisa mewakili atau bisa mengekspresikan dengan tepat kebengisan kebrutalan kekejaman kesadisan entitas zionis Yahudi di sana," tuturnya dalam Fokus to The Point: All Eyes on Rafah, Genosida Berlanjut di kanal YouTube UIY Official, Sabtu (18/5/2024). 

Ia menjelaskan, Rafah kini telah menjadi tempat penampungan penduduk, ditambah pengungsi dari Gaza Utara yang tertahan, tidak bisa lagi bergerak lebih jauh. Di Rafah terdapat satu-satunya pintu yang membuka wilayah itu ke arah Mesir, tetapi tidak boleh dibuka, kecuali ada izin dari Tel Aviv dan Washington. Artinya penduduk di sana kini tersudutkan, mengingat di sebelah kiri Rafah terdapat tembok setinggi 23 meter dan laut Mediterania di sebelah kanan. 

"Sudah kepepet, di tengah kepepet seperti itu, terpojok seperti itu, lalu zionis Yahudi itu masih saja menyerang. Dan jelas ini sebuah kebrutalan luar biasa," ungkapnya. 

Kedua, banyak orang menyaksikan betapa penduduk di wilayah tersebut tetap tegar menghadapi semua itu. Inilah juga yang menurutnya mengundang perhatian dan simpati dunia. Bahkan, mengundang simpati orang-orang yang ada di negara-negara yang selama ini dikenal sebagai pendukung zionis Yahudi, seperti di Eropa Barat, Amerika, bahkan para mahasiswa dari kampus-kampus yang cukup ternama yaitu Harvard, Yale, Boston University, dan sebagainya. 

"Mereka tidak mempedulikan jika aksi itu kemudian mengundang kekerasan dari aparat, bahkan sebagian besar ada yang ditangkap. Ini adalah satu fakta yang luar biasa," tegasnya 

Ketiga, semua mata tertuju ke Rafah karena menurutnya, tak ada satu tangan pun dari 7 miliar penduduk dunia ini yang bisa menghentikan kebrutalan Zionis Yahudi di sana. "Ada lebih dari 120 negara, beberapa itulah negara-negara besar, seperti Amerika, Rusia, Cina, dan sebagainya yang seperti seolah-olah tangan mereka itu terikat sedemikian, sehingga tidak mampu mengulurkan tangan untuk menghentikan kezaliman yang luar biasa," sesalnya. 

Lebih dramatis lagi, lanjutnya, khususnya dari negeri muslim, ada hampir dua miliar umat Islam, tetapi tidak bisa menolong dua juta saudaranya. Ada hampir 2 miliar umat Islam. Tidak ada satu pun yang juga bisa menolong saudaranya yang saat ini menghadapi situasi yang sangat kritis. "Jadi saya kira, all eyes on Rafah itu sesuatu yang sangat yang dramatis," imbuhnya. 

Bukan Pelindung

UIY menyayangkan sikap penguasa-penguasa negeri Islam yang tidak melakukan hal-hal yang signifikan, padahal itu di depan mata mereka. Hal itu menurutnya karena mereka tidak mau menanggung risiko kehilangan kekuasaan. "Mereka tahu persis bahwa jika mereka itu tampak mendukung Gaza, mereka akan menanggung satu risiko. Dan mereka tidak mau itu terjadi. Apa itu? Kehilangan kekuasaan," ujarnya. 

Sebab, lanjutnya, entitas zionis Yahudi didukung oleh Amerika, sementara Amerika mengancam penguasa-penguasa di negeri Muslim di sekitar wilayah Palestina, seperti Yordan, Lebanon, Saudi dan sebagainya bahwa jika mereka tampak mendukung, mereka akan menanggung risiko tersebut. 

"Itulah yang membuat akhirnya mereka berdiam diri, bahkan satu hal yang sangat muskil terjadi ketika ada peluru kendali yang hendak menyerang Israel itu, negeri Muslim itu turut mencegah itu supaya tidak mendarat," bebernya. 

Sikap penguasa negeri-negeri Muslim itu menurut UIY menunjukkan bahwa mereka bukan pelindung umat, sebaliknya menjadi pelindung Yahudi. "Mereka itu bukan lagi sebagai pelindung umat yang ada malah justru pelindung orang-orang Yahudi," ungkapnya. 

Namun, UIY mengingatkan, sikap para penguasa negeri muslim tersebut sebenarnya juga mengancam kekuasaan mereka karena memicu munculnya perlawanan. 

"Sangat mungkin muncul perlawanan dari rakyat mereka melihat diamnya penguasa mereka. Iya, cepat atau lambat pasti akan ada itu. Ada kemarahan yang terpendam. Kemarahan terpendam itu, dia ada masanya, ada waktunya, ada tenggangnya. Begitu masa waktu dan tenggang itu lewat, maka itu akan menjadi sebuah kemarahan yang besar. Dan itu mereka tidak tahu persis kapan itu terjadi," tegasnya.

Perubahan

UIY menjelaskan, Gaza telah memberikan konfirmasi tentang siapa sebenarnya wajah penguasa-penguasa di wilayah itu. Karena itu, ia mengingatkan umat agar memiliki agenda perubahan yang jelas yang mengarah kepada terwujudnya kekuatan yang hakiki. 

"Umat, pemimpin umat, gerakan dakwah, di wilayah itu khususnya, harus memiliki agenda yang clear bahwa jika ada perubahan, maka perubahan itu harus mengarah kepada terwujudnya kembali kekuatan umat yang hakiki, yaitu tegaknya kembali al-khilafah," ungkapnya. 

Karena menurutnya, hanya khilafah yang bisa menyatukan umat dan menyelesaikan seluruh permasalahan umat. "Hanya itulah (al-khilafah) yang bisa menyatukan umat. Dan dengan kesatuan itulah umat memiliki kekuatan. Dan dengan kekuatan itu, umat bisa menyelesaikan seluruh masalah yang menimpa umat, khususnya ini hari persoalan yang terjadi di Palestina, Gaza lebih khusus lagi," pungkasnya.[] Faizah

0 Komentar