Inilah Faktor Pendorong Remaja Melakukan Pergaulan Bebas

MutiaraUmat.com -- Pendidik Lilik Mutrofin, S.Pd, M.Pd, M.Sc., memaparkan dua faktor besar yang mendorong remaja kita saat ini melakukan pergaulan bebas dan jumlahnya makin meningkat setiap tahunnya. 

"Ada dua faktor besar yang mendorong remaja kita saat ini melakukan pergaulan bebas, hingga jumlahnya makin meningkat setiap tahunnya," tuturnya dalam Parenting Remaja Islami, Webinar Forum Guru Peduli Generasi (Forgudasi): Adab Bergaul Remaja Santun agar Terjaga dari Pergaulan Bebas, Kamis (16-5-2024). 

Dua faktor besar itu adalah, internal dan eksternal. Faktor internal pertama, adalah yang berasal dari diri anak itu sendiri, yaitu rapuhnya sisi keimanan mereka. Jadi, keimanannya tidak kuat.

Faktor internal kedua, yaitu karena dampak keimanan mereka yang tidak kuat, kemudian tidak dibarengi dengan keinginan untuk mencari ilmu, apalagi ilmu Islam. 

"Akhirnya mereka tidak memiliki pemahaman terkait dengan halal dan haram. Tidak bisa membedakan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh. Mana yang boleh diambil atau mana yang harus ditinggalkan," jelasnya. 

Faktor internal ketiga, mereka belum memahami adab atau aturan pergaulan di dalam Islam itu seharusnya seperti apa. Keempat, mereka tidak memiliki rasa takut ketika melakukan suatu kemaksiatan atau dosa. 

Faktor besar kedua adalah eksternal. Faktor ini menggempur begitu luar biasa. Faktor eksternal pertama, adalah pola asuh yang bermasalah dalam keluarga, yaitu ada masalah di keluarga mereka. Kedua, ada pengaruh buruk dari lingkungan. Itulah yang patut diperhatikan. Di lingkungan mana mereka saat ini berada. Apakah berada di lingkungan atau teman-temannya yang melakukan pergaulan bebas atau tidak? 

"Faktor eksternal ketiga, pengaruh dari media. Tidak bisa dimungkiri, saat ini media hampir bisa diakses tanpa batas oleh para remaja, bahkan oleh anak-anak yang masih SD. Maka, di sini kita juga perlu waspada," himbaunya. 

Faktor eksternal keempat, adalah settingan kurikulum yang sedang diterapkan negara atau mungkin sebagian negeri-negeri Muslim, bahwasanya kurikulum pendidikan saat ini sebenarnya tidak berasaskan kepada akidah Islam, akan tetapi berasas pada kurikulum sekularisme dan materialisme. 

"Sedangkan kurikulum yang berasaskan sekularisme ini akan makin menjauhkan anak-anak didik dari pemahaman agamanya," tutupnya [] Nurmilati 

0 Komentar