Bencana Hidrometeorologi Mendominasi Indonesia


MutiaraUmat.com -- Bencana di Indonesia

Bencana hidrometeorologi adalah bencana alam yang disebabkan oleh siklus air, curah hujan, dan kaitannya dengan iklim dan cuaca. Bencana ini dapat berupa banjir, kekeringan, angin kencang, puting beliung, dan berbagai fenomena alam lainnya yang terkait dengan air dan cuaca.

Bencana alam tidak hanya disebabkan oleh sifat alami dari alam saja, melainkan juga disebabkan oleh ulah manusia yang semena-mena terhadap lingkungan nya. Saluran drainase yang tidak berfungsi dengan baik ditambah bangunan masyarakat yang tidak mengikuti aturan tata ruang wilayah. 

Seperti halnya banjir yang disebabkan kelalaian manusia membuang sampah di sungai, longsor akibat penebangan hutan ilegal telah memberikan pengaruh terhadap bencana banjir.

Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, korban jiwa, kerusakan ekosistem, dan hilangnya tempat tinggal.

Pada awal tahun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan Pandangan Iklim 2024 yang menyatakan beberapa daerah akan mengalami hujan tahunan di atas normal, termasuk Sumatera Barat bagian selatan.

 Sejak pertengahan Januari, Sumatera Barat menerima intensitas hujan yang tinggi. 
Ribuan bencana yang melanda Indonesia menjadikan negara ini menjadi salah satu dari 35 negara di dunia yang memiliki potensi risiko terjadi bencana paling tinggi.

Bahkan, jika dilihat secara rata-rata pada 2023 dalam satu hari paling tidak ada 15 sampai 17 kali bencana yang melanda Indonesia baik berskala kecil, sedang, maupun besar.

Seperti Banjir bandang dan lahar dingin yang menerjang tiga daerah di Sumatera Barat pada Sabtu (11/5) lalu, dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi di wilayah hulu Gunung Marapi.
Ketiga daerah tersebut yakni Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang yang berdampak pada rusaknya bendungan, aliran irigasi, jalan, lahan pertanian, fasilitas umum dan bahkan korban jiwa.


Upaya Penanggungalan Bencana Belum Efektif

Ada beberapa faktor indikasi ketidakefektifan penganggulangan bencana selama ini, di antaranya:

Pertama, pemerintah sering menggunakan faktor alam sebagai penyebab utama bencana banjir. 
Kedua, antara pemerintah pusat dan daerah saling lempar tanggung jawab. Padahal, kedua belah pihaknya semestinya memperkuat koordinasi agar penanganan bencana banjir menjadi lebih efektif dan efisien, bukan malah sebaliknya lempar tanggung jawab. 
Ketiga, normalisasi sungai yang cenderung tidak tepat. Sebabnya, dalam praktiknya hanya melakukan betonisasi dan menggusur masyarakat miskin.
Keempat, kurang serius melakukan pencegahan dan pemulihan terhadap korban.
Kelima, tidak mengevaluasi dampak kebijakan pembangunan yang tidak sebanding dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 
Keenam, upaya-upaya pemerintah hanya berkutat pada level teknis. Pemerintah seolah menjadi “pemadam kebakaran” karena segala upaya hanya sebatas tanggap darurat.
Ketujuh, minim sekali pelibatan masyarakat dari berbagai kelompok. Masyarakat dinilai juga masih kurang mengetahui tanda-tanda bencana alam serta tidak paham terhadap upaya penanggulangan bencana.


Bencana dalam Perspektif Islam

Al-Qur'an telah memberikan banyak ayat tentang musibah yang dapat dijadikan panduan bagaimana melakukan mitigasi bencana. Ayat-ayat tersebut perlu dikaji lagi dan dikontekstualisasikan menjadi pedoman mengidentfikasi terjadinya bencana, mengurangi resiko korban dan kerugian, hingga menentukan langkah pencegahannya agar tidak terulang lagi di kemudian hari.

Di dalam QS Ar Ruum 41, Allah menjelaskan tentang sebab mengapa terjadi bencana:

ظَهَر الْفَسَادُ فِي ا لْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah timbul kerusakan di daratan dan lautan akibat perbuatan tangan manusia. Allah menimpakan pada mereka sebagian akibat perbuatan (dosa) mereka, mudah-mudahan mereka akan kembali (ke jalan yang diridhai Allah SWT).

Ayat di atas memberikan panduan bahwa sumber bencana adalah aydin naas, yang dapat diartikan ulah manusia, baik melalui perbuatan warga negara maupun kebijakan negara. Bencana adalah kerusakan terhadap sunnatullah, keseimbangan alam maupun sosial.


Islam Mampu Atasi Bencana

Luara biasa Islam memberikan penangganan banjir Ini dapat kita lihat dari torehan sejarah kegemilangan Islam dahulu yang sebenarnya juga bisa diterapkan jika bumi ini diatur oleh aturan Allah.

Tecatat dari sebuah sejarah bahwa pada tahun 970 Masehi telah berhasil membangun bendungan parade dekat Madrid, spanyol. Hingga kini bendungan yang dibangun itu masih bisa dijumpai di kota kardoba. Di antaranya adalah bendungan Guadalquivir yang diarsiteki oleh idris. 

Bendungan tersebut merupak sebuah upaya mencegah banjir yang disebabkan oleh keterbatasan daya tampung tanah terhadap curahan air, baik akibat hujan, getser, rob dan lain sebagainya.

Selain itu dalam mengatasi banjir negara akan memetakan daerah rendah yang rawan tergenang air dan selanjutnya akan membuat kebijakan berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah untuk melarang masyaratak membangun pemukiman di wilayah tersebut.

Negara akan membangun kanal-kanal baru atau resapan air juga sumur-sumur resapan didaerah dataran rendah agar daeraha dataran rendah bias terhindar dari banjir atau genangan. Tidak hanya itu negara akan mengeluarkan syarat tentang izin pembangunan. Jika pendirian bangunan di lahan pribadi atau umum, bias menghantarkan bahaya (madlarah)maka khalifah diberikan hak untuk tidak menerbitkan izin pendririan bangunan. 

Negara juga akan memberikan sanksi kepada siapa saja yang melanggar kebijakan tanpa pernah pandang bulu sesuai Al-Qur'an dan sunah.
Kebijakan yang lahir dari masa kepemimpinan islam tidak hanya berdasarkan pertimbangan rasional semata, tapi juga disangah di nash-nash syariat yang Insyaallah akan atasi banjir. Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Putri Rahmi DE, SST
Tenaga Pendidik

0 Komentar