Begini Cara Menghilangkan Pesimisme bahwa Kita Tidak Mungkin Bersatu

MutiaraUmat.com -- Menanggapi sikap pesimisme mempersatukan perbedaan umat dalam naungan Khilafah, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto membeberkan cara menghilangkan pesimisme bahwa umat tidak mungkin bersatu di YouTube UIY Official: Tentang Qunut Saja Berbeda, Bagaimana Bersatu di Bawah Naungan Khilafah, Kamis (2/5/2024).

Ia menyampaikan beberapa poin yang harus dilakukan umat, yaitu: Pertama, umat kembali kepada perintah kewajiban. Bahwa bersatu adalah kewajiban umat yang diperintahkan Allah SWT untuknya.

Kedua, umat harus mengetahui bahwa di dunia ini tidak ada yang tetap, semuanya itu berubah. Yang kita bilang kuat itu juga suatu hari dia akan berubah bisa menjadi lemah. Sebegitu juga sesuatu yang selama ini umat anggap itu menghalangi persatuan, bisa suatu hari halangan itu hilang. Sebagaimana juga umat ini hari lemah itu bisa nanti menjadi kuat. 

“Ini yang harus dipahami. Karena itulah kita bisa melihat bagaimana dinamika sejarah itu,” tuturnya.

Yang dulu lanjutnya, di masa Nabi itu ada Persi dan Romawi, Islam kan belum ada belum muncul. Islam muncul kemudian Romawi tumbang, Romawi Timur juga pada akhirnya tumbang, lalu menyusul  Persi. Berhadapanlah  Islam dan Romawi sekian abad lamanya. Kemudian Islam tumbang lalu muncullah sekarang ini boleh disebut sebagai kelanjutan Romawi kuno itu.

“Jika umat menemukan kembali kesadaran penting itu tadi, kesadaran keumatan, kesadaran tentang bahwa kita ini wajib memunculkan diri sebagai khairu ummah, umat akan bangkit lagi seperti itu,” ungkapnya. 

Itu pula ia menceritakan,  yang membuat bahwa dulu Prancis, Inggris, British rules the wave  kayak gitu-gitu kan, karena dikuasai oleh masa dulu kemudian tidak lagi. Lalu Jerman, Amerika lalu bisa juga suatu hari dia akan di klaim Cina akan di klaim juga. 

“Nah umat ini, ini yang kemudian harus menemukan titik alan vitalnya itu. Apa itu, yang pertama adalah  kesadaran bahwa kita ini adalah umat yang satu yang kedua, adalah kesadaran untuk perjuangan,” tegasnya. 

Kemudian yang ketiga adalah kesadaran tauhid ini yang  paling penting adalah kesadaran tauhid kita akan menyadari bahwa tidak ada daya dan kekuatan kecuali lah kalau wala quwwata illa Billah.

“Ketika ketiga ini kita miliki, maka insya Allah apa yang sekarang tidak mungkin itu bisa suatu hari menjadi mungkin,” yakinnya. 

Kemudian ia melanjutkan, "Saya kira penting kita ini malu lah kepada Theodore Hazel. Ketika ia punya cita-cita ingin mempunyai negara Yahudi maka dikecam oleh negaranya itu sendiri. Mereka menganggap Theodere Hazel ini mimpi. Karena waktu itu sangat-sangat tidak mungkin lah mendirikan negara Yahudi. Orang Yahudi yang terpecah-pecah lalu mau di wilayah mana. Yang diinginkan itu di Palestina, sedangkan Palestina di bawah kekuasaan Utsmani yang waktu itu sangat kuat. Tapi  Theodore Hazel mengatakan kalau Anda punya kemauan maka ini bukan mimpi. tapi kalau anda tidak mempunyai kemauan nah ini baru mimpi."

Ia menyampaikan, "Begitu juga saya kira kita ini, ini orang Yahudi yang tidak punya provinsi sama sekali juga tidak punya dasar teologis dan historis saja seperti itu."

“Sementara kita umat Islam ini punya dasar yang sangat kokoh dasar historis nya ada, karena pernah terjadi dan itu bukan waktu yang pendek dalam rentang waktu yang sangat panjang. Kemudian, punya dasar teologis artinya ada dasarnya, ada kewajibannya, ada dalil-dalilnya kemudian yang paling utama tentunya ada dasar tauhid tadi,” tandasnya. []Titin Hanggasari

0 Komentar