Angka Stunting Meningkat, Butuh Solusi Tuntas


Mutiaraumat.com -- Dilansir dari MarosNews.com, Kepala Dinas Kesehatan Maros, Muh. Yunus mengatakan, angka stunting di Maros mengalami peningkatan. Pada tahun 2023 angka stunting mencapai  2.700 orang sedangkan pada tahun 2024 ini mencapai 3000 orang. Oleh karena itu, bupati Maros mengkampanyekan makan telur.

Sebanyak 500 orang di kabupaten Maros mengikuti gerakan makan telur di Lapangan Pallantikang pada senin 22/4/2024. Bupati Maros, Chaidir Syam menyatakan gerakan ini merupakan cara mensosialisasikan gerakan peduli stunting (GADIS). Para peserta yang ikut acara ini adalah mereka yang terdaftar sebagai penerima bantuan PKH beserta anak-anak mereka. Telur yang disiapkan sebanyak 700 butir.

Selain gerakan makan telur, Chaidir menyatakan bahwa ada berbagai upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka stunting. Salah satunya adalah program orang tua asuh atau gempur stunting. Bupati, wakil bupati hingga sekertaris daerah akan menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yang mengalami stunting. Mereka harus memenuhi kecukupan gizi anak selama tiga bulan penuh. Baik itu susu, telur, dan nutrisi lainnya (23/04/2024).

Faktor-faktor Penyebab Stunting
Banyak faktor yang menyebabkan sehingga anak mengalami stunting (pertumbuhan kerdil). Diantaranya, rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.

Selain itu, faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum kehamilan, serta masa nifas, juga terbatasnya layanan kesehatan seperti layanan antenatal dan post natal. Pemberian ASI eksklusif, umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan zink dan zat besi, riwayat penyakit serta faktor genetik juga dapat menyebabkan stunting pada anak (yankes.kemkes.go.id, 14/09/2022). 

Faktor lain yang tak kalah berpengaruh pada pertumbuhan anak adalah kondisi ekonomi keluarga. Kebanyakan anak yang mengalami stunting berasal dari keluarga yang miskin. Keluarga yang tak mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan gizi anak terutama di 1000 hari pertama kehidupan akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Penanganan Tidak Efektif Gegara Sistem Rusak

Banyak program yang telah dijalankan oleh pemerintah untuk menangani masalah stunting. Salah satunya program gerakan “makan telur” sebagai gerakan peduli stunting dan juga program orang tua asuh oleh pemerintah Maros. Namun, hal ini akan sulit menurunkan angka stunting sebab semisal gerakan makan telur itu tak cukup memenuhi kebutuhan gizi anak. 

Secara anak yang mengalami stunting butuh gizi seimbang seperti makanan atau minuman yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, zat besi, zink, kalsium ataupun zat lainnya. Sedangkan telur hanya mengandung tinggi protein dan minim zat lain untuk melengkapi gizi anak. Gerakan makan telur inipun hanya diadakan sehari saja dan hanya diikuti oleh penerima PKH, bagaimana dengan keluarga yang tidak termasuk penerima PKH namun anaknya mengalami stunting?

Meski pemerintah memiliki program lanjutan yakni program orang tua asuh yang bertugas memenuhi gizi anak stunting, tetap saja hal ini masih kurang efektif mengatasi peningkatan stunting karena program ini hanya berlangsung selama tiga bulan. Setelah tiga bulan, otomatis pemenuhan gizi anak dikembalikan kepada orang tua kandung. 

Syukur jika orang tuanya mampu melanjutkan pemenuhan gizi si anak namun bagaimana dengan orang tua yang memiliki pendapatan rendah untuk membeli sembako pun sulit karena harganya yang mahal, padahal kecukupan gizi anak harus efektif di 1000 hari pertama kehidupan.

Jika anak mengalami stunting tentu juga butuh layanan kesehatan. Memang saat ini, di desa-desa ada program posyandu untuk mengecek pertumbuhan anak, mengedukasi ibu terkait gizi seimbang dan juga memberikan bantuan berupa makanan dan pemberian vitamin untuk bayi dan balita akan tetapi tak sedikit petugas posyandu memberikan pelayanan yang kurang maksimal sehingga membuat para ibu malas ke posyandu. 

Masih hangat diingatan kita, seorang ibu curhat di sosial media mengenai makanan untuk mencegah stunting di posyandu cuma jajanan Rp 500-an. Setelah ditelusuri, anggaran untuk stunting digunakan untuk perbaikan pipa air (detiksumut.com 25/08/2023).

Beginilah kondisi kehidupan di sistem kapitalisme-sekularisme. Individu dan penguasa hasil didikan sistem kapitalisme menjadikan materi sebagai standar dalam melakukan berbagai hal. Individu maupun penguasa kapitalis hanya akan menjalankan tugas jika tugas tersebut menghasilkan keuntungan.

Mereka tak sepenuh hati dalam menangani permasalahan rakyat termasuk masalah stunting. Bahkan mereka menghalalkan segala cara termasuk korupsi untuk mendapatkan keuntungan. Dikutip dari mediaindonesia.com, program pemberian makanan tambahan mengatasi stunting balita senilai Rp 4,4 Miliar diduga dikorupsi.

Salah satu juru masak Puskesmas mengatakan menu yang diberikan kepada anak balita dipotong Rp 10 ribu perporsi. Pihak katering hanya mendapatkan Rp 8 ribu dari Rp. 18 ribu per porsi dari puskesmas (18/11/2023). Sungguh nyata kerusakan yang ditimbulkan sistem kapitalisme.

Islam Sebagai Solusi

Kondisi yang berbeda jika kita hidup dalam naungan sistem Islam Kaffah. Penguasa sistem Islam akan menjamin kesejahteraan rakyatnya hingga mampu mencegah stunting pada anak. Ini adalah bentuk perhatian penguasa pada kualitas generasi karena generasilah yang akan membangun peradaban masa yang akan datang.

Kesejahteraan yang diwujudkan penguasa Islam adalah terpenuhinya sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, keamanan rakyatnya sebab Islam menggariskan penguasa sebagai penanggung jawab atas urusan rakyatnya melalui penerapan aturan Islam kaffah.

Beberapa bentuk kebijakan dalam negara Islam yang menjamin kesejahteraan setiap rakyat:

Pertama, negara akan menetapkan bahwa setiap muslim laki-laki khususnya kepala rumah tangga memiliki tanggung jawab untuk bekerja guna untuk memberikan nafkah baginya dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini didukung dengan lapangan pekerjaan memadai yang disediakan negara.

Kedua, Islam mengatur ketika masih ada kemiskinan maka Islam mewajibkan negara menyantuni orang miskin dan juga mendorong orang kaum muslim yang kaya untuk menolong mereka dalam mengentaskan kemiskinan. Ada pula kewajiban zakat yang diperintahkan bagi orang kaya yang salah satu peruntukannya untuk fakir-miskin.

Ketiga, melalui sistem ekonomi Islam, negara mengelola kekayaan alam yang berlimpah yang ditetapkan Allah sebagai kepemilikan umum seperti barang tambang, hutan, laut, danau, sungai, dsb. yang hasilnya akan dikembalikan kepada rakyat untuk layanan pendidikan, kesehatan dan keamanan. 

Semua bisa diakses masyarakat secara gratis atau tanpa biaya. Dengan dukungan sistem kesehatan dan sistem lainnya negara Islam akan mampu memberantas stunting dengan tuntas bahkan mampu mencegah terjadinya stunting pada keluarga yang berisiko stunting.

Dengan demikian, negara Islam mampu mewujudkan generasi yang berkualitas bebas dari stunting yang siap mewujudkan peradaban yang mulia, Insyaa Allah. Wallaahu a’lam Bishshowwab.[]

Oleh: Misdalifah Suli, M.Pd.
(Tim Pena Ideologis Maros)

0 Komentar