Ada Cara Rasional yang Bisa Ditempuh Para Penguasa Muslim Menghentikan Genosida di Palestina


MutiaraUmat.com -- Muslim Intelektual asal Amerika, Sami Hamdi menjelaskan, ad acara rasional yang bisa diambil oleh para penguasa Muslim untuk menghentikan genosida yang sedang terjadi di Palestina. 

“Kita sedang membicarakan tentang ide  rasional dan irrasional dari para aktor-aktor ini (penguasa Muslim) dan itulah mengapa saya mendorong kembali kepada mereka bahwa secara rasional, ada cara yang bisa diambil, sebagai actor (pemain) di wilayahnya masing-masing. Mereka seharusnya mampu menghentikan perang genosida ini,” ujarnya dalam YouTube Middle East Eye: Muslim Leaders’ Could Have Stopped Genoside in Gaza, (20/04/2024).

Namun ironisnya kata Sami, para penguasa Muslim tersebut justru memilih untuk tidak mengambil dan melakukan apapun. Dan tidak cukup sampai di sana. Hal yang irrasional lainnya kata Sami,  para penguasa Muslim bahkan disuntik oleh Amerika dengan menyatakan bahwa genosida bukanlah garis merah. Padahal, kejahatan genosida jelas terlihat di depan mata. 

“Saya pikir ini betul-betul irrasional. Karena anda menyaksikan sebuah genosida di hadapan anda, lalu djadikan sebagai preseden di mana anda tidak melakukan apapun,” tegasnya. 

Menurutnya, baik dalam negeri Amerika maupun wilayah negeri Muslim akan mendapatkan konsekuensi dari ketidakpedulian terhadap peristiwa genosida di Palestina. Masyarakat Amerika dan juga negeri-negeri Arab bisa melihat jelas kebisuan dari para peguasa mereka.

Sami sangat yakin, andai dengan cara yang seharusnya ditempuh oleh para penguasa Muslim saat ini, genosida dapat dicegah sedini mungkin.

Adapun salah satu cara yang dimaksud oleh Sami adalah dengan memutuskan segala hubungan, termasuk mengakhiri normalisasi dengan penjajah Israel oleh negeri-negeri Muslim.

“Saya pikir jika Saudi mengatakan bahwa normalisasi disebut telah berakhir, genosida adalah garis merah. UEA menendang kedutaan Israel dan mengakhiri normalisasi, Marokko juga mengakhirinya sejak tahun 2000 atau 2001 setelah gerakan intifadoh kedua. Sudan mengakhiri normalisasi, walaupun bukan negara yang besar saat ini. Tetapi negara ini terlibat dalam perang sipil. Saya pikir AS, nilai-nilai mereka tentang normalisasi, sangat menghargai ini. Mereka harus menyampaikan kepada Netanyahu untuk menghentikannya sekarang,” beber Sami. 
 
Begitupun dengan Turki menurut Sami, sudah cukup memiliki kekuatan dan pendirian untuk menendang sempurna keduataan Israel secara langsung. 

Ia sangat yakin, jika semua penguasa Muslim mengambil cara tersebut, AS tidak akan dapat menyaksikan seluruh wilayah mengeluarkan kekuatannya masing-masing. Bahkan meskipun hanya satu wilayah negeri Muslim berani melakukan cara yang demikian. Karena AS tidak mampu menyangsi atau melawan seluruh wialyah perlawanan.

Harusnya lanjut Sami, sikap tegas dan berani memutuskan hubungan dengan Penjajah Zionis haruslan menjadi kesadaran. Karena kebenaran menunjukkan, bahwa semua negeri Muslim hakikatnya memiliki kekuatan. Hanya saja, memilih untuk tidak menggunakannya disebabkan negara penjajah Israel dianggap kunci aman. 

Beberapa fakta kata Sami telah membuktikan bahwa para penguasa Muslim jika mau menggunakan kekuatannya tidak mempengaruhi hubungan bilateral dengan negara yang lain. 

Negara UEA, misalnya ketika memobilisasi militer ke Sudan, Libya tidak menimbulkan masalah dengan manapun. Ironisnya, UEA menolak untuk melakukan hal yang sama untuk menolong Plaestina dan menantang penjajah Israel. 

“Begitu banyak pilihan langkah dari masing-masing negara untuk mengambil tindakan yang rasional melawan penjajahan Israel di Palestina.  Tetapi mereka tidak mau pergi ke peperangan. Oke saya tidak akan katakan langusng ke peperangan, saya ingin katakana, mereka seharusnya mampu memberikan tekanan kepada Amerika agar mengatakan kepada Isarel  agar menghentikan genosida. Nyatanya tidak!” pungkasnya. [] M. Siregar.

0 Komentar