Sampah Masalah yang Tak Kunjung Usai


MutiaraUmat.com -- Penumpukan sampah di TPS yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat, membuat lingkungan tercemar dan tentu saja banyak menimbulkan permasalahan, baik masalah kesehatan juga merusak keindahan lingkungan, bahkan berpengaruh terhadap perubahan iklim.  

Sekitar 347 truk sampah perhari atau mencapai 1.611,23 ton selama bulan ramadhan yang dihasilkan dari kawasan Bandung Raya dibuang ke TPK Sarimukti. Jumlah tersebut berasal dari beberapa kota, yaitu dari kota Bandung 32.807,35 ton, dari kota Cimahi 4.066,47 ton, Kabupaten Bandung 5.669,64 ton, dan Kabupaten Bandung Barat 4.182,61 ton.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar, Prima Mayaningtyas, keseluruhan selama ramadan adalah total ritasi 10.065 truk, dan total tonase nya sebanyak 46.726,06 ton.
Beliau pun memastikan, bahwa sampah dari Bandung Raya akan terkelola dengan baik yang ditampung di TPK Sarimukti.

Kota Bandung merupakan kota metropolitan yang tentunya berpotensi akan menghasilkan sampah lebih banyak, walhasil kota Bandung masih menempati urutan tertinggi volume sampah yang dibuang ke TPK Sarimukti.

Prima pun menegaskan bahwa sampah terkelola dengan baik, dan tidak ada kendala yang cukup berarti, penanganan sampah di TPK Srimukti selama ramadan 2024 cukup lancar.

Akan tetapi pada faktanya, apa yang diberitakan berbeda dengan apa yang terjadi dilapangan, masih banyak sampah di TPS yang tidak terangkut (pasar baru Majalaya), dari sebelum Idul Fitri sampai sekarang masih menumpuk, hingga memenuhi bahu jalan. Problem sampah memang seolah tiada akhir, karena belum ada nya keseriusan dari pemerintah untuk menangani masalah sampah. Juga belum ada kesadaran dari masyarakat dalam pengelolaan sampah. 

Banyak gagasan yang telah dirumuskan oleh sejumlah LSM dan gerakan sosial, seperti yang diserukan oleh para penganut gaya hidup minimalis, mereka percaya bahwa seruannya akan berkontribusi dalam memelihara bumi dan menyembuhkannya dari berbagai masalah lingkungan. Akan tetapi gerakan ini berhadapan dengan prinsif ekonomi kapitalisme yang menjadikan konsumerisme masyarakat. Inilah salah satu bukti kerusakan dari diterapkannya sistem ekonomi kapitalis, di mana di dalam sistem ini masyarakat sangat konsumtif, karena banyak dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satunya media yang turut berperan dan memengaruhi dan memfasilitasi sifat komsumtif masyarakat. 

Ditambah dunia digital yang memberikan kemudahan untuk bertransaksi, sehingga akan menambah keinginan para konsumen, untuk membeli apa yang dia mau, dan tentunya begitu memanjakan mata para konsumen. Walhasil masyarakat kapitalistik tidak bisa memilah mana kebutuhan, dan mana keinginan, karena menurutnya, apapun yang dibutuhkan manusia harus terpenuhi. Akibatnya ketika konsumerisme kian merebak akan berdampak langsung pada lingkungan, yaitu volume sampah akan meningkat. Karena paradigma kapitalisme yang mengutamankan kepentingan korporasi, akibatnya akan menyulitkan niat untuk mewujudkan kelestarian lingkungan. Sebab keinginan untuk meraup materi sebanyak banyak nya atau hasrat untuk meraup keuntungan yang banyak, akan mengecilkan kesadaran untuk memelihara lingkungan. 

Sejatinya perlu kebijakan holistik agar bisa menyelesaikan masalah lingkungan. Kesadaran individu, masyarakat dan negara sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan. Karena kerusakan lingkungan akan berdampak pada krisis iklim.

Di dalam Islam, pemeliharaan lingkungan sudah diatur. Bahkan di dalam Alqur'an, dijelaskan, bahwa Allah SWT melarang manusia membuat kerusakan dimuka bumi. Rasulullah SAW pun senantiasa mengingatkan kepada para sahabat untuk senantiasa menjaga lingkungan, sekalipun dalam keadaan berperang, tidak boleh merusak lingkungan. Alhasil, manusia diwajibkan untuk menjaga lingkungan.

Untuk scala individu, harus memilah mana kebutuhan dan mana keinginan, sehingga masyarakat hanya akan membeli apa yang dibutuhkannya saja. Pemerintah pun harus mengedukasi masyarakat untuk berpola hidup hemat. Bukan berarti Islam membatasi seseorang untuk memiliki barang yang diinginkan, akan tetapi Islam juga memiliki aturan bagaimana menjaga dan merawat lingkungan dengan landasan keimanan. Dan sejatinya peran negara dalam membangun paradigma keimanan untuk menangani masalah lingkungan, yang telah diperintahkan Allah 'azza wa jalla. Inilah urgensi diterapkan syariat Islam, agar tercipta perekonomian Islam di tengah masyarakat dan lingkungan pun terjaga dan terawat, sehingga permasalahan sampah terselesaikan.

Wallahu a'lam bishshawab. []



Oleh: Enung Sopiah
Aktivis Muslimah

0 Komentar