Rupiah Melemah, Ekonomi Indonesia Makin Payah

MutiaraUmat.com -- Pelemahan Rupiah atas Dolar
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terus melemah. Sebelumnya nilai tukar rupiah memang sempat melemah terakhir pada tahun 2019, tepatnya saat Covid-19 yang menyebabkan ekonomi global terganggu. Dan tahun ini terjadi kembali, pada minggu ketiga bulan April kurs rupiah per dolar Amerika sudah berkisar diatas RP 16.000, dan ini merupakan pertama kalinya nilai tukar rupiah mencapai kisaran tersebut selama empat tahun terakhir. 

Ada banyak hal yang menjadi penyebab lemahnnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, salah satunya adalah dikarenakan seiringnya meningkatnya ketegangan yang terjadi antara Israel dan Iran di Timur Tengah. Ketegangan yang terus larut terjadi ini menjadikan sejumlah pakar Indonesia khawatir bahwa dampak berantai akan menggucang ekonomi Indonesia. (bbc.com, 25/04/2024).

Konflik yang terjadi di Timur Tengah menyebabkan peningkatan ketidakpastian global, kondisi ini diperparah dengan sika The Fed bank sentral Amerika Serikat yang tetap mempertahankan kebijakan untuk meningkatkan suku bunga yang sangat berperan besar menyebabkan lemahnya rupiah. Kepala ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan bahwa konflik yang terjadi menyebabkan investor menarik dananya dari aset-aset yang berisiko tinggi yang investasikannya dinegara-negara berkembang, termasuk Indonesia. (bbc.com, 25/04/2024).

The Fed atau bank sentral AS menyampaikan bahwa pihaknya memperkirakan akan lebih lama dalam mempertahankan suku bunga acuannya dikarenakan meredam laju inflasi di AS. Maka hal yang akan terjadi selama suku bunga The Fed tinggi adalah memicu keluarnya modal asing dari negara berkembang. Karena investor lebih memilih mencari aman dengan memindahkan modalnya ke aset-aset “safe haven” seperti surat utang, emas, dan dolar AS. Indonesia sendiri dianggap berisiko karena Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor minyak. Karena konflik yang terjadi di Timur Tengah dikhawatirkan mengganggu rantai pasokan minyak global. (bbc.com, 25/04/2024).

Ketergantungan pada Dolar

Dari kondisi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang dikatakan sebagai imbas konflik yang terjadi di Timur Tengah sesungguhnya bukanlah penyebab utama. Penyebab yang sesungguhnya menjadi faktor utama adalah ketergantungan terhadap dolar AS dan dominasi dolar AS sebagai mata uang internasional yang akhirnya dapat mengontrol nlai tukar negara lainnya. 

Dominasi AS sebagai pemilik mata uang global menyebabkan kebijakan menaikkan suku bunganya berimbas tidak hanya melemahnya mata uang rupiah tapi juga melemahnya mata uang negara-negara lain yang berada dibawah ketergantungan terhadap dolar AS. Singkatnya dominasi AS terhadap ekonomi global akan mampu menjadikannya sebagai aktor utama dalam membuat kebijakan untuk memberikan sanksi terhadap negara yang disasarnya, serta AS juga mampu untuk menyingkirkan negara-negara yang dianggap mengganggu kepentingannya. Hal ini adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi karena AS adalah negara pengemban ideologi kapitalisme. 

Dominasi AS terhadap Ekonomi Global

Dominasi AS terhadap ekonomi global berawal dari perjanjian Bretten Woods pada tahun 1944. Perjanjian Bretten Woods adalah perjanjian antara 44 negara yang bertujuan untuk membuat sistem valuta asing yang efisien dan mendorong pertumbuhan ekonomi internasional. Sebelumnya mata uang dunia berbasis emas, hingga akhirnya pada tahun 1914 pasca perang dunia 1 banyak negara yang meninggalkan standar mata uang emas dan beralih ke uang kertas.  Dalam perjanjian ini emas menjadi dasar dolar AS, dan mata uang negara lainnya dipatok pada nilai dolar AS karena pada saat itu AS adalah negara yang memiliki cadangan emas terbanyak. Namun akhirnya sistem dari perjanjian Bretton Woods ini sudah dibubarkan pada sekitar tahun 1970an, namun dominasi AS tetap menjadi kekuatan utama dalam pertukaran uang internasional melalui Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. 

Dampak dari perjanjian yang pernah terjadi tersebut menjadikan dolar sebagai mata uang yang berlaku dalam perdagangan global. Kondisi ini tentu sangat menguntungkan bagi AS karena dapat mengatur ekonomi global dan menguasai negara-negara lain secara ekonomi. Namun sesungguhnya tujuan utama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi global seperti yang diharapkan tidak akan mampu terwujud jika hanya didasarkan dengan perjanjian semu. Belum lagi idelogi yang dianut saat ini khususnya oleh AS adalah kapitalis yang hanya menjadikan keuntungan dan manfaat sebagai orientasi tanpa memperdulikan salah ataupun benar. 

Akibat dari dominasi inipun akhirnya berimbas terjadinya inflasi yang menjadikan harga-harga barang menjad melonjak dan menurunkan daya beli masyarakat. Maka pertumbuhan ekonomi seperti apa yang bisa diharapkan dari kondisi ini. Justru yang terjadi adalah pertumbuhan kesengsaraan masyarakat yang kian menjadi dan mengerikan serta lepas tangannya penguasa dari tanggung jawabnya dalam kepengurusan rakyatnya dan untuk berlepas diri dari jeratan ekonomi kapitalis yang sesungguhnya kerusakannya amat nyata. 

Sistem Mata Uang dalam Islam

Islam sebagai agama yang sangat sempurna pengaturannya, memiliki aturan tersendiri termasuk dalam bidang ekonomi khususnya mata uang. Islam menetapkan bahwa mata uang adalah berbasis emas (dinar) dan perak (dirham). Mata uang dengan standar emas dan perak adalah mata uang yang memiliki nilai intrinsik yang sebanding dengan nilai tukarnya, mata uang ini juga adalah mata uang yang tahan terhadap krisis dan inflasi, serta nilainya yang selalu stabil. 
Penggunaan mata uang dinar dirham juga diterapkan pada masa sebelum dan saat kepemimpinan Rasulullah dan telah mendapatkan persetujuan dari Rasulullah, sebagaimana dalam sabdanya:
“Timbangan yang berlaku adalah timbangan pendudukan Makkah dan takaran yang berlaku adalah takaran penduduk Madinah.” (HR. Abu Dawud).

Kestabilan mata uang dinar dirham menjadikan suatu negara yang menerapkannya akan aman dari ancaman adanya inflasi, sehingga kesejahteraan masyarakat sudah tentu akan terjamin. Hal ini dikarenakan mata uang dinar dirham, mempunyai sebagaimana disebutkan sebelumnya adalah nilai instrinsik yang setara dengan nilai nominalnya, saat suatu negara ingin mencetak uang maka diharuskan untuk memiliki sejumlah cadangan emas dan perak, dan jika tidak memiliki cadangan maka negaranya tidak dapat mencetak uang. 

Kestabilan dinar dirham dapat kita buktikan sampai saat ini, sebagaimana sering dicontohkan membeli kambing sekarang dengan 10 tahun sebelumnya akan sama harganya jika dikonversikan dengan emas. Namun kondisi kestabilan mata uang dengan dinar dirham ini tidak akan mampu diwujudkan secara individu maupun kelompok. Namun haruslah diwujudkan dalam institusi besar dan tertinggi yaitu negara, yang tidak lain adalah negara yang menerapkan islam secara kaffah yaitu Daulah Khilafah Islamiyah yang harus selalu kita perjuangankan terwujudnya dalam kehidupan kita sebagai bentuk ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Oleh: Hemaridani
Aktivis Muslimah

0 Komentar