Produser! Tolong Hentikan Membuat Film Horor seperti Film Kiblat


MutiaraUmat.com -- Seiring ramainya respons negatif disertai seruan boikot dari netizen terhadap film Kiblat, Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnu Wardana meminta kepada para produser film Tanah Air agar berhenti membuat film horor serupa karena dianggap tidak mendidik.

"Kepada para pembuat atau produser film Indonesia, tolong hentikan membuat film horor seperti film Kiblat ini. Sama sekali tidak mendidik, akan membuat sebagian orang jadi takut melakukan salat. Sebagaimana kejadian yang berpotensi sama, terjadi dengan sekuel dari film Makmum atau film Khanzab," pintanya dikutip dari kanal YouTube Justice Monitor: Hentikan Produksi dan Penyebarluasan Film Kiblat dan Sejenisnya, Kamis, 28 Maret 2024.

Agung menilai, film Kiblat mendapat tanggapan sinis dari netizen bukan hanya masalah judulnya, tetapi juga ide ceritanya dianggap miskin dan tidak kreatif karena mengeksploitasi agama Islam hanya untuk hiburan semata, tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya.

"Banyak yang menilai bahwa tema film horor yang dibuat saat ini kebanyakan sudah masuk ke ranah eksploitasi agama, terutama agama Islam. Bisa dicermati bagaimana kebanyakan film horor menggunakan salat, doa, dzikir, dan lainnya sebagai plot murahan untuk jumpscare para penontonnya, sehingga kelemahan iman bukan lagi menjadi eksplorasi kritik terhadap keislaman yang dangkal, tapi (jadi) cara dangkal biar cepat seram," ujarnya.

Diketahui sebelumnya dalam trailer film Kiblat yang beredar, ditunjukkan seseorang yang sedang salat mendadak kerasukan. Terdapat adegan yang menyeramkan, tubuh yang tadinya dalam posisi membungkuk ke arah kiblat sontak membelakangi kiblat. 

Ketua MUI Bidang Dakwah K.H. Chalil Nafis bahkan menyebut film Kiblat ini sebagai kampanye hitam terhadap ajaran agama Islam. "Film-film berideologi sekuler dengan nilai-nilai turunannya cenderung mengeksploitasi agama dan tidak menggunakan standar halal haram dalam setiap adegan, cenderung menampilkan gaya hidup bebas, serta menyodorkan kekerasan, bahkan kejahatan," ungkap Agung.

Agung pun menyayangkan maraknya film-film berideologi sekuler serupa, mengingat akhlak generasi saat ini sudah berada di ujung tanduk. Ia menilai, film tersebut dapat memberi efek negatif mengingat bisa memberi inspirasi kepada penonton. 

"Tentu ini membawa pesan secara langsung dan tidak langsung agar penonton berperilaku seperti itu juga. Banyak kasus kejahatan muncul karena pelakunya terinspirasi dari tontonan. Penyimpangan perilaku tak normal bermunculan juga karena efek dari film. Maka jangan salahkan jika banyak kasus terjadi di masyarakat akibat tontonan tidak menjadi tuntunan," pungkasnya.[] Saptaningtyas

0 Komentar