Peringatan Hari Kesehatan Sedunia, untuk Siapa?

MutiaraUmat.com -- Hari kesehatan dunia atau “World Health Day” diperingati setiap tanggal 7 April. Tema yang diangkat pada peringatan tahun ini adalah “My Health, My Right” yang artinya kesehatan kita adalah hak kita. Pemilihan tema ini diambil oleh badan kesehatan dunia (WHO) dengan latar belakang masih cukup banyak penduduk dunia yang belum memeroleh akses pelayanan kesehatan yang berkualitas. Termasuk ketika berbicara soal kesehatan di tiap negara yang ada di dunia, WHO merekomendasikan  agar pemerintah setempat menyediakan anggaran kesehatan serta proteksi sosial semisal asuransi kesehatan (antaranews.com, 7/4/2024). Ini semua dilakukan dalam rangka meraih hak kesehatan atas anggota masyarakat.

Kesehatan merupakan perkara asasi yang harus ada dalam kehidupan manusia. Manusia yang sehat akan cenderung untuk cakap melakukan beragam aktifitas, optimal dalam pecapaian serta produktif. Terlebih jika kita kaitkan dengan dorongan iman, kesehatan tentu akan menghantarkan seorang Muslim untuk senantiasa melakukan ibadah kepada Allah Swt, memperbanyak amal shalih dan melakukan perbaikan di tengah masyarakat. Karena itu setiap manusia sangat membutuhkan adanya tubuh yang sehat. Tubuh yang sehat hanya mungkin diwujudkan jika pengaturan yang ada dalam lingkup masyarakat mendukung untuk terwujudnya kesehatan yang menyeluruh.

Mewujudkan kesehatan di tengah masyarakat membutuhkan sebuah sistem yang kodusif. Sistem semacam ini harus lahir dari suatu cara pandang khas tentang bagaimana mewujudkan kesehatan yang paripurna di tengah masyarakat. Dalam sistem kapitalisme kesehatan merupakan aspek yang bernilai komersial. Maka tidak heran jika kapitalisme lebih mengandalkan keberadaan asuransi sebagai asas layanan kesehatan. Kapitalisme menggandeng para pemilik modal untuk mengelola modal mereka di atas kebutuhan masyarakat. Alhasil, layanan kesehatan berkualitas baik hanya mungkin dirasakan oleh mereka yang mampu membayar dengan harga lebih, adapun yang tidak mampu membayar harus bersabar dengan layanan ala kadarnya.

Bertolak belakang dengan sistem Islam dalam memandang kesehatan. Syariat Islam menjadikan kesehatan sebagai salah satu kebutuhan asasi (pokok) yang wajib dipenuhi oleh negara. Tidak sekadar ada layanan, namun negara wajib memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik tanpa kompensasi apapun. Individu masyarakat akan diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan layanan kesehatan, karena itu adalah hak mereka yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Dalam salah satu hadits Nabi Saw bersabda yang artinya, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya” (HR Bukhari). Kesehatan dalam negara Islam benar-benar menjadi hak setiap individu masyarakat.

Kesehatan adalah kebutuhan mendasar bagi seluruh umat manusia. Kesehatan tidak mungkin terwujud tanpa adanya sistem yang mendukung suasana sehat di tengah masyarakat. Peringatan hari kesehatan saja tentu tidak akan pernah cukup untuk mewujudkan kesehatan hakiki. Apalagi jika landasan perwujudan kesehatan di tengah masyarakat mengacu pada sistem kapitalisme. Kapitalisme telah melahirkan dikotomi penyelenggaraan kesehatan dengan membedakan pelayanan atas kompesansasi yang diberikan. Semakin tinggi kompensasi maka akan semakin baik mutu layanan yang diperoleh. Kesehatan hanya milik mereka yang kuat secara modal. Kesehatan berbasis komersialisme telah memunculkan kesengsaraan serta keresahan di masyarakat. Kapitalisme jelas gagal menjamin pemenuhan kesehatan yang berkualitas.

Hari kesehatan dunia akhrinya hanya sebatas seremonial belaka. Peringatan semacam ini tak mampu mewujudkan hak sehat bagi penduduk dunia. Kesehatan dalam penerapan sistem kapitalisme telah menutup celah kesehatan untuk semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu kita wajib memperjuangkan bersama tegaknya sistem Islam yang kaffah. Hanya sistem Islam yang akan mewujudkan kesehatan sebagai hak katas seluruh individu rakyat, tanpa terkecuali. Inilah diantara keberkahan yang akan kita rasakan manakala Islam lahir sebagai aturan hidup manusia. Allahu’alam.

Oleh : Resti Yuslita S.S.
Aktivis Muslimah

0 Komentar