Menyoal Solusi Cuti Ayah

MutiaraUmat.com -- Kalau dulu dikenal adanya cuti bagi kaum ibu, kini akan ada cuti bagi ayah.  Tentu beralasan jika sampai pemerintah merancang akan adanya hak cuti bagi ayah. Rancangan ini diperuntukkan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) pria agar ikut menikmati 'cuti ayah' untuk mendampingi istrinya melahirkan dan mengasuh bayi. Hal ini akan termuat di dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) mengenai manajemen  ASN. Saat ini RPP tersebut sedang digodok bersama Komisi II DPR. (idntimes, 14/03/2024)

Rupanya, Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara yang masuk kategori fatherless country atau "negara kekurangan ayah". Fatherless country adalah keadaan pada sebuah negeri yang memiliki keadaan atau gejala dari masyarakatnya berupa kecenderungan tidak adanya peran, dan keterlibatan figur ayah secara signifikan dan hangat dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Bendri Jaisyurrahman, seorang pakar parenting, mengartikannya sebagai sebuah kondisi dimana ayah hanya secara biologis, namun tidak hadir secara psikologis dalam jiwa anak. Tentu ini akan memberikan dampak tersendiri.

Dilansir dari Jurnal Pendidikan Islam Anak.Usia Dini dengan judul "Dampak Fatherless Terhadap Karakter Anak Dalam Pamdangan Islam", oleh Arsyia Fajarrini dan Aji Nasrul Umam, dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol 3 No 1 Tahun 2023, bahwa dampak dari fatherless adalah anak memiliki kemampuan akademis yang rendah, anak tidak percaya diri, sulit dibujuk, mudah marah jika keinginannya tidak terpenuhi dan sulit untuk beradaptasi.

Di satu sisi, kebijakan akan adanya cuti ayah nampak bagai angin segar bagi sebuah keluarga, baik isteri dan anak-anaknya, apalagi jika isteri pasca melahirkan yang tentunya membutuhkan dukungan suami di sisinya. Sang ayahpun memiliki waktu khusus untuk membantu dan memberikan dukungan, serta menjalin kedekatan dan kebersamaan bersama keluarga, sehingga diharapkan dapat tercapai tujuan dari cuti ayah ini, yakni mendorong peningkatan kualitas SDM dan fase menyiapkan sumber daya manusia penerus terbaik sejak dini.

Penting untuk diketahui hal-hal yang menjadi penyebab semakin minimnya peran serta para ayah di dalam keluarga, baik untuk mendampingi dalam tumbuh kembang anak ataupun dalam aspek pendidikan, nasehat serta keteladanan terhadap anak.

Pertama, semakin terkikisnya pemahaman sebagian umat, mengenai tanggung jawab seorang ayah, dimana sudah merasa bertanggung jawab ketika sudah berusaha mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak. 

Kedua, Kurangnya pemahaman dan kemampuan untuk menjadi seorang ayah sejati. Sistem pendidikan kini tak mampu membentuk pribadi para laki-laki tentang bagaimana hak dan kewajiban  seorang ayah secara menyeluruh, kesabaran dan kemampuan dalam mendidik dan membimbing keluarga menuju jalan yang lurus.

Ketiga, cengkeraman kapitalisme yang telah membuat kehidupan yang serba sulit. Para ayah seringkali sampai kehabisan energi demi memenuhi kebuuhan hidup sehari-hari keluarganya. Kapitalisme yang menjadi rujukan dalam mengatur masyarakat saat ini melahirkan beragam kesulitan hidup. Seperti pencabutan subsidi, beban tingginya biaya pendidikan yang berkualitas, kesehatan dan keamanan, ditambah sulitnya mencari pekerjaan bagi para ayah, semakin membuat kehidupan semakin berat. Padahal itu semua seharusnya adalah kewajiban negara. 

Maka persoalan yang terjadi dan sedang dihadapi para ayah adalah masalah sistemis, tidak bisa diselesaikan secara individual, termasuk jika hanya menjadikan hari cuti ayah sebagai solusi, karena tidak efektif dan menyeluruh. Mendidik dan membersamai tidaklah cukup hanya dalam hitungan hari. Mendidik anak adalah pekerjaan seumur hidup, sehingga tidaklah dilakukan hanya saat senggang atau saat cuti saja.

Islam Sistem Pencetak Ayah Sejati

Islam adalah din yang sempurna, menetapkan peran yang sangat besar pada sosok ayah dalam keluarga, yakni sebagai pemimoin keluarga (QS AnNisa: 34), sekaligus berkewajiban menafkahi semua anggota keluarganya (Al-Baqarah: 233).
Sebagai pemimpin keluarga, ayah bertanggung jawab memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya, serta memastikan bahwa anak-anak tersebut mendapat pengasuhan yang benar dari ibunya, dijaga dan dididik yang baik, dan terhindar dari kebinasaan, karena bagaimanapun pengasuhan anak  adalah kewajiban utama dari ibu. Namun, sosok ayah dalam pengasuhan anak dibutuhkan dalam proses pembentukan kepribadian anak, yakni kasih sayang, perhatian, dan keteladanan. Disamping berbagai kesibukan yang mayoritas dilakukan di luar rumah, seorang ayah harus menjadi sosok yang dekat dengan anak, memberikan kasih sayang dan perhatian yang maksimal.

Rasulullah Saw merupakan suri tauladan terbaik mengenai sosok ayah. Selain disibukkan dengan urusan negara, menegakkan dan menjalankan hukum-hukum Islam bagi rakyat, berdakwah, berperang, dan lain sebagainya, namun beliau juga sangat bertanggung jawab dan perhatian kepada keluarganya.

Demikian pentingnya peran seorang ayah di dalam keluarga dalam pandangan Islam, diperlukan solusi komprehensif dan tepat, yakni  untuk menuntaskan problem fatherless yang sedang menimpa umat ini, Cuti hari ayah jelas hanya akan menjadi solusi pragmatis jika tidak didukung oleh sistem yang mendukung. Sistem  yang dibutuhkan adalah sistem yang mampu menghasilkan para ayah yang unggul mencetak generasi berkepribadian mulia yaitu sistem Islam.
Membangun pemahaman yang benar terkait peran dan tanggung jawab seorang ayah yang sesungguhnya, tidak hanya sebagai pencari nafkah.

Seorang ayah juga wajib melindungi keluarganya dari api neraka dengan mendidik anak-anaknya agar tidak menjadi generasi yang rusak dan merusak dan dari segala hal yang dapat membinasakan. Perkara ini seharusnya sudah tertanam dan dipahami  melalui pendidikan Islam yang diterapkan oleh orang tua dan keluarga di rumah, serta pengajaran dalam sistem pendidikan Islam melalui kurikulum pendidikan Islam.

Negara juga menunaikan kewajibannya untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan sebagai kebutuhan dasar setiap individu rakyat, termasuk memberikan sarana dan fasilitas untuk memberikan kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Dengan adanya kepastian tersedianya lapangan pekerjaan, beserta jaminan upah yang mampu mensejahterakan, serta jam kerja harian yang sesuai dan pas, maka para ayahpun akan  tetap bisa menunaikan kewajiban-kewajiban lain, disamping kewajiban mencari nafkah, diantaranya menjalani peran ayah di rumah dengan maksimal.

Oleh karena itu, dengan penerapan Syariat Islam, akan mampu memberikan supporting system demi terwujudnya individu-individu terbaik, termasuk para ayah yang berkualitas, dengan adanya fasilitas pendidikan yang terjamin dan mudah untuk diraih serta ilmu yang paripurna, kondisi ekonomi yang stabil termasuk kemudahan dalam mencari kerja, serta jaminan kesehatan dan keamanan. Wallahu a'lam

Oleh: Linda Maulidia,S.Si.
(Aktivis Muslimah)

0 Komentar