Mazhar Khan: Baik Politik Internasional maupun Domestik di UK Memiliki DNA Anti-Islam

MutiaraUmat.com -- Menurut salah satu Muslim intelektual asal Inggris, Mazhar Khan, baik politik internasional maupun domestik di Uk (Inggris), memiliki kesamaan DNA, yaitu anti Islam.  

“Jadi, mengapa saya menggabungkan contoh politik internasoional dan domestik di UK? Karena keduanya memiliki DNA yang sama, yaitu institusi anti-Islam,” ujarnya dalam Video YouTube Let’s Take A Look, dengan judul Gaza Sends the UK Parliament into a Muddle, Senin (25/03/2024).

Buktinya kata Mazhar, seperti isu perang yang terjadi di luar UK, yaitu perang  Palestina-Zionis. Maka, sikap negara Inggris terhadap persoalan Palestina tidaklah diambil atau diputuskan dalam parlemen internal Inggris, melaikan dari luar. Kenyataan tersebut sudah terbukti ketika Tony Blair melibatkan Britania (Inggris) ke dalam perang di Irak secara ilegal.

“Ketika Tony Blair melibatkan Britania ke dalam perang illegal di Irak, mempersembahkan bukti palsu kepada parlemen. Parlemen tidak punya kemampuan untuk meneliti itu dan menghentikannya,” ulasnya.

Begitulah terlihat dengan permainan politik internasional, Mazhar menyatakan ketika AS menginginkan invasi di Irak tahun 2003, AS tidak pernah memperoleh resolusi kedua yang dibutuhkan untuk melegalkan perang, tetapi AS melewatinya dan terus melakukan perang saat itu. 

"Lalu untuk peristiwa perang yang terjadi di Gaza, itu sedang mempertontonkan nilai-nilai Barat khususnya di Britania. Gelar sebagai Ibu dari Seluruh Parlemen bagi Inggris, tidak mampu berperan maksimal untuk menghentikan genosida. Bahkan, perannya berkurang," imbuhnya.

Demikian pula menurutnya dengan kekuatan VETO di PBB yang tidak demokratis, dan hanya sebagai alat yang dimanfaatkan dengan kekuatan demokrasi Barat, agar mendukung genosida di Gaza. 

“Kita dipertontonkan sebuah Mother of Parliement yang menjadi bahan tertawaan. Kenapa? Karena parlemen ingin menghindari Partai Labor dari pemungutan suara sebagai bayaran yang ditujukan oleh SNP dan mempermalukan pemimpin Zionis, Kier Starmer. SNP (Scottish National Party) meletakkan ajuan mosi untuk dipilih ke dalam Parlemen untuk menyerukan gencatan senjata segera di Gaza,” bebernya. 

Namun Juru Bicara Dewan Rakyat, Sir Lindsay Hoyle, kata Mazhar, ingin melawan tradisi parlemen dan prosedur.  Bahhkan  beberapa orang membantah konstitusi tidak tertulis dengan tidak mengizinkan mosi untuk dipilih. Lindsay melakukannya untuk menghilangkan rasa malu  dari Keir Starmer, si  Zionis, pimpinan partai Labour.  Sebab Lindsay dituduh sebagai pemain politik di partai, tetapi  tidak melaksanakan tugas-tugas yang diberikan padanya. 

“Sekarang, beberapa anggota parlemen atau sekitar 56, yaitu partai Tory dan SNP sedang menyerukan untuk sebuah mosi tidak percaya terhadap Juru bicara Dewan Rakyat. Karena ia tidak melakukan apa yang diharapkan untuk dilakukan,” terangnya.
 
Ironisnya, Mazhar menyatakan, justru media Inggris yang menjadi representatif orang-orang terkuat tidak mampu melakukan apa pun. Justru mengkambinghitamkan umat Islam dan membenturkannya berhadapan dengan parlemen. Para elit Britania yang tidak memiliki alasan untuk mendukung genosida di Gaza, telah memutuskan  untuk mengalihkan persoalan yang terjadi di Parlemen kepada umat Islam. Mereka melakukan penghinaan terhadap umat Islam dan membuatnya berhadapan di parlemen.

"Suelle Braverman mengeklaim bahwa kelompok Islamis ekstrimis begitu ia sebutkan, sekarang dalam tuduhan Britania, setelah Lindsay Hoyke diterima. Ia salah ketika ia memutuskan untuk menghancurkan  protokol sebagai hasil untuk ancaman kemanan terhadap MP (angota parlemen),” lanjutnya

Jadi, katanya, juru bicara Dewan Kerakyatan menyalahkan umat Islam dengan alasan kekhawatiran akan keamaanan terhadap parlemen dengan mengeklaim kelompok  Ekstremis Islam telah menekan parlemen Britania. 
  
“Dominasi para elit politik di Parlemem UK telah dihapus dari abad ke 12 dan 13 setelah Magna Charta ketika parlemen dulunya menjadi tempat para elit politik Britania untuk memutuskan politik di negara ini," ujarnya

Namun, hingga sekarang, tidak ada perubahan, sebab tetap saja, kekuatan parlemen ada di tangan para elit, sementara anggota parlemen lainnya tidak memiliki kekuatan apapun karena telah dikebiri selama berabad-abad. 

 “Jadi, melalui parlemen ini sungguh mereka tidak punya kekuatan yang sebenarnya. Dan itulah fakta yang tidak terbantahkan dan ditunjukkan kepada kita,” tutupnya. []M. Siregar

0 Komentar