Ketika Kita Selalu Lalai

Mutiaraumat.com -- Berpaling dari bimbingan wahyu merupakan musibah terbesar, karena menyelami arus hawa nafsu dan fokus pada kehidupan dunia. Musibah ini menjadi racun yang mematikan hati dan menghancurkan raga. 

Di dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 179, Allah Swt berfirman yang artinya: 

"Dan sungguh Kami menetapkan isi neraka jahanam kebanyakan dari golongan jin dan manusia, mereka memiliki hati, akan tetapi tidak dipakai memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (akan tetapi) tidak dipakai melihat (akan tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka memiliki telinga (akan tetapi) tidak dipakai mendengar (akan ayat-ayat Allah). Mereka itu bak binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.  Mereka adalah orang-orang yang lalai." 

Allah Swt menyebut orang-orang lalai lebih sesat dari binatang ternak. Sehingga tepatlah jika Allah memberikan neraka sebagai balasan atas kelalaian mereka, dan neraka itu seburuk-buruk tempat menetap dan kediaman. Hal tersebut karena mereka merasa cukup akan tujuan hidup mereka, yang hanya berfokus pada makan, minum, santai, dan mendapatkan kenikmatan-kenikmatan lainnya. 

Orang-orang yang lalai hanyut dalam kubangan syahwat dan menikmati hawa nafsu. Mereka lalai dari ketaatan kepada Sang Pencipta (Al-Khaliq) dan Sang Pengatur (Al-Mudabbir). Mereka menutup telinga, mata, dan hati dari kebenaran (Al-Haq). Ayat-ayat Allah telah dibacakan pada mereka dan bukti akan kebenaran telah ditegakkan, akan tetapi mereka tetap lalai dari semua itu. 

Mereka sadar akan kesalahan, akan tetapi tidak memahaminya, sehingga tidak lekas bertobat. Beragam fenomena lalai dan matinya hati dari hubungan mendekatkan diri kepada penguasa semesta jagat raya, manusia mengabaikan peringatan-peringatan Allah dalam Al-Qur'an dan tanpa henti bermaksiat siang atau malam. 

Kebanyakan aktivitas yang dilakukan mereka mendatangkan murka-Nya. Riba yang Allah perintahkan untuk memerangi pelakunya justru marak dilakukan, dan menjadi basis sistem yang tidak dapat lepas dari roda perekonomian mereka. Hampir semua pedagang, pengusaha, dan pebisnis, tidak lepas dari aspek riba.

Begitu juga dengan ibadah puasa di bulan Ramadan. Saat telah menginjak pertengahan bulan, banyak orang secara terang-terangan makan, minum, merokok di area umum. Padahal 'katanya' penduduk negeri ini mayoritas beragama Islam. 

Dalam urusan mal (harta), kebanyakan orang tidak ingin mengeluarkan sebagian dari rezeki yang telah Allah limpahkan untuk zakat, infak, hibah, sedekah, dan lain-lain. Mereka lebih gemar membelanjakan harta untuk memuaskan hawa nafsu dan syahwat haramnya. 

Begitu banyak kaum muslimin yang jauh dengan Islam, mereka mengisi rumah-rumah dengan lukisan, patung, dan film-film yang buruk. Lantunan nyanyian dan musik yang membangkitkan syahwat, sehingga malaikat rahmat enggan memasuki rumahnya. Kaum wanita terbiasa keluar rumah dengan pakaian terbuka mengumbar auratnya. Diikuti dengan banyaknya kemungkaran lain yang bangga diperlihatkan di tengah-tengah masyarakat mayoritas muslim ini. 

Apabila engkau melihat Allah memberikan mereka kesenangan dunia dan melimpahkan materi di atas kemaksiatan kepada-Nya, ketahuilah bahwa Allah sedang menarik mereka kepada kehancuran secara perlahan dengan upaya yang tidak diketahuinya. 

Kesengajaan bermaksiat, melakukan kesalahan, bahkan kesesatan secara terang-terangan, terus mengulang dosa, dan tidak menghiraukan siksa Allah merupakan bentuk kezaliman di atas kezaliman. Oleh karena itu, Allah telah menyiapkan siksaan yang dahsyat atas dosa besar ini, sehingga haram ampunan-Nya kepada mereka. 

Allah Swt menyamakan orang yang terus-menerus lalai, bermaksiat, dan melakukan dosa hingga kematian tiba dengan orang yang tetap dalam keadaan kafir sampai kematian menjemput dengan tiadanya tobat dari diri mereka. Wal'iyadhu billah! 

Karenanya wahai kaum muslimin, istikamahlah dalam ketaatan kepada Allah Swt. Bersungguh-sungguh dalam bertakwa kepada-Nya, hindari sikap berbangga dengan maksiat, dan jangan terus-menerus mengerjakan satu dosa apa pun. Jangan mengabaikan peringatan Allah dan siksa-Nya. Sesungguhnya semua itu adalah dalangnya dari kebinasaan. 

Apabila telah tergelincir kepada kelalaian, kesalahan dan kemaksiatan, maka segeralah sadar dan lekas bertobat sebelum habis masa. Sungguh setiap manusia yang bernyawa pasti melakukan kesalahan, namun sebaik-baik mereka yang berbuat salah adalah yang lekas bertobat. Perbaiki hati dan pikiran dari kerusakan, lewati jalan kebenaran dalam perkataan, perbuatan, dan muamalah, serta perdalam Islam dengan benar. 
Wallahu A'lam Bishshawwab.[]

Oleh: Fitria Zakiyatul Fauziyah CH (Mahasiswi STEI Hamfara Yogyakarta)
 

0 Komentar