Ketakwaan yang Paling Penting Adalah Ada pada Pemimpinnya

MutiaraUmat.com -- Membahas terkait pemimpin yang meminta masyarakatnya untuk bertakwa, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menegaskan bahwa ketakwaan tidak hanya untuk rakyatnya, tetapi juga bagi pemimpinnya.

"Ketakwaan itu tidak hanya ada pada rakyatnya, tetapi yang paling penting adalah ada pada pemimpinnya," tuturnya dalam Fokus To the Point bertajuk _Takwa Bukan Hanya untuk Rakyat, tetapi Juga Pemimpin di kanal YouTube UIY Official, Jumat (22/3/2024).

Menurut UIY, justru ketakwaan itu yang paling penting ada pada pemimpinnya. Mengapa? Karena pemimpin itu sebagai pemimpin, apalagi pemimpin politik, dia memiliki kewenangan, dan kewenangan itu bisa digunakan untuk apa pun.

"Pengalaman sejarah menunjukkan, banyak pemimpin-pemimpin yang jahat, seperti Hitler, Pol pot, Benito Mussolini, Jenghis Khan, dan lainnya. Mengapa mereka jahat? Karena mereka memiliki kewenangan yang digunakan tidak pada mestinya dan tidak untuk kebaikan," ulasnya.

Ia mengatakan, efek dari penggunaan wewenang itu pengaruhnya sangat besar sekali. Kalau penjahat di pinggir jalan membunuh dengan pisau, mungkin hanya satu atau dua orang yang mati, tetapi kalau penguasa membunuh rakyatnya, berapa korbannya?

"Seperti Jenghis Khan yang membunuh rakyatnya sebanyak 40 juta orang, Pol pot 2 juta orang, sedangkan Hitler dikatakan oleh Yahudi membunuh jutaan orang. Hal itu menunjukkan betapa besarnya pengaruh pemimpin jika dia tidak beriman, kalau dalam bahasa agama Islam, mereka adalah pemimpin yang tidak bertakwa. Sebab, tuntutan takwa itu lebih besar kepada pemimpinnya, karena takwa bagi pemimpin adalah supaya dia menyadari bahwa dia seorang pemimpin, apalagi pemimpin politik," jelasnya.

Ia melanjutkan bahwa pemimpin yang bisa menjaga agama adalah dia pemimpin yang bertakwa. Bagaimana menjaga agama itu? Yaitu dengan menggunakan agama itu sebagai pengaturan kehidupan masyarakat dan dengan dorongan iman itulah dia bisa melakukan itu. Sebab, jika aturan masyarakat dengan menggunakan agama, bukan hanya rakyatnya yang diatur, tetapi juga dirinya diatur dengan agama. Kalau masyarakat bisa dihukum dengan aturan agama, maka sesungguhnya, pemimpin pun bisa demikian.

"Maka seperti itu pula yang ditunjukkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW yang kemudian saat ini dikenal dengan istilah equality before the law, yakni kesamaan di mata hukum. Jadi ketika menggunakan agama, sudah tidak ada lagi previlage. Siapa pun harus diperlakukan sama. Sebagaimana dalam hadis riwayat Muslim 

 وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا 

"Demi Allah, sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, sungguh aku sendiri yang akan memotong tangannya."

Ia menyebut, hadis tersebut menunjukkan bahwa ketakwaan itu harus ada pada pemimpin, dan dia menyadari bahwa ketakwaan itu tidak hanya berlaku untuk rakyatnya. Artinya tidak boleh menggunakan hukum agama sekadar untuk mengatur rakyatnya, sementara tidak berlaku untuk pemimpinnya. Oleh karena itu, jika mengharapkan kebaikan dari sebuah masyarakat, memang pemimpinnya harus bertakwa.

"Sehingga, ketakwaan pemimpin itu akan terwujud ketika ketundukkan pemimpin itu pada aturan-aturan agama. Kemudian dengan ketundukkan itu diatur juga masyarakat dengan aturan agama," tandasnya [] Nurmilati

0 Komentar