Yang Halal Itu Jelas dan yang Haram Itu Jelas


Mutiaraumat.com -- Silsilah Jawab asy-Syaikh al-‘Alim ‘Atha` bin Khalil Abu ar-Rasytah Amir Hizbut Tahrir Atas Pertanyaan di Laman Facebook Beliau “Fiqhiyun”

Jawaban Pertanyaan:

Yang Halal Itu Jelas dan Yang Haram Itu Jelas

Kepada Husain Khamayasah

Soal:

Assalamu ’alaikum wa rahmatullah barakatuhu.

Amiruna dan habibuna, semoga Allah meridhai Anda dan menjaga Anda dengan penjagaan yang dengannya Dia menjaga kitab-Nya dan para wali-Nya.

Dinyatakan di Dûsiyah Izâlah al-Atribah ‘an al-Judzûr halaman 85 paragraf pertama hadis “al-halâl bayyinun wa al-harâm bayyinun ..... wa man waqa’a fî asy-syubuhât ka râ’in ... -yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas ......dan siapa yang terjatuh dalam syubhat seperti penggembala....-“, tampaknya darinya hilang kalimat “waqa’a fî al-harâm -maka dia telah jatuh dalam keharaman-“. Saya berharap verifikasi dan berkenan tanggapan, semoga Allah menjaga Anda ... disertai penuh cinta dan hormat.

Jawab:

Wa’alaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuhu.

Semoga Allah melimpahkan keberkahan kepada Anda atas doa kebaikan, pembicaraan yang benar dan ucapan yang baik ... semoga Allah menjaga Anda dari segala keburukan dan melindungi Anda dari semua kejahatan...

Berkaitan dengan hadis yang mulia “al-halâl bayyinun wa al-harâm bayyinun ...” yang kami sebutkan di al-Kurâsah adalah hadis al-Bukhari dan itu dengan lafal yang dinyatakan itu:

“Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

«الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ، فَمَنْ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمىً، أَلاَ إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ» رواه البخاري

“Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada yang syubhat, banyak orang tidak mengetahuinya. Siapa yang menjaga diri dari yang syubhat maka dia telah menjaga agamanya dan kehormatannya, dan siapa yang jatuh dalam syubhat seperti penggembala di sekitar hima maka dia hampir memasukinya, ketahuilah dan sesungguhnya setiap raja memiliki hima, ketahuilah hima Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang Dia haramkan, ketahuilah bahwa di dalam jasad ada sekerat daging, jika dia baik maka seluruh jasad baik, dan jika dia rusak maka seluruh jasad rusak, ketahuilah itu adalah kalbu” (HR al-Bukhari).

Adapun catatan Anda tentang hilangnya kata “waqa’a fî al-harâm” maka itu bukan dalam riwayat al-Bukhari, melainkan itu disebutkan di riwayat Muslim begini:

Shahîh Muslim (8/290) 2996 – Muhammad bin Abdullah bin Numair al-Hamdani telah menceritakan kepada kami, bapakku telah menceritakan kepada kami, Zakaria telah menceritakan kepada kami dari asy-Sya’bi dari an-Nu’man bin Basyir, asy-Sya’bi berkata: “aku mendengar ia berkata: “Rasulullah saw bersabda:

«وَأَهْوَى النُّعْمَانُ بِإِصْبَعَيْهِ إِلَى أُذُنَيْهِ إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ فَمَنْ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيهِ أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ»

“Dan an-Nu’man menunjuk kepada kedua telinganya, sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas dan di antara keduanya ada perkara yang samar (syubhat), banyak orang tidak mengetahuinya, dan siapa yang menjaga diri dari syubhat maka dia telah menjaga agama dan kehormatannya, dan siapa yang jatuh dalam syubhat maka dia jatuh dalam keharaman, seperti penggembala yang menggembalakan di sekitar hima maka hampir dia jatuh di dalamnya, ketahuilah setiap raja memiliki hima, ketahuilah hima Allah adalah apa-apa yang Dia haramkan, ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik maka seluruh jasad baik dan jika rusak maka seluruh jasad rusak, ketahuilah itu adalah kalbu”.

Seperti yang Anda lihat, al-Bukhari tidak menyebutkannya di dalam riwayatnya. Dan kedua riwayat itu shahih.... Dinyatakan di Fathu al-Bârî tentang riwayat al-Bukhari:

[Fathu al-Bârî karya Ibnu Hajar (1/82) 50 – Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami, Zakaria telah menceritakan kepada kami dari ‘Amir, ia berkata: “Aku mendengar an-Nu’man bin Basyir berkata: “aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

«الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ، فَمَنْ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمىً، أَلاَ إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ» رواه البخاري

“Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada yang syubhat, banyak orang tidak mengetahuinya. Siapa yang menjaga diri dari yang syubhat maka dia telah menjaga agamanya dan kehormatannya, dan siapa yang jatuh dalam syubhat seperti penggembala di sekitar hima maka dia hampir memasukinya, ketahuilah dan sesungguhnya setiap raja memiliki hima, ketahuilah hima Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang Dia haramkan, ketahuilah bahwa di dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik maka seluruh jasad baik, dan jika dia rusak maka seluruh jasad rusak, ketahuilah itu adalah kalbu” (HR al-Bukhari).

Sabda beliau “ka râ’in yar’â -seperti penggembala yang menggembalakan."

Begitu dalam semua naskah al-Bukhari, jawab syarat disembunyikan jika di’irab “man” sebagai syarat (syarthiyyah), dan yang disembunyikan itu ditetapkan dalam riwayat ad-Darimi dari Abu Nu’aim gurunya al-Bukhari, di dalamnya Beliau bersabda:  

وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَات وَقَعَ فِي الْحَرَام، كَالرَّاعِي يَرْعَى

Dan siapa yang jatuh dalam syubhat maka dia telah jatuh dalam keharaman seperti penggembala yang menggembalakan...

Dan dimungkinkan i’rab “man” dalam redaksi al-Bukhari sebagai mawshûl sehingga di situ tidak ada penyembunyian. Sebab taqdirnya “wa al-ladzî waqa’a fî asy-syubuhât mitslu râ’in yar’â ... -dan orang yang jatuh dalam syubhat semisal penggembala yang menggembalakan ...-“. Dan yang pertama lebih utama dikarenakan telah terbuktinya apa yang disembunyikan itu di dalam Shahîh Muslim dan yang lainnya dari jalur Zakaria yang darinya pengarang (al-Bukhari) mengeluarkan hadis ini. 

Berdasarkan ini maka sabda Beliau “ka râ’in yar’â -seperti penggembala yang menggembalakan-“ merupakan kalimat baru yang dinyatakan dalam bentuk perumpamaan (tamtsîl) untuk mengarahkan perhatian dengan yang tampak atas yang ghaib .......

Faedah ..... Ibnu ‘Awn mengatakan di akhir pembicaraan tersebut: “aku tidak tahu perumpamaan itu dari sabda Nabi saw atau dari ucapan asy-Sya’biy ... Dan mungkin ini adalah rahasia dalam penyembunyian oleh al-Bukhari atas sabda Beliau “waqa’a fî al-harâm -maka dia telah jatuh dalam keharaman-“, agar apa yang ada sebelum perumpamaan itu terkait dengannya sehingga selamat dari klaim insersi (al-idrâj). Dan di antara yang menguatkan tidak adanya insersi adalah riwayat Ibnu Hibban yang telah lalu. Dan adanya perumpamaan itu juga marfu’ di dalam riwayat Ibnu ‘Abbas dan ‘Ammar bin Yasir ....].

Saya harap di dalam jawaban ini ada kecukupan, wallâh a’lam wa ahkam.

Saudaramu Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah

09 Ramadhan 1445 H

(19 Maret 2024 M)


0 Komentar