Tanpa Khilafah Islamophobia Akan Terus Bergema

MutiaraUmat.com -- Serangan terhadap Palestina telah berjalan lebih dari 140 hari, jumlah korban yang tewas per 4 Maret 2024 mencapai puluhan ribu jiwa. Namun, zionis masih terus memborbardir rakyat Palestina. Berdasarkan laporan Aljazeera dan Palestinian Ministry of Health, dihari ke-149 sedikitnya tercatat 72 ribu lebih warga Palestina meninggal dunia akibat serangan Israel. Diantaranya sebanyak 71.920 merupakan warga Jalur Gaza (12.300 anak-anak dan 8.000 orang yang dinyatakan hilang). Kemudian, warga Tepi Barat sebanyak 4.600 jiwa termasuk 110 diantaranya adalah anak-anak. 

Dibalik angka kematian yang tinggi ini, ternyata dunia belum sepenuhnya menunjukkan keberpihakan mereka terhadap kaum Muslim di Palestina. Padahal, penderitaan kaum Muslim di Palestina sudah berlangsung selama puluhan tahun, bahkan kini tiga per empat wilayah Palestina telah dikuasai oleh zionis Israel.

Pembelaan yang dilakukan Palestina untuk mempertahankan wilayahnya melalui 'Operasi Badai Al-Aqsha', pada 7 Oktober tahun lalu justru meningkatkan Islamophobia di Inggris dan negara eropa lainnya. 

Stop Islamophobia

Islamophobia adalah bentuk serangan terhadap Islam karena kebencian orang-orang tertentu terhadap Islam. Bahkan Islamophobia tak hentinya digaungkan kala umat Islam menjadi korban kezaliman zionis. Dunia pun hanya diam bak sekujur tubuh yang sedang lumpuh, tak mampu bertindak apa-apa ketika umat Islam dijadikan sasaran kejahatan, meskipun PBB sudah menetapkan hari anti Islamophobia. Di sisi lain, hal ini menunjukkan lemahnya PBB untuk menghilangkan kejahatan yang demikian besar dan menjaga umat manusia.

Hasil dari pengamatan Organisasi Tell MAMA di Inggris menyatakan bahwa sikap anti Muslim melonjak hingga tiga kali lipat semenjak serangan zionis Israel terhadap Palestina per 7 Oktober lalu. Setidaknya tercatat sebanyak dua ribu lebih kasus. Diantaranya 901 kasus terjadi secara offline dan 1.109 kasus terjadi di dunia maya. 

Serangan yang dilayangkan bermacam-macam mulai dari perilaku kasar, vandalisme, diskriminasi, ujaran kebencian, ancaman, penyerangan, dan literatur anti Muslim. Tak hanya di Inggris, masyarakat Muslim di Amerika juga kerap kali  mendapatkan perlakuan diskriminasi. Seperti perlakuan yang tidak menyenangkan, tidak mendapatkan kesetaraan hak di muka bumi, perlakuan kasar, dan ketatnya pengawasan terhadap mereka. Meskipun saat ini Islamofobia di AS tidak pada tingkat ekstrem (seperti yang terjadi lebih dari dua dekade lalu setelah 9/11). Namun diskriminasi dan keterasingan terhadap Muslim masih merupakan masalah yang harus segera diatasi.

Muslim Swedia juga merasakan hal yang sama. Sebuah mesjid di Swedia tepatanya di daerah Stockholm mendapatkan ancaman pembunuhan yang dituliskan di pintu masjid tersebut. Peristiwa ini bukan yang pertama terjadi dalam waktu satu pekan. Muslim di Swedia juga banyak yang menerima surat yang dalamnya berisi zat mirip bubuk hingga kiriman bom palsu.

Dari rentetan peristiwa di atas, seolah menunjukkan bahwa para pembenci Islam semakin menampakkan kebenciannya terhadap Islam. Pasca runtuhnya daulah Islamiyah umat Islam saat ini tak memiliki tempat untuk mengadu, mereka kehilangan perisai nya yakni khilafah. Meskipun terdapat lembaga-lembaga yang mengusung perdamaian dunia seperti PBB, nyatanya umat Islam tak mendapatkan perlindungan sebagaimana mestinya. Bahkan PBB telah mengeluarkan hari Internasional Melawan Islamophobia pada tahun 2022. Bukannya berkurang, gerakan anti Islam justru bertambah banyak bahkan sampai tiga kali lipat.

Inkonsisten HAM Mengatasi Problematika Umat

Hak asasi-hak asasi yang digaungkan ala negara Kapitalisme seolah menggambarkan hal yang paradoks.  Selogan menjunjung tinggi kebebasan nyatanya hanya untuk segelintir golongan saja, tidak untuk kaum Muslim. Sejatinya, peristiwa ini membuktikan wajah asli keburukan HAM (hak asasi manusia) yang digadang-gadang oleh negara Barat. HAM dirumuskan dengan dalih agar semua manusia bisa mendapatkan hak-haknya dalam menjalani kehidupan. Namun, dalam perumusan ini mereka meniadakan aturan Tuhan, hidup dalam sistem sekularisme sehingga ketika membuat sebuah aturan, mereka akan menjauhkan aturan agama dari kehidupan.

Aturan agama hanya terpaku pada aktivitas ibadah ruhiyah belaka, sementara dalam menjalankan kehidupan berekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, sosial, dan lain-lain) diatur menggunakan akal manusia. Inilah penyebab munculnya rasialisme/rasisme. Karena, sebagian manusia menganggap bahwa diri mereka lebih baik daripada manusia lain.

Ketiadaan aturan yang pasti (baku) dalam menjalani kehidupan, membuat manusia saling bertentangan. Sehingga, menimbulkan banyak perpecahan dan pada akhirnya menghantarkan mereka sampai ke derajat yang lebih hina daripada derajat segerombolan binatang.

Ide kebebasan yang merupakan buah dari HAM diantaranya kebebasan kepemilikan, kebebasan berperilaku, kebebasan berpendapat, dan kebebasan beragama, sejatinya hanya menimbulkan berbagai dampak buruk ditengah umat. Seperti kebebasan kepemilikan, kebebasan ini melahirkan para pemilik modal yang tamak, ketika ingin membuka sebuah industri maka mereka membutuhkan bahan baku (mentah) untuk menjalankan industrinya, dan membutuhkan pasar-pasar konsumtif untuk menjual produk-produknya.

Sehingga negara-negara kapitalis ini akan menjajah negara-negara terbelakang guna menguasai harta benda mereka, memonopoli kekayaan alamnya, sekaligus merusak lingkungan akibat dari pemanfaatan SDA secara terus menerus tanpa melakukan regenerasi. Fakta ini sudah tidak asing lagi bagi kita, karena di Indonesia sendiripun ada banyak industri-industri besar yang memanfaatkan SDA Indonesia dalam menjalankan roda industrinya, namun Indonesia hanya memiliki sebagian kecil dari jumlah saham yang ada.

Contoh lain dari kerusakan HAM adalah dampak dari kebebasan berperilaku. Karena, dalam kehidupan sekularisme ala Barat hubungan seksual merupakan aktivitas yang sah-sah saja untuk dilakukan. Ide seperti ini telah menyeret generasi untuk mengambil gaya hidup serba-boleh (permissiveness) yang sangat dilarang dalam agama. Tak heran jika saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus penyimpangan ajaran agama Islam yang justru dilakukan oleh penganutnya sendiri. Seperti, seks bebas dikalangan remaja, tingginya kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak (dibawah umur), hubungan Inses (hubungan seksual yang dilakukan oleh dua orang dan masih memiliki ikatan keluarga kandung).

Bahkan isu yang paling mengerikan adalah, adanya negara-negara Eropa yang ingin menjadikan aktivitas seks sebagai salah satu cabang olah raga dan akan diperlombakan sampai ke tingkat Benua, na’udzubillah tsumma na’udzubillah.

Inilah bukti bobroknya 'Hak Asasi Manusia' yang selama ini dianggap sebagai solusi dari problematika umat. Nyatanya negara-negara adidaya yang dengan bangga menyuarakan HAM, pada saat yang bersamaan justru mencampakkan Hak Asasi Manusia itu sendiri. Menginjak-injak seluruh nilai kemanusiaan dan menumpahkan darah berbagai bangsa di dunia. Mereka juga menutup mata dan telinga terhadap berbagai krisis yang terjadi di Palestina, Muslim Rohingya, Muslim Uighur, Suriah, hingga Asia Tenggara, Amerika Latin, Afrika dan lain-lain.

Perisai Kaum Muslim

Hanya Khilafah Islam yang mampu menjaga dan melindungi umat Islam termasuk dalam memberantas Islamophibia. Sejak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada 3 Maret 1924, kaum muslim selalu menjadi sasaran kebencian musuh-musuh Islam. 

Sudah saatnya umat Muslim kembali bangkit, karena, sebelum Khilafah runtuh umat Islam selalu merasa aman di manapun mereka berada. Jika ada seorang muslim yang teraniaya, khalifah selalu mengirimkan pasukan untuk membelanya. Dulu tatkala Prancis ingin menyelenggarakan pertunjukan yang isinya menghina Rasulullah saw., khalifah langsung mengirimkan pesan agar acara tersebut dibatalkan. 

Ini adalah fakta, bahwa saat itu Khilafah mampu menundukkan dunia hingga semua negara tidak berani melawannya. Khilafah menerapkan aturan Islam sebagai acuan kehidupan sesuai Al-Qur’an dan Sunah. Berbeda jauh dengan kekuasaan negara adidaya saat ini yang senang menyebarkan ketakutan terhadap Islam, dan memakai aturan buatan manusia.

Sebagai kaum yang beriman kepada Allah SWT, sudah selayaknya kita percaya bahwa janji Allah tentang berita kemenangan Islam akan tiba dengan atau tidak adanya peran kita didalamnya.

Berita gembira pun pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW :

“Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang masa kekhalifahan ‘ala minhaj an-nubuwwah, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang zalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Dia berkehendak menghapusnya. Setelah itu akan datang masa raja diktator (pemaksa), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah akan menghapusnya jika Dia berkehendak menghapusnya. Kemudian datanglah masa Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas metode kenabian).’ Setelah itu, beliau (saw.) diam.”
(HR Imam Ahmad).

Oleh: Marissa Oktavioni, S.Tr.Bns.
Aktivis Muslimah

0 Komentar