Perempuan Dimuliakan dengan Investasi, Buaian Kapitalisme


MutiaraUmat.com -- Dilansir dari DetikNews.com (8/3/2024), peringatan hari perempuan dunia atau IWD (International Women Day) diperingati setiap tanggal 8 Maret, pada tahun ini bertema "Berinvestasi pada perempuan: Mempercepat Kemajuan". Hari Perempuan Internasional di sepakati peringatannya adalah bentuk dari perjuangan perdamaian masyarakat dan kesetaraan bagi perempuan di dunia.

Kesetaraan gender masih menjadi fokus pada peringatan tersebut yakni salah satu sebab keterpurukan bagi kemajuan suatu bangsa. Lewat pembangunan dan kemajuan ekonomi didengungkanlah investasi, dan dibuka seluas luasnya termasuk kepada perempuan.


Investasi pada Perempuan Buaian Kapitalisme

Sampai saat ini perempuan dan anak tidak terpenuhi jaminan kesejahteraannya, sehingga layak ketika investasi diberikan kepada perempuan untuk mendorongnya lebih berdaya serta membuka lapangan pekerjaan. Dengan investasi diharapkan perempuan dan anak akan teratasi segala hak haknya dalam semua lini kehidupannya, tema dan isu internasional untuk perempuan dunia yang diangkat dianggap solusi yang patut diperjuangkan serta memberikan hak azasi bagi perempuan untuk berkarya.

Problematika yang tak kunjung usai yakni kemiskinan, bahkan kini sudah termasuk ekstrim. Untuk menjalani kehidupan yang ekstrim dalam hal ekonomi, perempuan yang identik dengan tulang rusuk berubah peran di paksa dan terpaksa menjadi tulang keras alias tulang punggung. Seruan investasi menjadi penopang perempuan mampu mengatasi geraknya demi kemajuan ekonomi buat dirinya dan keluarga, sehingga sejahtera dan menjadi mulia, benarkah?. Seruan perempuan di muliakan dengan investasi, sejatinya buaian sistem ekonomi kapitalisme yang beraroma liberalisme.

Setiap negara didorong untuk memberikan investasi khususnya kepada perempuan, agar permasalahan ekonomi teratasi. Ketika perempuan berdaya dan berkarya, hasilnya pun akan menguntungkan negara karena sudah dibantu dalam mengentaskan kemiskinan, dan memajukan perekonomian negara.

Terlihat indah seruan tema dalam IWD, jika dikaitkan dengan kondisi negara Indonesia yang mengalami kemerosotan ekonomi. Namun masifnya seruan tersebut sejatinya telah menjerumuskan perempuan lebih jauh dalam kubangan sekularisme dan menjauhkan peran utamanya sebagai ummun warrabatul bait. Perempuan dalam ekonomi kapitalisme adalah obyek yang patut diperhitungkan perannya dalam kebangkitan perekonomian.


Pemberdayaan Perempuan Prioritas

Pemerintah yakni presiden RI pernah memberikan mandat kepada kementerian PPPA (Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak), yakni Bintang Puspa Yoga bahwa peningkatan kewirausahaan yang melibatkan gender menjadi prioritas. Pendidikan dan kesehatan bisa terpenuhi dari keluarga yang dianggap sejahtera, dan kekerasan dalam rumah tangga bisa di cegah dari kiprah perempuan yang produktif secara ekinomi sekaligus menyelamatkan keluarga. 

Miris apa yang menjadi cita cita untuk memberdayakan perempuan dalam hal ekonomi, merupakan perubahan yang semu terbukti masih gagal dalam memenuhi kesejahteraan rakyatnya. Problematika kemiskinan, kekerasan dan diskriminasi pada perempuan dan anak masih mewarnai kehidupan mereka.

Keadaan yang terus berulang sebab kapitalisme sekularisme mendominasi penerapan aturan negara, yang sangat jauh dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat khususnya perempuan.

Negara dalam sistem kapitalisme, layaknya penghubung bagi pemodal untuk melanggengkan usahanya. Faktanya perempuan hanya di jadikan mesin mesin penggerak ekonomi nasional, perempuan dieksploitasi potensinya. Inilah keserakahan para kapitalis untuk menghasilkan pundi pundi uang, dan menyelamatkan perekonomian. Negara berlepas diri terhadap pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya, kesehatan, pendidikan ditanggung tiap individu rakyat.


Islam Mengatur Aktivitas Perempuan

Islam agama mulia, sehingga dalam aturannya sangat memuliakan perempuan. Perempuan adalah pencetak generasi, perempuan dalam Islam aktifitasnya sebagai pengatur rumah tangga (ummun warrabatul bait), pendidik utama generasi.

Support negaralah yang harus mewujudkan peran perempuan sesuai fitrahnya, dengan segala sumber daya menyediakan pendidikan berdasarkan akidah Islam. Dengan pendidikan berkualitas yang akan menjadi sandaran utama munculnya generasi unggul adalah investasi sesungguhnya. Begitupun kebutuhan dasarnya, negara memberikan fasilitas dan kesempatan laki laki untuk berkerja dalam melaksanakan kewajibannya sebagai pencari nafkah dan pelindung keluarga. Ketika wali perempuan tidak ada maka negara yang mengambil alih peran penafkahan.

Demikian aturan Islam menjadikan perempuan paham akan hak haknya dan kewajibannya, sehingga terwujud peradaban mulia. Kerinduan akan seorang khalifah dalam sistem Islam kaffah semoga terwujud, sistem terbaik menghasilkan kebaikan untuk seluruh alam

Wallahu a'lam bishshawab. []

Oleh: Nur Arofah
(Aktivis Muslimah Jagakarsa)

0 Komentar