MutiaraUmat.com -- Pembangunan infrastruktur digadang-gadang demi memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi rakyat, termasuk jalan tol. Menelan biaya yang tidak sedikit, meski banyak kebutuhan rakyat yang seharusnya diprioritaskan, pemerintah berdalih bahwa infrastruktur sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun apa jadinya, jika tarif tol semakin hari semakin mahal jauh dari jangkauan rakyat, terutama rakyat menengah ke bawah. Jelas, pembangunan jalan tol sejatinya siasat kapitalis untuk meraup keuntungan semata.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Jasamarga Transjawa Tol sebagai anak perusahaan dari Jasamarga yang mengelola jalan tol Jakarta-Cikampek bakal menaikkan tarif tol dalam waktu dekat. Kenaikannyapun sangat signifikan, terutama Jakarta-Kalihurip menuju Bandung. Seperti ditulis Jasa Marga dalam akun instagram @official.jasamarga dikutip Senin, 4 Maret 2024 "Dalam waktu dekat akan diberlakukan penyesuaian tarif Ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Jalan Layang Mohamed Bin Zayed." (CNBC Indonesia.com, 04/03/2024).
Kenaikan tarif tol ibarat pengkhianatan terhadap rakyat. Bagaimana tidak, pembangunan jalan tol adalah salah satu alasan utama pemerintah untuk mengambil utang luar negeri dalam jumlah yang sangat besar. Kemudian, untuk membayar bunga dan cicilan utang, pemerintah memungut pajak sangat tinggi kepada rakyat. Semua beban biaya pembangunan infrastruktur dibebankan diatas pundak rakyat. Namun di sisi lain, manfaat dari komersialisasi infrastruktur dinikmati oleh sektor swasta dan pemerintah.
Pada dasarnya, jalan merupakan infrastruktur yang sangat diperlukan masyarakat. Harusnya, jalan tol dibangun sebagai alternatif. Artinya, tol dibangun setelah dipastikan bahwa jalan-jalan umum yang digunakan masyarakat di seluruh negeri sudah sangat bagus. Bukan seperti sekarang, tol diperbanyak sedang jalan umum dibiarkan begitu saja. Banyak jalan rusak, berlubang, tidak rata, sempit, dan lain sebagainya. Kemudian ketika rakyat ingin menggunakan fasilitas jalan tol, mereka dihadapkan pada tarif yang sangat mahal. Program pemerintah membangun banyak jalan tol sejatinya bukan mewujudkan kesejahteraan rakyat, melainkan kesejahteraan oligarki.
Apapun alasannya, kenaikan tarif tol jelas memberatkan rakyat. Seolah mencari momen yang tepat, tarif tol naik menjelang hari raya Idul Fitri dimana sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan tradisi mudik atau pulang kampung. Miris, tampak jelas bahwa jalan tol semata-mata ajang bisnis, lahan untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dari rakyat. Semua ini adalah konsekuensi dari penerapan sistem ekonomi kapitalis.
Dalam kapitalisme, negara praktis hanya sebagai regulator. Perekonomian rakyat banyak diserahkan kepada swasta. Akibatnya, dalam sistem ini, kaum kapital (pemilik modal) yang sudah kaya menjadi semakin kaya, sedangkan rakyat miskin semakin miskin dan tercekik. Dipadukan dengan sistem demokrasi, maka negara bersama pengusaha memiliki peluang membuat aturan yang menguntungkan kaum kapital atau oligarki, sebab orang-orang yang berada dalam pemerintahan tidak lain adalah mereka sendiri.
Satu-satunya jalan keluar dari kebobrokan ini adalah merubah sistem kapitalis demokrasi seluruhnya menjadi sistem yang lebih baik dan sempurna yaitu sistem Islam. Sebagai agama ideologis, Islam tidak hanya mengatur masalah peribadatan, namun juga memiliki aturan hidup yang lengkap bagi manusia. Sangat terperinci mulai dari aturan yang menyelesaikan persoalan individu, masyarakat hingga negara. Islam menjadikan negara sebagai raain, yang mengurus dan memenuhi kebutuhan rakyat, termasuk infrastruktur berupa jalan. Pemimpin Islam yang disebut khalifah, adalah orang yang menjalankan syariat Islam atas dasar akidah Islam.
Dengan sistem ekonomi Islam, semua sumber daya alam yang ada di dalam negeri akan dikelola sendiri dengan baik dan benar. Dengan demikian negara akan memiliki sumber dana yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan rakyat, baik infrastruktur, kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Negara dengan sistem Islam akan membangun fasilitas publik sebaik mungkin dan bisa dinikmati oleh seluruh rakyat secara murah atau bahkan gratis. Sebagaimana sebuah cerita mahsyur ketika Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah. Suatu hari ketika beliau melihat ada sebuah jalan yang rusak. Beliau langsung memerintahkan untuk memperbaiki jalan tersebut dengan berkata, "Seandainya seekor keledai terperosok ke sungai di kota Baghdad, nicaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya dan ditanya, ‘Mengapa engkau tidak meratakan jalan untuknya?’." Begitulah gambaran kebaikan kepemimpinan Islam.
Kesejahteraan rakyat, baik di Indonesia maupun seluruh dunia tidak akan tercapai selama sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalisme. Satu-satunya jalan menuju kesejahteraan dan keselamatan umat manusia adalah menerapkan sistem Islam. Sebuah sistem yang berasal dari Sang Khaliq yang menciptakan manusia dan seluruh alam semesta. Adakah yang lebih baik yang mampu mengatur manusia selain dari penciptanya? Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Dinda Kusuma W. T.
Aktivis Muslimah
0 Komentar