Mengatasi Banjir dengan Pendekatan Islam


MutiaraUmat.com -- Banjir masih terus melanda beberapa wilayah di negeri ini, Sekretaris Daerah (Sekda) Pesisir Selatan Mawardi Roska mengatakan masa tanggap darurat selama 14 hari ditetapkan karena banjir bandang yang melanda Pessel terdampak terhadap puluhan ribu warga di 11 kecamatan. (CNN Indonesia, 10/03/2024).

Kemudian Banjir melanda 36 desa di sembilan kecamatan di Kabupaten Cirebon yang terjadi sejak Selasa (5/3/2024) malam hingga hari ini, berdasar data dari BPBD Cirebon. Akibatnya, setidaknya 20 ribu unit rumah terdampak banjir dan dua orang meninggal dunia. (tirto.id, 6/03/2024).

Hingga bencana banjir yang melanda kota kendari pada Senin, 4 Maret 2023. Dikutip dari bpnp.go.id, Pusat pengendalian operasi (Pusdalops) BNPB melaporkan pada Kamis 7 Maret Wilayah yang terdampak mencakup 11 Kelurahan di 6 Kecamatan yang ada di kota kendari, termasuk dampak banjir yang paling serius terjadi di Kelurahan Sodhoa, Kecamatan Kendari Barat, dan di daerah Lasolo. Pasca bencana banjir, sebanyak 715 KK terdampak dan 1 jiwa meninggal dunia. 

Kerugian materiil juga terjadi, termasuk 715 unit rumah yang terendam dan 1 Unit Kantor Lurah yang terdampak. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengindikasikan bahwa banjir yang melanda beberapa wilayah di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), disebabkan oleh curah hujan ekstrem. Informasi tersebut disampaikan oleh Kepala BMKG Stasiun Maritim Kendari, Sugeng Widarko, dalam sebuah pertemuan di Pemerintah Kota Kendari. Selain itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendari, Fadil Suparman, juga menyatakan bahwa salah satu penyebab lain dari banjir yang mengakibatkan 27 kelurahan di delapan kecamatan terdampak adalah tingginya intensitas curah hujan yang bersamaan dengan air pasang laut. Air yang meluap kemudian mengalir ke permukiman warga, sementara kondisi drainase yang tidak mampu menampung air juga turut berkontribusi dalam genangan air di rumah-rumah warga setiap kali hujan turun. (Kendariinfo.com). 

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menangani banjir di Kota Kendari adalah pelaksanaan karya bakti yang akan rutin dilaksanakan tiap hari Selasa dan Jum’at. PJ Walikota Kendari menyatakan bahwa ini merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya banjir. Meskipun demikian, upaya tersebut belum memberikan hasil yang diharapkan.

Penyebab terjadinya banjir memang bermacam-macam, di antara curah hujan yang tinggi, meningkatnya curah hujan pada hakikatnya tidak bisa dikendalikan oleh manusia, karena hal ini merupakan fenoma alam, namun ada beberapa hal yang menjadi perhatian yang dilakukan oleh penguasa, penguasa seharusnya menjadikan peristiwa ini sebagai hal yang sangat serius dengan memberikan solusi terbaik termasuk pembangunan tanggul dengan material terbaik yang mampu menahan debit air. 

Penguasa juga harus melakukan pengelolaan tata ruang yang baik kepada masyarakat sehingga peristiwa banjir ini tidak berulang di setiap hujan deras turun. Hal ini sepertinya akan sulit dilakukan oleh penguasa, mengingat penerapan aturan kehidupan pada saat ini lebih mementingkan kepentingan penguasa dibanding masyarakatnya.

Berbeda dengan aturan Islam yang menetapkan negata sebagai penganggung jawab untuk megurus rakyat secara totalitas, termasuk dalam mencegah terjadinya musibah yang dapat di kendalikan. Rasulullah SAW bersabda, “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari). Dalam hadis lain dikatakan bahwa, "Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.” (HR. Ibnu Majah).

Konsep kepemimpinan tersebut mendorong penerapan aturan Islam yang menekankan perlunya melakukan berbagai langkah untuk mencegah terjadinya banjir dan melindungi masyarakat dari musibah tersebut. Islam menegaskan bahwa alam harus dijaga dan dilestarikan, serta dapat dikelola oleh manusia asalkan tidak membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini, Islam akan menerapkan kebijakan pembangunan yang ramah lingkungan dan memprioritaskan keselamatan serta ketenteraman hidup. 

Beberapa langkah yang akan diambil Islam untuk mencegah banjir di daerah tropis termasuk pembangunan bendungan untuk menampung air hujan dan aliran sungai, pemetaan daerah rawan banjir untuk melarang penduduk membangun pemukiman di daerah tersebut, pembangunan sungai buatan, kanal, drainase, dan sumur resapan untuk mengurangi volume air saat hujan dan mengalihkan aliran air. 

Selain itu, Islam akan membentuk badan khusus untuk pembangunan bencana alam dan persiapan daerah tertentu menjadi cagar alam. Sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan kewajiban memelihara lingkungan akan dilakukan secara luas, terutama di daerah yang lokasinya rawan banjir. Kebijakan tentang izin mendirikan bangunan, seperti pembukaan pemukiman baru, akan mensyaratkan pembangunan dengan sistem drainase terbaik. Ini merupakan solusi komprehensif yang ditawarkan oleh Islam untuk mengatasi permasalahan banjir. 

Wallahu a’lam bishshawab. []


Zummar Khairun Nisa
Aktivis Muslimah

0 Komentar