Kilang Minyak Adalah Industri Dasar dan Tertua di Indonesia

MutiaraUmat.com -- Dalam hal membangun industri dasar Indonesia tandingangan adalah negara negara Industri maju. Mengapa karena Indonesia memiliki pengalaman dalam industri kilang minyak yang yang sangat tua 100 tahun sudah. Jadi modal bangsa Indonesia membangun industri itu kuat dan besar, modal sejarah, pengalaman selain modal sumber daya alam (SDA) yang tersedia.

Kilang minyak adalah hulu dari semua industri dasar. Dari kilang minyak maka lahirlah industri petrokimia, industri turunan lainnya yang menghasilkan bahan baku bagi industri industri lainnya. Selain menghasilkan minyak yang menopang industri itu sendiri.

Dalam hal industri pengolahan Indonesia telah bertahan dalam dua sektor yang paling besar yakni industri migas dan industri tembakau. Keduanya sampai saat ini masih cukup kokoh, masih bisa bertahan dalam pertarungan geopolitik yang makin keras, terutama dalam tiga  dekade terakhir.

*Jadi visi presiden terpilih Prabowo Gibran yang hendak melakukan hilirisasi besar besaran terhadap 21 komoditas strategis Indonesia adalah sesuatu yang historis dan logis. Karena sejatinya kita punya pengalaman industri yang panjang dan dapat ditandingkan dengan negara negara maju sekarang. Keyakinan kuat dan sungguh sungguh akan membawa hasil, karena hasil semacam itu sudah pernah negara ini dapatkan.*

Industri migas berkaitan dengan komoditas unggulan kita yakni sebagai negara penghasil minyak yang terkemuka di dunia dan industri tembakau sebagai negara penghasil tembakau cukup besar di dunia, dan pernah menjadi penghasil tembakau terbaik di dunia.

Menarik lagi dua industri ini adalah yang terutama atau terpenting pada jamannya masing masing. Tembakau permah menjadi jangkar keuangan internasional, menjadi penentu nilai alat tukar internasional. Demikian juga migas telah menjadi jangkar nilai tukar internasional melalui sistem petro dolar atau rezim keuangan 1971.

Sekarang kedua industri ini dalam posisi bertahan. Tapi sumbangannya terahadap APBN Indonesia paling besar datang dari dua sektor ini sampai sekarang. Memang tidak terlihat kemampuan ekspansi atau diperluas secara besar besaran. Terutama kilang minyak. Tantangan terbesar datang dari geopolitik dan secara lebih spesifik datang dari sumber pembiayaan.

Selama ini terkesan memang kita mengandalkan pembiayaan dan tekhnologi luar negeri untuk mengembangkan kilang minyak. Padahal kita tau negara tetangga Singgapura memiliki kilang kilang besar yang mengandalkan pasar produk migasnya di Indonesia. Sekarang bank bank Singapura tidak mungkin melakukan pembiayaan proposal migas Indonesia, alasannya adalah isue transisi energi. Mereka telah menutup ruang itu.

Langkah jitu pertamina adalah menjalin kerjasama dengan Rusia, namun kembali terganjal oleh konflik Rusia dengan Inggris dan AS. Ini berkontribusi besar dalam menunda kemajuan kilang minyak di Tuban. Indonesia telah tergantung sangat kuat dengan technologi yang berbasis British American Companies. Jadi bagaimana jalan keluarnya ini? Tembakau dan minyak adalah kontributor terbesar terhadap pendapatan negara baik pajak maupun non pajak. Jadi harus dicari jalan keluarnya segera!

Oleh: Salamuddin Daeng
Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia

0 Komentar